Aurora

67 10 2
                                    

Terkadang tetap berdiri sendiri memang tidak mudah.
Adakalanya kakipun mulai lelah mengimbangi,
Namun iapun tak pernah berbicara ataupun mengeluh.
tetap tidak ada pilihan lain, selain berdiri, berdiam mematung sendiri.

23-2-20
Aurora Ouranus Toraya

Hanya Inilah yang bisa dilakukan seorang Aurora, menulis unek-unek yang tak bisa ia sampaikan pada orang lain tentang bagaimana kisah hidupnya. Biasanya hanya pada secait kertas ia bisa mencurahkan, jika tidak pasti pada tuhan lah dia mengadu semuanya.

Aurora Ouranus Toraya gadis yang bisa dibilang ansos oleh anak lainya. Dia juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri, dia memang tidak seperti kebanyakan orang yang bisa bebas melakukan apapun dalam hidupnya. Terkadang ia iri dengan orang yang bebas mengekspresikan diri. Dia bukan dari keluarga yang amat-teramat kurang, kehidupan keluarganya cukup memang tidak mewah namun lebih dari cukup. Nama ayahnya adalah 'Arga Brialis Toraya' yang saat ini masih menjadi pegawai sebuah perusahaan swasta dan ibunya 'Riana Tatiana' memiliki toko kue yang menjadi pekerjaanya sehari-hari.

Aurora memang gadis yang tidak banyak bicara kecuali orang yang paling ia kenal seperti papa, mama dan kakak perempuannya. Bukan karena ia menjauh dari orang-orang tapi awalnya memang mereka yang tidak mau dengan perempuan sepertinya.

"Ra makan dulu" suara perempuan paruh baya itu memanggil gadis pemilik rambut panjang yang kini sedang duduk di bangku belajar.

"Ya ma" balas Aurora lalu mengikuti sang mama ke meja makan.

"Ra gimana sekolah kamu?" Tanya sang kakak membuka suara kepada adik perempuan satu-satunya setelah mereka semua berada di ruang maka.

"Biasa aja" jawabnya singkat.

"Kok gituu? Harusnya seru dong, itu tuh masa yang gak bakal keualang lagi, jadi kamu itu harus banyak buat pengalaman. Misal nih kamu tebar pesona" ucapnya sembari mengibaskan tangannya ke belakang, namun karna sudah terbiasa dengan ocehan sang kakak Aurora hanya mengangguk tak minat.

"Ngajarin adiknya yang bener erika" tegur sang ayah kepada anak pertamanya yaitu 'Erika Roana Toraya' kakak dari Aurora. Erika memang berbeda seratus delapan puluh derajat dari Aurora, erika orangnya terbuka, mudah bergaul, cantik dan pintar tentunya, buktinya saja ia sedang menyandang sebagai mahasiswa hukum di universitas terkenal dan itu ia dapatkan dengan beasiswa.

Itu membuat Aurora kadang merasa apakah ia benar dari keluarga ini, apakah ia hanya anak pungut mungkin, namun saat Aurora bicara seperti itu orang tuanya membantah keras, memang benar kalau rora adalah Puteri kadung mereka bahkan kakaknya saja bercerita saat rora dilahirkan oleh sang mama jadi Aurora harus menerima jika ia sangat berbeda dengan kakaknya itu.

"Tapi benar Ra, kamu harus banyak bersosialisasi dan aktif juga kayak kakak kamu dulu supaya banyak temen, nanti juga biar dapat info banyak pas masuk universitas" mamanya juga ikut membenarkan.

Sebenarnya Aurora itu tidak seburuk yang kalian duga, hanya saja Aurora sendiri yang memang tidak percaya diri.

Oke kita lanjut, masih di meja makan

"Coba deh kakak ajarin kamu belajar, kakak dandanin kamu pasti bakal wow bangett" tawar sang kakak setelah selesai makan.

"Gak perlu" jawab Aurora kemudian beranjak ke kamar tanpa pamit pun pada orangtuanya, kebiasan rora memang.

"Awas nyesel kamu Ra!" Teriak Erika karena Aurora sudah menjauh.

"Jangan teriak juga erika!" sang mama membuka suara karna jengah dengan kelakuan putrinya itu.

"Lagian anak mama tuh" kata Erika.

"Adik kamu tuh" jawab mamanya tak mau kalah.

Tak lama kemudian mereka mengakhiri pembicaraan yang bisa dibilang tidak terlalu penting itu.

                                ***

Pagi ini harus dimulai Aurora dengan sangat sial! Bagaimana tidak?!
Kakaknya yang super cerewet itu sulit sekali dibangunkan, jadilah sekaraang bisa dipastikan ia akan telat kesekolah. Padahal hari ini adalah hari yang amat keramat bagi para pelajar yaitu hari Senin.

"Kak cepetan dong, gerbangnya mau tutup lima menit lagi!" teriaknya pada Erika yang masih setia dikamar, entahlah mungkin ia sedang memoles diri dengan make up kebangganya.

"Udah yuk" erika muncul dibalik pintu kamarnya. Mereka kemudian segara beranjak ke dalam mobil.

"Cepetan kak" paksa Aurora.

"Yaya nyonyah Aurora".

Karna jarak yang tidak terlalu jauh dari rumahnya ke SMA ARYASA. Namun tetap saja lima menit tidak cukup untuk sampai disekolahnya, jadilah untuk pertama kalinya dalam sejarah ia telat kesekolah.

"Aduh gerbangnya udah tutup lagi" gerutu Aurora.

"Yaelah tinggal rayu pak seno aja kali Ra" ucap erika.

Aurora tak menggubris ucapan asal sang kakak, ia lebih memilih segera turun dari mobil daripada mendengar saran yang tidak jelas dari kakaknya itu. Kini ia tengah menunggu seseorang muncul untuk ia minta tolong dibukakan gerbang, namun bagaimanapun selama hampir menginjak tiga tahun sekolah disini, ia tak kenal banyak jangankan teman beda kelas, teman sekelas saja ia tak begitu akrab.

"Pak seno mana sih" gumam Aurora.

Tak lama kemudian datang seorang yang ia harapkan sedari tadi, yups siapa lagi kalau bukan pak seno satpam sekolah.

"Pak minta tolong bukain" Aurora yang terkenal pelit bicara pada orang yang bisa dibilang asing namun ia memberanikan diri untuk bicara sekarang, kalau saja ia tidak butuh ia tidak akan bicara juga dengan siapapun.

"Kayaknya saya baru liat kamu telat deh, yaudah saya bukain buat kamu untuk pertama dan terakhir. Oke!" Jelas pak seno membuka gerbang untuk Aurora.

Setelah gerbang terbuka Aurora berlari kedalam halaman sekolah tanpa mengucapkan terimakasih pun kepada pak seno lebih tepatnya aurora panik jadi tidak ingat untuk berterimakasih.

"Dasar anak zaman sekarang" ucap pak seno sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

Karna hampir 10 menit yang lalu upacara dimulai, Aurora tidak mungkin main nyelonong saja ke barisan kelasnya. Sebagai orang yang pertama kali telat dalam hidupnya apa yang akan ia lakukan.

"Kamu yang disana kemari" suara itu Aurora kenal, itu suara guru bimbingan konseling yang tentu saja terkenal sangat ganas.

"Cepet kemari" teriak Bu Ratu kembali.

"Ikut saya" lanjut Bu Ratu. Mampus sudah Aurora sekarang, ia ketahuan.

Setelah mencatat namanya di daftar buku yang Bu Ratu suruh tadi, entah buku apa itu Aurora tidak tahu.

"Sekarang kamu berdiri di lapangan dengan teman kamu yang lain" what! Apaan ini Aurora disuruh berdiri ke lapangan, bukan untuk mengikuti upacara, pasalnya upacara telah berakhir sekitar dua menit yang lalu.

"Sekarang Aurora! Sampai istirahat!" Ulang Bu Ratu.

Baiklah Aurora yang tidak suka membantah ataupun berlama-lama dengan amarah Bu Ratu lebih baik sekarang ia menurut saja dari pada nantinya akan semakin parah.

                                 ***

Huaiii kalian
Ini nih cerita akuh
Jan lupa ya di vote dan tulis tanggapan kalian di kolom komentar

Byebye

about usWhere stories live. Discover now