12. Desta

319 51 4
                                    

"Hesti? Hesti!" Aku panik banget.

Tiba - tiba dia oleng dan jatuh ke dekapanku. Aku semakin yakin kalau cewek sus sakit. Aneh, cewek bar bar macam ini ternyata bisa sakit juga.

"Ke UKS yuk."

"Halah, ngapain. Gue nggak selemah lu, keles." Hesti seperti biasa, masih sentimen. Dia mendorongku menjauh. Dengan telunjuk dia mendorong dadaku sambil ngomong, "Dengar, lain kali lo nggak usah sok jadi pahlawan."

"Hidungmu bisa patah tadi."

"Bodo amat! Dengar ya..." Dia mulai ceramah kayak paling benar saja.

Aku nggak peduli sama celotehannya. Langsung aku cek lehernya dan memang panas.

Refleks dia menamparku. "Nggak usah pegang pegang, cowok sok ganteng, najis!"

Beberapa orang menoleh menonton kami. Suara tamparannya cukup keras.

Wajahnya yang memerah, memberitahuku kalau dia emang setress.

"Ok, terserah kau sajalah."

"Ya udah pergi yang jauh, cowok playboy."

"Ada apa ini?" Sherin menengahi. "Tolong, jangan buat ribut lagi. Udah cukup problem hari ini."

"Hesti! Kok nggak ngomong sih, kalau kamu setingan sama senior." Dian memeluk cewek sus yang tiba tiba kesetanan dan dia bisa megang Hesti tanpa kena tampar. "Waah, badanmu panas nih. Ke UKS, yuk."

"Nggak perlu! Dah ah, yuk cabut!"

Dan mereka mengobrol sambil turun dari panggung.

Aku cuma khawatir sama cewek sus, tapi begini balasannya? Tahu begini aku biarin dia ambruk tadi. Tapi, kehadiran Dian membuatku tenang. Setidaknya Dian bisa menjaganya kalau ada apa apa.

"Desta." Sherin membuatku menoleh ke arahnya. Raut wajah dia pucat pasi, agak lega, masih sayu. "Maaf, tadi kamu jadi berantem sama senior. Sumpah, ini di luar rencana kami hari ini dan.... terima kasih banyak udah mau ngerti."

"Nggak masalah, Kak."

Kami melangkah menuju tempat teduh di koridor. Sesekali aku mengamati Hesti yang sepertinya menuju UKS bersama Dian dan beberapa gadis lain. Akhirnya ke UKS juga.

"Itu tadi pacarmu?" tanya Sherin.

"Hah?" Aku menahan tawa. "Bukan Kak. Cuma kenal aja."

"Oh, kirain. Kamu keren banget, loh, belain cewek itu."

"Namanya Hesti Kak."

Sherin mengangguk kecil. "Dan aku mohon maaf, maaf banget buat semuanya, sampai kamu harus pura pura ngaku setingan. Sebagai permintaan maaf, gimana kalau nanti sesudah acara MOS hari ini usai, aku traktir makan, mau?"

Belum juga aku menjawab, beberapa senior memanggil Sherin. Dia pun berpamitan kepadaku dengan senyum lembut dan lambaian yang kubalas sama.

"Sampai jumpa nanti, ya, Pahlawan."

Pahlawan. Bukan panggilan yang buruk. Dipanggil pahlawan oleh senior cantik membuatku senyunm terus terusan. Kalau diperhatikan dia memiliki postur tubuh elok, seperti pragawati. Terlebih pinggulnya, begitu ramping.

Magnetic LoveWhere stories live. Discover now