Bagian 12

1.1K 107 0
                                    

Jalan mereka mungkin belum sama-sama sempurna. Fathimah Azzahra yang sejak dulu mengidam-idamkan lelaki soleh lah yang menjadi pendamping hidupnya. Namun Fathimah tidak menutup hati bahwa bisa saja ia yang hari ini mualaf, ia akan mejadi lelaki soleh yang sama-sama mampu meniti jalan ke surga bersama. Fathimah pun melihat bahwa karakter lelaki ini cocok dengan karakternya, ia merasa mereka akan menjadi partner yang baik dalam membina rumah tangga. Fathimah sadar, bahwa pondasi aqidahnya harus diperkuat. Sehingga ia lebih getol dalam mendalami ilmu agamanya khususnya yang bersentuhan dengan non-muslim. Ia juga mulai mempelajari ilmu rumah tangga. Bagaimana membentuk baitul muslim, penanaman aqidah kepada anak sejak dini, dan sebagainya. Walaupun Fathimah mungkin akan menikahi pria non-muslim, namun keluarga rabbani nan qurani tetap menjadi impiannya.

Arslan Nam. Ia tidak pernah berpikir bahwa dirinya akan menikah. Kelainannya sejak kecil membuat ia tidak bisa berdekatan dengan seorang perempuan. Ia akan ketakutan dan bisa tantrum berhari-hari. Sampai pada akhirnya ia memutuskan untuk menjadi pengabdi sehingga ia tidak perlu menikah seumur hidupnya. Namun orientasinya berubah setelah ia lulus dari postgraduatenya. Sejujurnya ia mendambakan keluarga kecil yang bahagia. Ia juga tertarik dengan Islam. Hingga di tahun ini ia berislam dan mendamba seorang bidadari surga. Ia sadar bahwa dirinya tidak bisa membiarkan kelainan ini terus bersarang di dirinya, akhirnya ia putuskan untuk mencoba kembali terapinya. Dia berjanji ketika ia dinyatakan sembuh, ia akan langsung menemui Fathimah. Ia juga berusaha menghafalkan juz 30, mempelajari bahasa arab, dan menghafal hadits. Semua itu ia lakukan untuk bersiap menjadi lelaki terbaik dihadapan orangtuanya Fathimah.

Setiap malam tak henti mereka berdua berdoa kepada Allah. Arslan terus berdoa semoga ia dapat dipersatukan dengan Fathimah. Sedangkan Fathimah berdoa semoga Allah berikan yang terbaik. Dan mendoakan semoga Arslan menjadi muslim yang soleh.

Dua bulan kemudian sejak mereka sepakat untuk taaruf, Fathimah khawatir karena belum ada kabar dari Arslan maupun Ahmad untuk ia datangi rumahnya. Ada sedikit kekecewaan pada diri Fathimah. Ia pun berusaha untuk sedikit demi sedikit melupakan lelaki itu. Walaupun Fathimah masih memberi waktu lelaki itu satu bulan lagi.

Ketika masa bimbang ini, tiba-tiba salah satu teman akhwatnya menghubungi

<Assalamu'alaikum, Rara. Ana ada ikhwan yang mau sama kamu. Yang waktu itu ana ceritakan. Ana sudah tanya ikhwannya, dia mau berproses. InsyaaAllah ikhwannya soleh dan cocok denganmu. Bagaimana, Ra?>

Kegalauan muncul pada diri Fathimah. Ada sedikit harap di hatinya bahwa lelaki itu adalah ia yang namanya sering disebut dalam doa-doanya tiga tahun terakhir ini. Namun Fathimah paham. Kurang ahsan jika ia menerima tawarannya.

<Wa'alaikumussalam, Haura. MasyaaAllah, mengapa baru hubungi lagi sekarang? Bisakah beri aku waktu satu bulan untuk menjawab ini, Haura? Aku ingin menyelesaikan diriku terlebih dahulu. Itupun jika ikhwan tersebut mau menunggu :)>

Fathimah melihat bahwa jalannya untuk bisa bersatu dengan Arslan menemukan banyak halangan. Ibunya tiba-tiba tidak mau jika ia menikah dengan lelaki yang keislamannya masih baru. Teman-teman sepengajiannya juga tidak mendukungnya jika ia menikah dengan lelaki mualaf. Fathimah khawatir teman-temannya mejauhinya, ibunya pun akan kecewa kepadanya. Ia pun menaruh harapan kepada CV ikhwan yang temannya tawarkan. Bisa jadi ini adalah jawaban Allah untuk berkata 'bukan ia jodohmu' atau bisa jadi ini ujian dari Allah. Rara berada di titik terendah. Ia benar-benar pasrah. Semoga Allah berikan petunjuk untuk masa depannya.

Koko MualafМесто, где живут истории. Откройте их для себя