Bara Rindu - 19

37.6K 2.3K 6
                                    

"Jadi diantara kalian benar tidak ada yang tau dimana keberadaan Rindu?" Tanya Bara yang entah sudah ke berapa kali kini duduk disalah satu meja dengan Rasya disampingnya, Askar dan Adam sedangkan Satya menyiapkan makanan pesanan pelanggan.

"Tidak ada tuan." Jawab Rasya yang entah

"Berhenti memanggil aku tuan, Rasya." Ujar Bara sambil melipatka kedua tangannya didepan dada menyender tubuh pada kursi dan mengadah kepala menatap langit-langit. "Kamu dimana Rindu aku kangen kamu." Lanjutnya sangat lirih dengan mata terpejam.

"Sudah coba dicari ke rumah kerabat atau temannya?" Tanya Askar mendapat gelengan pertanda tidak ada.

"Ga akan jauh sih kayanya, tapi pasti ada orang yang bantu buat nyembunyiin juga kalo sampe ga ketemu sama sekali kaya sekarang. Tapi siapa yang bantuin Rindu itu..?" Ujar Adam melakukan hal yang sama seperti Bara melipat tangan, menyenderkan tubuh dan mengadah menatap langit-langit.

"Satya, tutup saja langsung." Ujar Askar pada Satya yang baru beres melayani pembeli terakhir, hari ini biarkan tutup sore yang penting itu memikirkan dan mencari keberadaan Rindu. "Jadi sekarang kita mau nyari Rindu kemana?" Tanya Askar pada Bara.

"Kalian tidak usah repot, biar aku saja yang nyari Rindu dengan Rasya." Bara berdiri dan mulai berjalan keluar, namun baru tiga langkah tubuhnya hampir saja terjatuh jika tidak ada Rasya yang menopang disamping. Perutnya mulai bergejolak ingin memuntahkan sesuatu, kepalanya berdenyut pusing, badannya lemas. Bara tidak suka jika hal ini sudah terjadi padanya.

"Mas Bara tidak apa-apa?" Tanya Satya membantu Rasya menuntun Bara terduduk kembali ke bangkunya tadi.

"Tidak. Saya sudah biasa seperti ini sejak beberapa bulan lalu Rindu hamil." Jawabnya pelan dengan tangan menutup wajahnya.

"Apa kita kerumah sakit aja tuan? Wajah anda semakin pucat." Ujar Rasya mengelap kringat dikening Bara dengan tisu yang tersedia dimeja.

"Tidak Rasya, ak--- aish!" Belum beres berujar Bara meringis memegang kepala serta perutnya. "Kalian boleh hukum ayah nak tapi nanti jika ayah sudah menemukan kalian, ayah mohon." Ujar Bara lirih menahan sakit hingga tak sadar jika ia sudah dibopong oleh Rasya serta Askar memasuki mobil Bara yang diikuti oleh Adam dan Satya.

Sepanjang perjalanan Bara terus meringis kesakitan membuat keempat pria lainnya ikutan meringis tak bisa membayangkan apa yang dirasakan oleh Bara. Sedangkan dilain tempat Rindu baru saja terbangun dari tidurnya.

Rindu melirik sekitar, ia berada didalam kamarnya - kamar yang ia tempati selama ikut tinggal dengan Raindra. Ia bangun dari tidurnya, berjalan menuju kamar mandi namun langkahnya terhenti saat menatap diri dari kaca besar yang menempel dipintu lemari. Ia mengelus pelan perut buncitnya, semakin hari semakin besar bahkan Rindu tak bisa membayangkan saat hari dimana ia melahirkan ketiga anaknya itu.

"Udah bangun lo?" Tanya Raind yang sudah menyumbulkan sedikit kepalanya dari pintu.

"Keliatannya?" Balas Rindu dengan sebuah pertanyaan juga membuat Raindra membuka pintu dengan lebar berjalan sambil mencak-mencak.

"Makin nyebelin aja lo jadi bumil! Dasar cacing wormzone!" Celetuk Raindra membuat Rindu terkekeh yang membuat pria itu berdecak lagi, namun kali ini kagum akan kemanisan paras Rindu. Lesung pipi serta gigi gingsul yang sungguh membuat Raindra melayang melihatnya. "Biasa aja dong ketawanya, makin jatuh cinta nih gue liat ketawa lo kaya gitu.!" Ketus Raindra namun dengan senyuman jahil tercetak diwajah tampannya.

"Apaan sih!" Balas Rindu sambil berlalu mengambil baju dan memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Gue sungguh iri sama ayah biologis dari anak lo Rin, bukan karna pernah nyobain tubuh lo tapi karna dia beruntung bagaimanapun lo pasti akan terikat sama dia sekalipun kalian berpisah bertahun-tahun lamanya. Menurut gue, laki-laki yang jadi suami lo kelak adalah laki-laki yang sangat beruntung." Ujar Raindra pelan sebelum berjalan keluar dari kamar. "Gue tunggu diruang tv ya! Kita cari makan diluar Rin!" Teriak Raindra tepat didepan pintu sebelum menutupnya.

"Iya bawel!" Jawab Rindu dari dalam kamar mandi membuat Raindra terkekeh.

***

Tak terasa kini kandungan Rindu sudah memasuki minggu ke-35 dan ia masih tinggal dengan Raindra. Awalnya beberapa hari setelah Rindu menginap disitu, ia memutuskan untuk pindah dan mencari rumah kontrakan saja namun niatannya dilarang oleh Raindra. Pria itu menolak keras Rindu tinggal sendiri apa lagi wanita itu memaksa untuk bekerja dengan embel-embel 'biaya persalinan tidak murah' , namun Raindra tetap lah Raindra ia tidak membiarkan Rindu bekerja. Sempat mereka berdebat hingga Rindu mendiamkan Raind selama 10 hari full yang berujung pria itu mengalah mengizinkan Rindu bekerja tapi dalam arti membantu Raind mengedit beberapa buku dari percetakan tempat ia bekerja paruh waktu. Tanpa bekerjapun keluarga Raind bisa dikata sangat mampu, tapi pria itu ingin bekerja untuk mengisi waktu luang serta mendapat uang hasil keringatnya sendiri.

"Ga usah ngaca terus Rind, gembrot ya gembrot aja." Ejek Raind pada Rindu yang sejak 10 menit lalu tak henti menatap tubuhnya depan cermin.

"Kok gede banget ya Raind?" Tanya Rindu dengan polos.

"Ya pikir aja dong itu dalem perut ada 3 bocah Rin!" Jawab Raindra sedikti kesal, pasalnya itu adalah pertanyaan yang entah sudah ke berapa ratus dari Rindu untuknya.

Bayangkan saja tubuh kecil Rindu yang awalnya hanya berbobot 52kg sekarang menjadi 78kg hampir 80 brooo, amazing kan? Kebayang ga tuh segimana gembrotnya Rindu? Dan dia terus-terusan bertanya kenapa badannya bisa sebesar itu? Ya bisa lah orang bunting anak tiga ditambah asupan makanan seharinya tuh beuh naudzhubillah kadang Raindra bingung itu Rindu hamil anak orang atau anak kudanil, rewog bener gengs.

"Yaudah yuk jadi jalan ga?" Tanya Rindu yang entah sejak kapan sudah berdiri didepan Raindra.

"Hayu, tapi kamu mau tau sesuatu ga?" Tanya Raindra dengan tangan menarik Rindu pelan untuk terduduk disofa ruang tengah.

"Apa?" Tanya nya acuh dengan tangan mencoba menggapai toples kue yang berada diujung meja. "Raind ambilin." Kan kan kan ujung-ujungnya Raind lagi yang ngambil karna perut buncit Rindu sangat membatasi pergerakan wanita itu.

"Ck! Udah gede gitu ngemil terus, ga takut meledak itu perut?!" Sindir Raindra tapi tetap mengambilkan toples kue pada Rindu. "Jadi dengerin ga nih?" Lanjutnya.

"Iya apa aku dengerin kok." Jawab Rindu acuh dengan tangan fokus memasukan kue kedalam mulutnya. Pipinya? Sudah lebih-lebih dari hamtaro pokoknya genyal-genyal tembem gimana gitu.

"Pria itu balik lagi ke kota ini." 7 kata dengan nada datar yang keluar dari mulut Raindra membuat Rindu terdiam. "Dia tau kamu ada dikota ini, karna minggu kemarin saat kita jalan-jalan di mall beli barang buat baby salah satu anak buahnya ngeliat kita tapi syukurnya saat mereka ngikutin kita pulang, mereka kecegat macet dan kehilangan jejak."

"Bukannya dia masih dirumah sakit?" Tanya Rindu pelan.

"Sudah keluar sejak kemarin, kondisinya membaik." Jawab Raindra yang kini membuat suasana hening.

Barabas Anggara, sejak dimana ia dibawa kerumah sakit oleh Rasya, Askar, Adam dan Satya - tak henti ia bolak balik kerumah sakit hingga saat ini. Pasalnya dalam satu bulan pasti ada satu minggu dimana ia menginap dirumah sakit. Bukan keinginannya tapi kondisinya yang drop, titik dimana Bara sudah tak sanggup menahan mual dan pusing yang ia rasakan. Namun satu minggu lalu ia mendapat kabar dari anak buahnya jika mereka melihat Rindu di kota dimana Rindu dulu pernah kabur, namun kini sudah jelas Rindu ada disana bahkan Bara mendapat foto candid dari anak buahnya dengan jarak tertentu yang sedang berjalan bersama seorang pria diketahui bernama Raindra yang merupakan teman Rindu semasa SMA. Mendengar kabar itu Bara memaksakan diri untuk memasukan makanan serta minuman agar ia cepat pulih, dan disini lah dia sekarang disalah satu hotel milik Antha yang akan ia tempati selama mencari keberadaan Rindu dikota ini.

Bara Rindu [TERBIT][PRE-ORDER NOVEL CETAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang