Bara Rindu - 8

45.8K 3.1K 103
                                    

"Kalian juga merasa jika Bara sudah gila?" Tanya Antha datar yang dibalas anggukan ketiganya kompak. "Apa aku bilang, Bara harus dibawa kerumah sakit." Ucap Antha pada Safira yang berujung mendapat cubitan diperutnya.

"Bara ga gila, cuma mungkin hormonnya sedang labil. Jadi kalo ada apa-apa dan dia minta apapun tolong dituruti saja ya." Jelas Safira membuat ketiganya mematung kebingungan.

"Hormon apa yang dari tadi tante maksud ,kita ga ngerti." Tanya Kelvin membuat Safira tersenyum.

"Sini kalian duduk." Safira meminta ketiga pria itu duduk diatas kasur samping Bara yang tertidur pulas dengan sesekali keluar gumaman tak jelas. Safira menceritakan semuanya kepada mereka bertiga, semuanya sejak 1 bulan lalu awal Bara mual-mual hingga kejadian dengan Antha tadi membuat mereka yang selesai mendengar dengan serius saling tatap dan mengorek telinganya berharap mereka salah dengar. Namun semuanya benar, yang mereka dengar benar semuanya membuat ketiganya terbahak, namun anehnya tak membuat Bara terbangun. Langsung saja mereka menutup mulut dan terkekeh menatap Bara tertidur begitu pulas.

Diantara mereka, Bara lah yang paling gampang bangun jika ada kebisingan sekecil apapun hingga kamarnya dibuat kedap suara agar nyenyak. Tapi lihat lah, Bara begitu tak terganggu membuat semua yang ada disitu menggeleng tak percaya.

"Biasa ngamuk nih kalo denger bising, ini malah makin nyenyak kayanya." Celetukan Kelvin diangguki oleh Raja dan Raenand.

"Jadi.... Sekarang Bara kaya gini efek dari perempuan yang bernama Rindu itu?" Tanya Raja diangguki oleh Safira serta Antha.

"Kalian akan pulang?" Tanya Antha melihat sahabat anaknya itu tak beranjak sedikitpun.

"Engga om, nginep sini. Takut kaya tadi nelfonin sampe 100x lebih parah." Ucap Raenand sambil menggelengkan kepala yang diikuti oleh Kelvi dan Raja. Diantara keempatnya hanya Bara yang normal, namun sepertinya tidak akan lagi jika melihat kondisi Bara lebih absurd dan tak jelas dari ketiganya. Kelvin mengambil posisi tidur disamping Bara, Raja tidur berlawanan arah dengan Kalvin dan Bara diatas kasur paling pojok sebelah kiri sedangkan Raenand memilih tidur disofa besar milik Bara.

Adzan pagi berkumandang tepat pukul 04.24 membangunkan Bara dari tidurnya. Mengucek pelan matanya sebelum menatap satu persatu sahabatnya yang selanjutnya dengan tega Bara jatuhkan Kelvin serta Raja dari kasur dengan cara tidak cantik. Didorong keras oleh kedua kaki kekar Bara. Yang terjatuh saling meringis kesakitan sedangkan yang menjatuhkan tertawa kencang membangunkan Raenand yang tertidur disofa. Melihat Kelvin dan Raja menatapnya tajam hendak membalas, Bara lebih dulu berlari menuju kamar mandi.

"Barabas bangke!" Teriak Kelvin dan Raja bersamaan sedangkan Raenand yang melihat hanya tertawa.

"Bara beneran gila gara-gara diperjakain sama anak gadis orang hahaha!" Ucap Raenand disela tawanya. Tak berselang lama Bara keluar dengan wajah, rambut,tangan serta kaki yang basah menatap satu persatu temannya yang menatap heran. Dengan acuh Bara berjalan menuju lemari serta mengambil sajadah ,sarung serta kopeah yang baru pertama kali dipakai sejak dibelikan oleh ibunya tahun lalu. Dengan santai ia menggelar sejadah serta memakai sarung dengan cekatan jangan lupakan kopeah yang sudah duduk cantik dikepala Bara. Ketiga temannya saling pandang menatap Bara tak percaya. Seorang Barabas Anggara melakukan shalat subuh? Bahkan tepat waktu setelah adzan berkumandang. Namun saat akan melakukan ruku Bara berdiri tegak menatap satu persatu temannya.

"Kiblat kemana sih?" Tanya polos Bara membuat Kelvin, Raja, serta Raenand menepak jidat mereka ampun. Bara sudah pd akan shalat tapi ia tak tau arah kiblat dirumahnya sendiri? Haruskan Raja membongkar otak Bara sekarang.

"Mana gue tau!" Jawab kompak ketiganya membuat Bara mendengus dan berjalan keluar kamar yang diikuti ketiganya.

"Ibuuuuuuu!!! Ayaaahhhh!!!" Teriak Bara menggedor kamar orangtuanya tidak santai.

"Apa sih nak?" Tanya Safira pelan. Sedangkan Antha bertolak pinggang geram kepada anaknya yang masih subuh sudah teriak-teriak.

"Arah kiblat kemana?" Tanya polos Bara membuat kedua orangtuanya melongo tak percaya sedangkan ketiga sahabatnya terbahak sambil mengabadikan moment itu dengan memvidio sejak Bara melangkahkan kaki keluar kamar.

***

Rindu yang baru selesai shalat subuh hendak tidur kembali karna masih merasa ngantuk. Namun dengan tegap ia menahan rasa kantuknya dan lanjut membereskan kamar kontrakannya yang hanya sepetak itu namun pas untuk dirinya. Setelah beberes serta mencuci baju Rindu membersihkan diri, dan berjalan-jalan pagi keliling kampung yang berujung duduk diteras dengan pemilik kontrakannya saling bertukar cerita. Setidaknya Rindu memiliki teman mengobrol, Marwa - ibu kost selain Askar, Adam, dan Satya.

"Saya kedalam dulu ya bu, mau siap-siap kerja." Ucap Rindu sambil tersenyum

"Kamu ini kerajinan sekali, padahal baru sehari disini tapi sudah dapat kerja. Jangan terlalu capek kasian anak dalam kandunganmu." Petuah Marwa yang angguki oleh Rindu sebelum berlalu kembali kekamar dan bersiap diri.

Kini ia sedang berjalan menunggu angkot yang akan mengantarnya menuju rumah makan tempat ia bekerja. Tak lama ia naik dan duduk dengan apik. Sampai didepan rumah makan Rindu langsung berdiri dan menatap jam tangan yang bertengger ditangan kirinya, 09.57 tapi tempat ini belum buka. Ia menyenderkan tubuhnya disamping kaca sambil memperhatikan orang-orang yang beraktifitas hingga tak lama datang Askar dengan motornya menatap Rindu.

"Udah lama?" Tanya Askar yang dibalas gelengan serta senyuman manis dari Rindu membuat dirinya ikut tersenyum. "Yuk masuk." Ajak Askar dan Rindu mengekor dari belakang.

Rindu berjalan menuju belakang hendak menyimpan tas tapi ia tak percaya jika Adam serta Satya sudah berada di dapur beradu dengan berbagai macam sayuran. Askar yang mengerti dengan tingkah Rindu pun terkekeh kecil.

"Mereka udah stand by dari jam 8 pagi buat masak dan rumah makan ini buka pukul 10." Jelas Askar membuat Rindu menatap tak percaya.

"Jadi saya telat datang pak?" Tanya Rindu pelan tapi terdengar oleh ketiga pria itu.

"Engga." Jawab mereka kompak dengan gelengan kepala kecil.

"Terus?" Tanyanya Rindu lagi dengan polos.

"Kita memang suka masak dulu Rindu jadi datang lebih pagi. Sedangkan kamu kan hanya bagian kasir jadi datang aja pas rumah makan buka." Jelas Satya.

"Tapi ga enak dong sama mas Adam dan mas Satya." Ucap Rindu pelan sambil menundukkan kepalanya. Adam merangkul Rindu dengan senyuman.

"Kita kedepan sama-sama yuk, bentar lagi pasti ada yang dateng buat makan." Adam berjalan sambil merangkul Rindu menuju tempat kasir dan Adam berdiri disampingnya menemani serta menunggu konsumen yang datang.

Satya yang memperhatikan Rindu sedikit menarik perhatian Askar.

"Manis ya sat." Ucap Askar mendapat anggukan kepala dari Satya namun sedetik kemudian Satya terdiam dan menatap Askar yang kini terkekeh ringan.

"Deketin aja, siapa tau diterima jadi ayah dari anaknya." Ucap Askar berlalu keruangannya meninggalkan Satya yang masih tertegun ditempatnya. Ia dan Adam sudah tau jika Rindu hamil, bukan dari Rindu melainkan dari Askar. Bukan tanpa sebab Askar memberitahu mereka, tapi Askar ingin jika mereka tidak terlalu membebani Rindu dan mengucilkan Rindu. Posisi Rindu itu hamil tanpa suami yang pasti akan mendapat beberapa cercah dari orang. Askar memberitahu Satya serta Adam jika Rindu butuh orang untuk mendukungnya membuat kedua karyawannya itu mengangguk setuju dan akan menjaga Rindu. Rindu itu polos dan baik hati, mereka akan menjaga Rindu agar tidak tersakiti meski baru mengenal tapi terlihat jelas jika Rindu sangat gampang untuk disakiti dan tersakiti.

Bara Rindu [TERBIT][PRE-ORDER NOVEL CETAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang