Bab 24

601 116 16
                                    

"Mamen.... Sini dulu! sini dulu!"Raja yang sedang menonton tv di ruang tengah tersenyum lebar menyambut, melambaikan tangan pada Ical yang baru saja memasuki kos.

Ical yang dari tadi murung memaksakan senyum. Apalagi dia lelah sekali karena perjalanan jauh dan membawa barang bawaan yang cukup banyak. Meski begitu pemuda itu tetap memilih duduk. Tak enak juga kalau langsung masuk ke kamar, apalagi Raja tahu dia baru saja pulang dari kotanya bersama Andin.

Raja menepuk-nepuk punggung Ical yang kini duduk disamping kanannya. "Gimana-gimana? Lancar kan?"

Ical tak langsung menjawab. Dia justru mengeluarkan empat bungkus oleh-oleh dari dalam tas . "Ini buat anak-anak disini."

"Hehehe."Raja membuka salah satu bungkus keripik lalu mulai memakan satu. "Enak juga nih. Eh gimana kemaren? Malah belom dijawab."

Ical menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Ya gitu sih, biasa aja."

Tepat saat itu Banu datang. Di tangannya tertenteng kantong plastik makan malam. "Dateng kapan lo Cal?"Banu duduk disamping kanan Raja.

"Ini, baru aja."

"Lo beli makan apaan?"Raja mengintip kantong plastik milik Banu.

"Geprek depan sono. Dah pada makan belom lo semua?"

"Udah."jawab Raja dan Ical bersamaan.

"Lagian ini udah mau tengah malem."tambah Raja.

Banu menganggu-angguk, lalu membuka makan malamnya dengan riang. "Gimana Cal pertemuan keluarganya?"

"Lho kok?"netra-nya melebar. Seingat Ical dia hanya bercerita dengan Raja.

Raja nyengir.

Sudah Ical duga, Raja tak bisa menyimpan hal-hal semacam itu. "Ya gitu deh, biasa aja."jawab Ical akhirnya.

"Kok muka lo kusut banget?"tuduh Raja.

Ical mengusap wajah. "Gue kecapean di perjalanan."

"Yaudah buru, tidur. Muka lo udah kusut banget itu."

"Iya sono! Sono!"Raja mengibaskan tangan mengusir. Padahal tadi Raja yang membuatnya tertahan disini.

Ical meraih tasnya, lalu berdiri hendak bergegas ke kamar.

"Eh, Cal."tahan Raja, lagi.

Ical menoleh ke belakang. "Kenapa?"
"Lo beneran cuma kecapean kan?"Raja menatapnya penuh selidik.

Ical menelan ludah, lalu mengangguk. Dia tersenyum tipis lalu berjalan cepat menuju kamarnya.

*

Satu jam yang lalu

Kereta api xxx telah sanpai di stasiun xxx penumpang yang hendak turun harap mempersiapkan diri.

Ical yang dari tadi tidur langsung terbangun saat mendengar pengumuman tersebut dari speaker. Dia refleks memandang Andin yang masih tertidur di bahunya. Melihat gadis itu tertidur pulas rasanya sangat damai. Ingin sekali dia pandangi wajah itu lama-lama, sayangnya Ical tak punya pilihan lain. Dia mengusap pipi gadis itu lembut, membuatnya terbangun perlahan.

Andin menerjapkan mata, bingung. "Udah sampai ya?"dia menguap. Punggung tangannya menutup mulut.

"Iya. Ayo!"

Masih terkantuk-kantuk, Andin berjalan mengikuti Ical. Tangan kanannya digenggam erat pemuda itu.

"Jangan tidur sambil jalan,"kata Ical lembut. Pemuda itu melambatkan langkah, membuat keduanya berjalan bersisian.

JanjiOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz