Apparently...

1K 79 60
                                    

"Russia kemarin adikmu, Ukra, bilang ia butuh beberapa bahan untuk membuat sebuah kue, bisakah kau menyiapkan bahan untuknya?"

"jadi si putri malu itu bisa memasak?!" aku tak percaya dengan apa yang dikatakan papa

"jangan panggil adikmu begitu, dan ya.. dia pemalas, jadi jarang masak"

"baiklah, besok akan aku siapkan bahannya"

"pa, aku balik kekamar ya, selamat malam" aku menyunggingkan senyumku pada papa lalu bergegas kembali kekamar

Sesampainya dikamar, aku langsung membaringkan diri di kasur, aku sangat kelelahan menghadapi hari ini

"sampai jumpa di esok hari, dunia" aku mulai menutup mataku perlahan

Keesokan paginya

"cuk bangun, jangan lelet napa?!" suara Kazakhstan yang selalu mengganggu mimpi indahku terdengar

Mau tak mau aku membuka mata yang telah terpejam berjam-jam lamanya

"kenapa sih?! Memang sekarang jam berapa?" aku protes padanya, seperti biasa, Kaza selalu membangunkan ku pagi-pagi buta yang membuatku kesal padanya

"jam 5 pagi, bangun cuk! Kalo enggak ku laporin papa baru tau" Kaza menyahut lagi

"cak cuk cak cuk, panggil aku begitu lagi, ku tusuk kamu pakai pedang!!" aku dibuat makin kesal olehnya,

Kaza kadang memang suka memanggil seseorang sesuka hatinya, tak peduli orang tersebut lebih tua darinya (kecuali papa tentu saja)

"eh... ampun kak" Kaza ngacir keluar dari kamar ku

"akhirnya pergi juga tuh anak, ga tau sopan santun apa yak?" aku bergumam kesal,

Hari ini cuacanya lumayan hangat, sekitar 10℃, itu suhu paling hangat untuk akhir-akhir ini, aku mencuci muka lalu turun menuju dapur, di dapur aku bertemu dengan Kaza yang sedang sibuk berkelahi dengan Ukra

"hhhh kalian pagi-pagi sudah ribut aja, bisa nggak sih sehari aja kalian damai?!"

"ogah ni anak ngajak gelud mulu" Ukra menatapku tajam

"apaan sih, sok jago banget" Kaza mulai menyerocos tajam

"ada apa ini, kenapa ribut sekali disini?" suara itu terdengar dingin, kami melihat siapa yang berbicara, dan.... ternyata itu adalah papa

"eh... tidak ada kok pa, seperti biasanya Ukra dan Kaza ribut sendiri" aku menunjuk mereka

Papa menatap tajam kearah mereka seperti akan mengatakan 'kalau kalian membuat keributan lagi, ruang bawah tanah tak akan segan-segan menerima kalian', kedua anak itu hanya bisa menelan ludah setelah ditatap oleh papa.

FYI, kami sebenarnya memiliki ruang bawah tanah yang jarang dipakai disana ada banyak senjata-senjata, alat untuk hukuman eksekusi serta kurungan besi, masih ada bercak-bercak darah yang tersisa disana

Orang terakhir yang berada disana adalah seorang mata-mata dari kelompok musuh papa, entah kenapa ruangan itu tak pernah dibersihkan ruangan itu seperti ruangan ter-angker yang ada dirumah ini, tak ada yang berani kesana sendirian kecuali papa (dan Belarus tentunya).

"kalian segera siapkan sarapan, dan jangan buat keributan lagi!" papa meninggalkan kami bertiga di dapur

"tch, ini semua salahmu, dasar bego" Kaza bergumam ketus

Ukra hanya mendelik tajam kearah Kaza, aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka berdua, lagipula sejak kapan Ukraine bangun sepagi ini?, biasanya dia bangun paling akhir

"Ukra, sejak kapan kamu bangun sepagi ini? Emang habis mimpi apa sih?"

"bukan urusanmu, брат " Ukra masih terlihat kesal

"cuk, daripada mematung disitu, mending bantu kita buat sarapan gih" Kaza mulai membuat ulah

Aku ingin sekali meracuninya ketika dia berkata seperti itu, tapi aku masih ingat kalau di masih salah satu adikku jadi aku mau tidak mau harus menahan emosiku lalu membantu mereka membuat sarapan.

Dan ternyata papa benar, Ukra bisa memasak dengan normal, hufft kalau begitu seharusnya dia yang masak sarapan bareng Esto, bukan aku :(

Tak lama kemudian sarapan sudah tersusun diatas meja makan, awalnya aku akan menyuruh Ukra dan Kaza untuk memanggil yang lain tapi setelah kupikirkan lagi aku menyuruh mereka duduk manis di kursi sementara aku memanggil yang lain untuk sarapan

Countryhuman RussiaWhere stories live. Discover now