Bara Rindu - 11

42.8K 3K 52
                                    

Sudah terhitung tiga hari Bara berbaring dibrangkar rumah sakit dengan jarum infus bertengger anteng ditangan kanannya. Ia tak punya tenaga untuk melawan orang tuanya agar ia dipulangkan, jadi ia hanya menunggu waktu berharap cepat sehat. Bukan inginnya dia berbaring lemah seperti ini ,hanya saja sungguh tubuh Bara tak kuasa mengalami gejala-gejala yang seharusnya dialami oleh Rindu - wanita yang sedang mengandung anaknya. Pintu rawat terbuka menampilkan wajah ketiga sahabatnya yang datang dengan pakaian santai, ya karena ini akhir pekan tidak ada dari mereka yang bekerja meskipun ada beberapa yang harus diselesaikan tapi mereka lempar ke para pegawainya.

"Masih sama Bar?" Tanya Kelvin mendapat anggukan pelan dari Bara.

"Ada foto yang lebih jelas ga? Biar gampangan nyarinya." Tanya Raja mendapat gelengan dari Bara.

"Yakin Bar?" Tanya Raenand mendapat anggukan mantap dari Bara. Ketiga saling pandang dan merebahkan diri disofa dekat brankar dengan pemikiran masing-masing.

"Kel, hp aku dong." Ucap Bara pelan yang langsung didengar oleh Kelvin, memberikan hpnya pada Bara dan mengatur brankar sahabatnya itu sedikit terduduk 90° agar lebih nyaman. Terpaku Bara melihat foto profil Rindu yang berubah dan terkahir on nya hari ini pukul 8 tadi pagi. Foto selfie Rindu dengan senyum manis menunjukkan gigi gingsul sangat membuat hati Bara terenyuh. Bara mencoba mendial nomor Rindu. Aktif. Berdo'a dalam hati agar telefonnya segera diangkat. Ini sudah pukul 12 siang, 4 jam dari terakhir kali Rindu online. Sambil menggigit jarinya Bara terus menghubungi Rindu, semua tak luput dari pandangan ketiga sahabatnya. Panggilan ke 12 , panggilannya diangkat Rindu.

"Assalamualaikum." Sapa seseorang disana, namun yang membuat Bara heran yang ia dengar suara pria bukan suara lembut Rindu.

"Eungh, waalaikumsalam." Balas Bara dengan pelan.

"Nyari Rindu? Rindunya sedang istirahat pal-- eh itu Rindu, bentar."

Rindu, ada yang nelfon nih kayanya penting sampe berkali-kali.

Siapa mas?

Tak tau. Nih

Bara mendengar percakapan ringan disebrang sana, namun ia masih belum mendengar suara disebrang sana padahal telfon masih tersambung.

"Rin? Rindu? Ini saya Bara tolong jangan dimatikan dulu saya mohon." Ucap Bara dengan suara lemah. Rindu disebrang sana bisa mendengar jelas jika Bara tidak baik-baik saja, ia mengurungkan niatnya untuk mematikan sambungan dengan tetap menempelkan hpnya ditelinga dengan bingung akan menjawab apa. "Rindu, tolong jawab saya. Kamu masih ingatkan dengan saya??" Lagi, Bara berucap dengan lemah tak lepas dari pandangan ketiga sahabatnya.

"A-ada apa mas Bara?" Rindu menjawab dengan suara pelan namun ampuh membuat Bara menyunggingkan senyumnya.

"Beritahu saya kamu ada dimana. Biar saya jemput kamu sekarang Rindu, kita perlu bicara." Ucapan Bara membuat Kelvin mengambil alih hp sahabatnya itu serta ia berjalan keluar melanjutkan pembicaraan dengan Rindu. Raja dan Raenand menahan Bara yang memaksa akan mengejar Kelvin namun ia tak kuasa, tak memiliki tenaga yang sepadan.

"Hallo?" Sapa Kelvin membuat Rindu sedikit kaget mendengar suara yang berbeda.

"Iya?"

"Kamu Rindu?" Tanya Kelvin.

"Iya saya Rindu."

"Saya tidak terlalu tau apa yang terjadi antara kamu dan teman saya, tapi bisa kamu fikirkan ulang untuk pergi dari Barabas? Kondisinya sekarang sangat lemah, tak ada makanan yang masuk kedalam perutnya barang sedikitpun. Setidaknya temui dia sekali, dan bicarakan masalah kalian berdua. Jangan pergi seperti ini. Rumah sakit SH kamar VVIP 03 dilantai 7. Saya harap anda memikirkan ulang." Ucap Kelvin sebelum berjalan kembali memasuki kamar dan menatap Bara yang juga menatapnya dengan tajam. "Bara ingin bicara denganmu, jangan diputuskan dulu sambungannya." Ucap Kelvin yang dibalas anggukan oleh Rindu, meski Rindu tau Kelvin tidak akan melihatnya tapi tetap saja dengan refleks ia melakukan itu.

Bara Rindu [TERBIT][PRE-ORDER NOVEL CETAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang