1

22 7 1
                                    

Setelah keluar dari UKS Aurora berjalan menuju kelasnya, memang ia merasa sedikit pusing sekarang tetapi tidak mungkin ia diam di ruangan itu bersama laki-laki yang tidak ia kenal.

Saat sampai di ruang kelas yang bertuliskan XII MIPA 5 ia langsung mencari tempat duduknya, untung saja hari ini guru bahasa Indonesia tidak masuk jadi ia selamat masuk kelas.

"Aduh, kalian tahu nggak tadi si lintang gendong cewek" itu suara novi, ya biasa dalam sebuah kelas itu ada teman yang nyinyir.

"Lintang? kok bisa, bukanya dia nggak pernah mau disentuh sama cewek?" Tanya elda yang mulai penasaran.

"Iya dia kalau sama cewe gitu walapun dia dikenal social butterfly" Tanya Lia juga.

"Gue juga nggak tahu tuh, cobak deh kalian tanya sama aurora yang tadi digendong" ucap Novi sambil melirik Aurora yang kini tengah sibuk mendengar lagu dari earphone nya.

"Yah percuma, kan kalian tahu sendiri" kata elda.

"Udah kalian nggak bosan apa tiap hari urusin hidup orang" sahut Fitri yang bosan dengan ocehan teman kelasnya itu tiap hari.

Aurora memejamkan kedua matanya sambil menyender di kursi yang ia duduki. Terkadang ia merasa sedih seperti ini, tidak ada yang peduli denganya. Sungguh ia kasihan dengan dirinya sendiri.

"Eh toge, lo tadi pingsan ya?" Tanya seseorang cowok yang tiba tiba menghampiri nya.

"Kalau diajak ngomong jawab dong, dasar muka flat!" Hampir setiap hari manusia ini menggangunya. Namanya Rangga orang yang punya seribu nama untuk memanggil Aurora.

"Nggak panas" ucapnya sembari mengecek kening Aurora. Terkadang walaupun sering usil Rangga peduli padanya buktinya saja sekarang, mungkin ia kasihan melihat auorora.

"Yudah capek gue ngomong sama orang bisu kayak lo" rangga sudah terbiasa dengan sikap aurora yang sudah menjadi temanya hampir tiga tahun ini.

                                 ***
Bel tanda istirahat pun tiba, semua siswa-siswi RAYASA menuju ke tempat biasa kantin tak terkecuali dengan tiga cogan dari MIPA satu itu.

"Tang, tadi kata anak-anak lo nolongin orang pingsan?" Tanya atan yang mendengar anak kelas lainya membicarakan hal itu.

"Hm" jawaban itu artinya 'ya'.

"Kok tumben? Katanya juga, tuh anak cewek lagi" tanya Arkan yang sekarang semakin penasaran.

"Gue kasihan aja" jawabanya singkat.

"Punya rasa kasihan juga Lo" balas Arkan.

"Cantik gak?" Tanya atan yang memang maklumi saja otaknya.

"Biasa aja" balas lintang.

Setelah mereka hampir menghabiskan makanannya, mereka melihat ada kerumunan di depan kantin. Karena rasa penasaran yang bergejolak mereka pun ikut bergabung, sebenernya lintang tidak pernah tertarik untuk ikut, tapi tentu atan yang menarik dirinya dan arkan untuk ikut melihat apa yang terjadi.

"Lo pura pura kan pingsan?" Tanya salah satu cewek dari tiga orang cewek disana.

"Paling cuman mudos, supaya dilirik lintang" sambung salah satu dari mereka lagi.

Lintang dan dua temanya itu langsung membelah kerumunan disana, lintang sedikit heran melihat siapa disana, yup siapa lagi kalau bukan gadis yang ia tolong tadi dan melihat teman kelasnya putri dan dua teman rempongya.

"Nyadar dikit dong, lintang nggak bakal mau sama Lo" sinis putri.

Aurora hanya diam sekarang, dia bukan tipe orang yang suka berdebat aduh gimana mau berdebat ngomong aja jarang. Dia juga tidak mengerti apa yang sedang dilakukan tiga orang makhluk di depanya.

about usWhere stories live. Discover now