10-Far away

Mulai dari awal
                                    

"Selamat juga Van, lo udah lulus sekarang" entah mengapa akhir akhir ini Zahra merasa canggung jika mengobrol dengan Revan padahal disana tidak hanya ada mereka tetapi para osis yang terus berkeliaran dan teman teman Zahra termasuk Ela yang terus mengawasinya

"Ra"

"Van.." mereka saling menatap membuat hati Zahra semakin berdetak tak karuan, ada apa ini kenapa tak biasanya seperti ini, Revan mengangkat dagunya memberikan isyarat agar Zahra terlebih dahulu yang bicara, Zahra pun mengangguk dan mulai bicara

"Mau dilanjutin kuliah dimana?" Tak ada jawaban dari Revan, Zahra masih menunggu dalam diam. Namun kelamaan Zahra gemas sendiri apa mungkin Revan tak mendengarnya?

"Di Belanda, University of Amsterdam"

Itu artinya Zahra tidak akan lagi melihat Revan ada di negri ini, jika ditanya Zahra masih memiliki perasaan jawabannya adalah ya, namun sekuat yang ia bisa Zahra harus bisa merelakan Revan bahkan melupakan. Revan adalah cinta pertama bagi Zahra dan tentu akan sangat sulit jika melupakan cinta pertama, namun tidak ada yang tidak mungkin atas seizin allah dengan niat Zahra yang yakin allah pasti akan membantunya

"Bagus dong. Oiya tadi mau bilang apa?"

"Eum.."

"Ra, dari tadi kak Arfan terus nelfon lo, liat deh" ucap Ela yang memotong pembicaraan Revan, secepatnya Zahra menerima hpnya. Ia melihat ada 20 kali panggilan tak dijawab, perasaannya mulai cemas ia pun langsung menarik Ela untuk pergi namun baru 1 langkah Arfan sudah ada dihadapannya

"Kak ada apa?"

"Baru nanya?" Zahra menelan ludahnya susah payah, ini beda seperti bukan Arfan yang ia kenal sebelumnya, tatapannya memang dingin namun kali ini lebih dingin dan tajam, nadanya yang cuek namun ini lebih dari kata cuek

"Kak, Hana baik baik aja kan?"

"Menurut kamu?"

"Kak serius Zahra minta maaf, Zahra cuman ngobrol sebentar sama Rev-,.."

"Oh sebentar ya? Kalo gak ikhlas mending gak usah!" ucap Arfan dengan sangat dingin dan tanpa rasa peduli,Zahra mulai menangis air matanya sudah tak bisa ia tahan lagi, perasaannya cemas dan takut

"Kak--a-aku..m-mm-minta mmm..mm-maaf.."

"Bener bener gak bisa dipercaya!" Arfan meninggalkan Zahra yang menangis sesegukan dipundak Ela, Arfan nampak tak peduli dengan tangisan Zahra, lain lagi dengan Revan ia nampak emosi dan menarik lengan Arfan. Satu pukulan berhasil mendarat di rahang Arfan, tentu Arfan tak bisa mengelak karena tangan Revan sangat cepat. Arfan menutup matanya berusaha menahan rasa perih yang menjalar dibagian pipi kanan. Ia menatap wajah Revan dengan tatapan dinginnya

"Saya tidak ada urusan dengan kamu"

"Gak mungkin gue tinggal diam liat orang yang gue sayang menangis gara gara lo!" Sentak Revan sambil mengepalkan kedua tangannya

Arfan tersenyum walaupun sakit karena ujung bibirnya sedikit sobek,

"Kamu melakukan hal yang sama seperti saya. Tidak rela jika orang yang kita sayangi terluka. Kamu pasti akan marah. Terimakasih sudah membuktikan bahwa apa yang barusan saya lalukan tidak sepenuhnya salah" Arfan pergi begitu saja dengan bibir yang terus mengucap kalimat istighfar beberapa kali. Dalam hati Arfan menangis berharap apa yang terjadi hari ini tidak berdampak pada hari hari selanjutnya.

Arfan menggendong tubuh Hana yang sudah lemas Zahra pun mengejar sekuat tenaganya, tak peduli tatapan orang orang yang beragam. Yang ingin ia pastikan bahwa Hana baik baik saja. Ia begitu menyayangi Hana dan jika sampai terjadi sesuatu pada Hana, Zahra tidak bisa memaafkan dirinya sendiri

Sujud Terakhirku [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang