lil by lil

2.2K 198 18
                                    

zee menatap ponselnya bersama dengan jemari yang bergerak mengetikan sesuatu. mungkin ia tidak menyadari kalau guratan senyum mulai terukir di wajah, namun lelaki itu tak sendiri di sana. tommy, adiknya menjadi saksi bagaimana raut wajah sang kakak berubah.

“abang.” panggil tommy sekali. kedua alisnya terangkat heran.

tak ada jawaban, matanya pun menyipit curiga. “abaang!” serunya sekali lagi namun sang kakak masih sibuk dengan hal di ponselnya itu.

merasa kesal karena kakaknya tetap memilih bahagia bersama benda mati di genggaman, tommy pun menyenggol lengan zee sedikit kasar. lantas yang lebih tua mengalihkan perhatiannya dan sedikit rada terkejut.

“eh--kenapa tom?” tanya zee gelagapan.

jemari tommy menunjuk sang kakak curiga. kedua matanya menyipit tajam.

“apaan?” zee bertanya sekali lagi seakan tidak memiliki kesalahan apa pun.

“lo dari tadi gue panggilin ngga nyaut-nyaut malah senyum sendiri sama hape.”

kedua mata zee mengerjap lalu telapak tangannya bergerak mengusap tengkuk yang tidak gatal. gestur orang yang ketangkap basah.

lesung pipi tommy terlihat, ia masih memusatkan perhatian pada sang kakak yang tidak membalas ucapannya sama sekali.

“lo punya pacar ya?”

“hah? pacar apaan- jangan ngada-ngada.” sanggah zee sembari mengibaskan tangan.

tommy mengangkat bahu tak acuh. kakaknya terlihat panik tapi ia masih belum berniat menyelidiki lebih jauh.

“ohiya, gw sebentar lagi kayanya mau cabut.” zee memberitahu. sudut matanya melirik jam di dinding rumah sakit yang menunjukan hampir pukul sebelas.

sang adik mengangguk. “santai. makasih udah dateng bang.”

tangan zee terulur mengacak-acak surai tommy. “yaiyalah harus.” lalu keduanya tertawa bersama.

beberapa saat kemudian suara pintu terbuka menyapa indera pendengaran. seorang lelaki berpakaian putih yang bisa diterka setidaknya adalah seorang pegawai rumah sakit masuk ke dalam ruangan.

orang itu tersenyum membuat sepasang matanya yang sudah sipit sedikit menghilang.

“selamat pagi menjelang siang, saya jimmy karn yang akan membantu dokter mark selama tiga bulan ke depan. mohon bantuannya.”

---


zee tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di apartment saint. lebih lagi ia sudah memiliki akses ruangan sehingga tidak perlu mengetuk pintu lagi. kini sepasang kaki miliknya sudah menelusuri ruang depan apartment saint. tidak ada yang berubah sejak beberapa hari lalu ia berkunjung ke sini.

“kak zee udah dateng?”

itu adalah suara saint yang sekaligus bersamaan dengan kemunculan sosoknya dari area dapur.

anggukan menjadi jawaban, zee memerhatikan saint seakan-akan hal itu dapat memberikan jawaban tentang apa yang sang tuan rumah lakukan.

saint tersenyum sekilas, “aku lagi buat mie. tinggal sebentar dulu ya kak. duduk aja.” kalimat saint pun menjawab pertanyaan dalam benak yang lebih tua.

sosok itu kembali menghilang di balik dinding yang membatasi antar ruang. walau saint menyuruhnya untuk duduk, zee justru melangkah ke arah dapur di mana yang lebih muda berada.

aroma sedap dari bumbu mie dapat tercium hidung tatkala zee mendekati area memasak. kedua irisnya pun menangkap sosok saint yang tengah membelakanginya, pasti sibuk dengan mie yang kini tengah di masaknya.

zaintsee: meant to be - finishedWhere stories live. Discover now