Bara Rindu - 4

46.7K 3.5K 88
                                    

Saat pulang kerja, seperti biasa ia berjalan menyusuri trotoar sendiri. Ia berdiri cukup lama tak jauh dari sebuah apotik dekat dengan tempat kost nya. 30 menit menimbang-nimbang, akhir nya ia berjalan memasuki apotik dengan tangan berkeringat. Membeli 5 buah testpack dengan merek berbeda, ia tersenyum kaku saat kasir apotik memandang diri nya rendah. Setelah bayar, Rindu langsung bergegas keluar dari apotik dan berlari agar cepat sampai di kost an.

Saat sampai, ia langsung menutup pintu keras cukup menarik perhatian tetangga sebelah kamar nya karna tak biasa nya Rindu yang baik, ramah, dan sopan itu membanting pintu keras.

Rindu terjongkok di kamar mandi, masih ragu untuk mencoba. Tapi bagaimanapun ia harus mencobanya agar tau. Mengambil gelas bening yang sebelum nya sudah ia ambil, Rindu mulai mencoba salah satu testpack. Beberapa menit kemudian, benda itu menunjukkan dua garis merah. Tak percaya, ia melakukan hal itu hingga testpack milik nya habis. Namun hasil nya tetap sama. Ia hanya bisa terduduk meratapi nasib bodoh nya.

Beberapa menit ia terduduk akhir nya bangkit keluar dari kamar mandi dan mengemasi barang-barang nya yang tidak banyak. Usai membereskan semua barang, ia menyobekkan kertas dari buku catatan milik nya, ia menulis nya surat pengunduran diri yang akan ia selipkan di bawah pintu toko nanti.

Pukul 20.57 ia keluar dari kamar dengan semua barang milik nya. Hanya 1 koper besar, 1 tas gendong sedang, dan tas selempang kecil hanya untuk dompet dan hp. Ukuran kostan diderah nya, tempat kost Rindu adalah yang paling tenang. Karna pukul 20.00 sudah tidak ada yang berkeliaran keluar kecuali mencari makan. Makanya Rindu aman-aman saja keluar pukul segitu.

Ia naik angkot agar cepat sampai di toko bunga tempat nya bekerja untuk menaruh surat resign. Selanjutnya ia, menuju terminal bis. Ia akan naik bis jurusan apapun yang penting ia pergi dari ibu kota. Ingin rasa nya ia meminta pertanggung jawaban Bara. Tapi ia ingat, jika ayah dari anak dalam perut nya itu akan menikah kurang dari satu bulan lagi.

Beruntung diri nya saat sampai di terminal masih ada 1 bis lagi yang akan berangkat. Tanpa banyak fikir ia membeli tiket itu, dan duduk di kursi kosong sedikit belakang. Ia duduk disamping jendela, memandang keluar mengingat kembali semua kenangan di kota itu. Cukup lama ia memandang keluar, tak sadar jika bis sudah berjalan. Menghela nafas pelan, ia mengeluarkan dompet nya dan mengambil SIM milik Bara yang belum ia kembalikan. Setidaknya ia hanya punya itu dari seorang Barabas.

Ia melihat tiket bis milik nya, baru sadar jika tujuan nya adalah salah satu kota besar di ujung pulau itu. Tak apa, ia pasti bisa hidup sendiri membesarkan bayi dalam kandungannya. Ia bersyukur masih punya iman tak berniat untuk menghilangkan nyawa tak bersalah. Meski rasa nya ingin bunuh diri, tapi bagaimanapun masalah dalam hidup nya ya ulah diri nya sendiri. Ia harus mempertanggung jawabkan semua nya.
Dengan tangan masih memegang SIM Bara, Rindu memejamkan mata berharap semua nya akan baik-baik saja saat terbangun nanti.

***

Bara bersama dengan keluarga nya yang lain datang ke toko bunga tempat Rindu bekerja. Tepat saat membuka pintu, mata nya langsung tertuju ke meja kasir. Namun bukan Rindu yang ia dapati, melainkan orang asing. Berjalan tergesa menuju meja kasir yang diikuti oleh keluarganya, Bara terdiam menatap orang asing itu.

"Mana Rindu?" Tanya Bara to the point.

"Rindu tidak ada." Jawab orang itu.

"Jangan bercanda. Bulan lalu saya masih melihat dia memakai seragam toko ini." Bara menaikkan sedikit nada bicara nya.

"Tapi Rindu memang tidak ada. Dia sudah keluar." Jawab nya lagi dengan nada mulai kesal.

Bara RinduWhere stories live. Discover now