APPETIZER

223 17 0
                                    

Appetizer

"While eating your appetizer, don't be concerned with dessert"

- Wayne Dyer -


"Sat, mayones"

"Bawa sini seledrinya, Mel. Cepat!" sahut Satria sambil melempar botol mayones pada Karmel. Cewek itu menangkap botol menggunakan tangan kiri dengan sempurna, lalu bergegas memberikan beberapa batang seledri yang diminta Satria dengan tangan kanan. Mereka berdua bergerak dengan sangat cekatan.

Satria mendongak, melihat ke arah stopwatch raksasa yang terpampang di sebuah layar LCD besar di bagian paling depan panggung.

"Enam puluh detik lagi, Mel!"

"Jangan bikin panik!"

"Oke, rileks!"

Bunyi tepuk tangan penonton bergemuruh memenuhi aula. Mereka menyemangati kedua tim yang sedang berlaga di panggung Teen Cooking Competition 2017. Terdengar teriakan paling kencang di antara para penonton yang mengelukan nama Satria dan Karmel berulang-ulang. Miss Anne, guru pembimbing mereka, berdiri di barisan paling depan tribun penonton memang tampak begitu bersemangat mendukung mereka.

"Ada sedikit noda saus di pinggiran piring, bersihin cepat!"

"Serbet! Buruan!" Karmel benar-benar panik. Tetes-tetes keringat di dahi yang terus mengucur diusapnya berkali-kali menggunakan lengan baju. Dengan gemetar dan sangat hati-hati, ia memoles pinggiran piring warna putih itu agar tidak sampai merusak garnis hidangan yang telah dibuat sedemikian cantik

Karmel melirik ke arah meja tim lawan. Dua remaja pesaing mereka dari SMA Karunia Bunda terlihat sama panik.

"Jangan bengong. Waktu kita hampir habis!" Teriakan Satria membuat Karmel kembali fokus ke pos mereka.

"Waktu tinggal tiga puluh detik lagi. Segera bawa hidangan kalian ke meja juri atau salah satu dari kalian akan terhenti langkahnya sampai di sini!" teriak pemandu acara yang berdiri di tengah-tengah antara meja tim Satria-Karmel dan tim pesaing. Kemudian si pemandu acara kembali meneriakkan seruan-seruan penyemangat yang diikuti oleh penonton.

"Sat, hidung lo," kata Karmel saat Satria meletakkan piring yang telah siap ke nampan yang dipegang Karmel.

"Nggak ada waktu lagi, Mel! Cepetan bawa piringnya ke depan!"

"Sat, tapi hidung lo!"

Sepuluh. Sembilan.

"Mel! Cepat!" Satria mulai gemas.

Delapan. Tujuh.

Seantero aula ikut menghitung mundur. Tim lawan berhasil mencapai meja juri terlebih dahulu. Detak jantung Karmel semakin cepat. Jangan sampai mereka kalah sebelum hidangan yang susah payah mereka buat dinilai juri.

Enam. Lima.

Karmel berjalan cepat, setengah berlari. Meski begitu ia tetap berhati-hati dengan langkahnya. Kedua tangannya gemetaran.

Jangan tersandung, jangan jatuh, jangan tumpah.

Karmel merapalkan doa-doa penting itu dalam hati, berulang-ulang. Meja juri yang tinggal beberapa langkah tampak begitu jauh di matanya.

Empat. Tiga.

Tepat di hitungan ketiga cewek itu sudah berada di depan meja juri.

Berhasil! Seluruh beban yang dipikul Karmel lantas luruh begitu saja setelah piringnya di sana.

Dua. Satu.

"Selesai! Mari berikan tepuk tangan yang paling meriah untuk kedua tim dari SMA Putra Bangsa dan SMA Karunia Bunda!" seru si pemandu acara.

Semua bersorak. Karmel melompat-lompat senang sambil mengangkat nampannya di udara. Kemudian ia sadar betapa lelah tubuhnya. Dengan senyum merekah meskipun lemas dan lunglai, ia kembali ke pos. Satria menyambutnya dengan lengan terbuka. Mereka berpelukan. Saling menumpahkan kelegaan.

"Kita berhasil!!" sorak mereka berdua girang.

Sekarang mereka tinggal menunggu juri mengumumkan penilaian. Berhasilkah mereka lanjut ke babak berikutnya atau hanya sampai di babak penyisihan tiga puluh besar.

"Kita udah berusaha. Kita pasti lolos. Kita harus yakin!" kata Satria yang masih memeluk Karmel dan menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu.

"Sat," panggil Karmel sembari melepaskan pelukan.

"Ya?"

"Gue serius. Hidung lo berdarah. Dari tadi."

Raut wajah Karmel berubah cemas. Telunjuknya mengarah ke hidung Satria.

Satria mengusap hidung. Dahinya mengernyit, terkejut melihat punggung tangannya belepotan cairan kental berwarna merah. Ia yakin itu bukan saus. Ketika menyadari bahwa cairan itu darah, Satria menatap Karmel. Bercak merah juga telah menodai seragam dan apron putih yang dikenakan Karmel.

***

CARAMELLOVE RECIPE (SUDAH TERBIT - GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA 2018)Where stories live. Discover now