SAMUDERA 6 || MOMEN BERSEJARAH

13.8K 1.8K 153
                                    

Vote and Comment!

©©©

"Bi?"

Panggilan Samudera mengalihkan perhatian Biru yang tengah merasakan semilir angin menerpa wajahnya. Rambut kucir kudanya melambai-lambai karena Samudera tidak membawa helm dua untuk dia pakai. Jangan bayangkan kalau mereka duduk saling berdempetan dengan Biru memeluk Samudera, karena jawabannya salah besar. Biru duduk hampir di ujung jok motor sambil berpegangan pada sanggahan motor yang ada di belakang tubuhnya.

"Apa?"

"Duduknya jangan begitu, nanti kalau jatuh gimana?"

"Terus gue harus dempet-dempetan gitu sama lo? Ngarep aja terus!"

"Ya ampun, Bi. Gak dempet-dempetan juga maksud aku. Agak majuan aja dikit, gak usah sampai sentuh aku gapapa deh. Berasa kayak pasien virus Corona aku di jauhin sama kamu gitu."

"Apaan pake bawa-bawa virus yang udah lewat?"

"Yaudah majuan atuh, neng."

"Modusnya pinter banget sih! Jadi sebel." Gerutu Biru sambil memajukan duduknya sedikit.

Bukannya marah, Samudera justru tertawa mendengar gerutuan Biru. Mungkin karena efek terlalu bahagia gadis yang dia cinta duduk di jok belakang motornya. Dia sudah mengkhayal kejadian hari ini dari jauh-jauh hari. Dimana Biru duduk di jok belakang motornya dan mereka akan menyusuri jalanan bersama. Merasakan angin yang berhembus menerpa wajah mereka. Memang dia selebay ini kalau sudah bersangkutan tentang Biru. Menghirup udara di satu tempat yang sama saja dengan gadis itu sudah membuatnya senang.

"Kamu udah makan?" Tanya Samudera lagi.

"Emang kenapa?"

"Kalau mau kita makan dulu, aku belum makan sore soalnya. Udah laper, boleh?"

"Ya terserah, gue kan numpang. Ngikut apa kata yang punya motor aja." Jawab Biru.

"Jangan gitu dong, Bi. Kalau kamu keberatan, aku bisa anterin kamu pulang dulu kok."

"Ya udah cari makan aja dulu, gapapa. Gue gak sejahat itu yah, Sam."

"Makan di tempat makan biasa aja yah, Bi? Kalau pedagang pinggir jalan mau gak? Soalnya cari tempat makan kayak resto gitu lama nanti. Udah jam setengah 5 soalnya, nanti takut keburu maghrib."

"Gapapa."

Setelah mendapat persetujuan, motor Samudera berhenti pada pedagang pinggir jalan yang menjual nasi ayam bakar dan berbagai lauk lainnya. Mereka duduk di satu bangku memanjang yang sudah tersedia beserta meja makannya. Samudera memesan nasi ayam bakar sedangkan Biru memesan nasi ayam penyet.

Sepertinya bukan hanya Samudera saja yang kelaparan, karena nyatanya Biru juga makan sangat lahap saat makanan sudah dihidangkan. Saat minuman es teh datang, Samudera mendorong satu untuk Biru baru setelahnya dia mengambil minuman miliknya. Jika pelanggan di sana melihat mungkin berpikir kalau mereka adalah pasangan muda-mudi yang romantis. Padahal kenyataannya Samudera selalu di tolak oleh gadis di sebelahnya ini.

"Pedes banget yah?" Tanya Samudera melihat banyak keringat muncul di dahi Biru.

Biru mengangguk sekilas menjawab pertanyaan Samudera lalu mengambil minumannya dan menyedotnya dengan rakus.

Samudera (JUPITER SERIES #2) [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang