Main Course #3

39 4 2
                                    

"No one can hate you more than someone who used to love you."

- Rick Riordan -


Gagal bolos. Karmel mengutuk diri sendiri. 

Kalau tahu bakal seperti ini lebih baik sejak awal tidak usah berangkat ke sekolah sekalian. Tidak peduli jika harus mendengar omelan ibunya sepanjang hari di rumah. Itu jauh lebih baik daripada situasi yang dihadapi sekarang. Harus berurusan dengan Sadam, cowok yang sejak ia terdaftar sebagai siswi SMA Putra Bangsa ini selalu ia coba hindari mati-matian.

"Kalian berdua, masuk!" teriak Pak Awan dari seberang. "Nggak dengar suara bel dari tadi? Malah pada bengong! Mau bolos ya kalian berdua?" lanjutnya lagi. Satpam sekolah berusia paruh baya itu mendelik ke arah Karmel dan Sadam.

Kesadaran Karmel akhirnya kembali setelah beberapa detik terpaku karena bertemu dengan makhluk bernama Sadam. Namun ia tampak masih ragu untuk menuju gerbang sekolah.

Belum habis berpikir, Karmel merasakan cengkeraman di lengan kirinya. Ia diseret paksa menyeberang ke sekolah!

"Sa, Sadam," pekiknya dengan tergagap.

"Stop nyebutin nama gue berulang-ulang kayak gitu sih, cepetan jalannya," jawab Sadam tanpa mengendurkan cengkeraman pada lengan Karmel.

Karmel bungkam, tapi tetap mengikuti cowok itu. Ia sebal bukan hanya karena diseret paksa, melainkan juga karena harus menyembunyikan degup jantung yang mulai tak beraturan iramanya. Ini bukan sesuatu yang biasa terjadi. Wajar kan ia terkejut dengan tingkah cowok itu.

Sadam baru melepaskan lengan Karmel setelah mereka sampai di depan gerbang sekolah. Akhirnya Karmel punya kesempatan untuk kembali bernapas normal.

"Masuk. Kalian berdua sana baris di lapangan basket bersama yang lain," sambut Pak Awan setelah mereka berdua berhasil melewati gerbang.

"Pak, kami kan cuma terlambat beberapa detik setelah bel bunyi. Lagian hari ini masih Pekan Mid Semester, Pak." Sadam mencoba berkompromi dengan Pak Awan.

"Ke lapangan. Sekarang!" sentak satpam itu menolak mendengar pembelaan Sadam.

Karmel masih mematung. Wajahnya menunjukkan kekesalan luar biasa. Ini pertama kali ia terlambat dan dihukum. Kalau saja tadi langkahnya tidak dihentikan oleh Sadam, pasti kini ia sudah berada di rumah sakit menemani Satria.

Benar-benar, kenapa sih sejak dulu makhluk bernama Sadam itu masih saja sesekali bisa muncul di luar kendalinya.

"Woy, jalan! Lo suka banget bengong ya orangnya," tegur Sadam yang ternyata masih berdiri di sampingnya.

"Eh." Karmel gelagapan.

"Cepat kalian berdua ke lapangan, malah ngobrol!" sentak Pak Awan.

Sadam berjalan menuju lapangan basket mendahului Karmel. Cewek itu mendengus melihat Pak Saiful dari kejauhan berkacak pinggang menunggu murid-murid yang terlambat untuk dihukum.

Dengan langkah malas Karmel berjalan menuju lapangan. Ia menatap lekat punggung tegap milik Sadam yang belum bisa membuat jantungnya berhenti berdegup sedari tadi.

Pagi ini, untuk pertama kalinya Caramella Kirana berinteraksi kembali dengan Sadam Yunanta. Sejak dua tahun lalu, Karmel selalu berusaha tidak berhubungan dengan cowok itu. Hingga hari ini, meski bukan Karmel yang memulai.

***

"Kabar baik untuk kamu Karmel. Saya sudah menetapkan siapa yang tepat untuk menjadi partner kamu menggantikan Satria." Anne menjelaskan kabar yang menurut dirinya baik itu pada Karmel dengan menggebu-gebu.

CARAMELLOVE RECIPE (SUDAH TERBIT - GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA 2018)Where stories live. Discover now