3. Hesti

704 77 4
                                    

Sepulang dari rumah tetangga sebelah, Ibu nungguin gue di belakang pintu rumah gue dengan raut wajah cemas.

"Kamu nggak buat onar lagi, kan, di sana?"

"Yaelah Bu, nggak lah. Assalamualaikum."

"Walaikumsalam." Menutup pintu, Ibu mengiringi langkah gue. "Lah, tadi kok teriak teriak. Kenapa?"

"Kucing."

"Kucing?"

Gue menghela nafas duduk di kursi makan. Ibu menarik kursi sebelah leb8h dekat, kan jadi risih. Daripada Ibu cemas, gue ceritakan apa yang terjadi di rumah sebelah.

Ibu menggeleng kecil sambil berdecak decak. "Kok, anak ibu kok tahu banyak tentang kucing sih?"


"Paling diajari Radit. Ya kan?" Kak Fitra nyelonong kalungan handuk, menaiki anak tangga.

Gue mengangguk. Kak Radit adalah teman Kakak gue. Dia anaknya Pak Dokter dan punya cita - cita jadi dokter. Dia cat person dan tahu banyak tentang kucing. Pas kucing temuan gue sakit, dia yang menolong. Semenjak itu dia sering mengajari gue banyak hal tentang kucing.

Menurut gue, semua kucing imut dan punya pola pikir masing - masing. Semenyebalkannya mereka, tetap lucu.


Kehidupan gue selama beberapa bulan di Jawa berjalan dengan asik. Nggak ada masalah besar, kecuali Desta. Entah perasaan gue aja apa emang orangnya nyebelin?

Dia suka pamer dan nggak mau kalah. Seperti kejadian beberapa hari yang lalu. Ketika gue beli tas baru, besoknya dia beli tas baru juga.

Terus, kapan hari gue bawa teman - teman sekolah main ke rumah. Eh besoknya dia juga bawa temen temen sekolah dia main ke rumahnya.

Nilai gue bagus di sekolah. Gue nggak ada niat pamer, tapi entah dari mana Desta tahu tentang nilai gue, hingga dia nyanyi nyanyi bilang nilai Matematika dapat nilai A. Nyebelin kan? Apaan tuh A, lah nilai sekolah gue aja masih pake angka.

Terus, gue dapat teman baru namanya Kiki. Awal mula kenal Kiki, dia datang minta maaf lantaran nakal tempo hari. Masalah kalimat Dancok iti, loh.

First impression, dia baik. Terus, dia mulai negur - negur gue nggak jelas.

Seperti ketika gue beli bakso. Dia ikut nimbrung.

"Pagi Hesti. Suka bakso, ya?"

Dia duduk di sebelah gue. Kami ngobrol banyak hal. Hingga dia nyerempet masalah pribadi.

"Kamu belum punya pacar, kan?"


"Kenapa emang?"

"Yaa takutnya ntar ganggu."

Gue ketawa. "Gue jomblo kok."

"Kalau gitu, bagi nomor telepon ya."

Dan kesalahan gue ngasih nomor telepon ke dia.

Magnetic LoveWhere stories live. Discover now