Main Course #1

98 8 3
                                    

"Friends buy you food. Best friends eat your food"

- Anonymous -


"Tifus sialan!"

Satria mengumpat dari tempat tidur rumah sakit. Ia mengangkat tangannya yang dililit selang infus, menggerak-gerakkan ke atas dan ke bawah.

"Heh, jangan dibuat mainan gitu!" seru Karmel yang duduk di bibir kasur.

Ketika melihat sepasang mata Karmel membulat, Satria mendengus kesal. Ia terpaksa menghentikan kelakuannya dan beralih memperhatikan sahabatnya. Mungkin level galak cewek itu mulai menandingi perawat jaga rumah sakit.

Karmel masih mengenakan seragam putih abu-abu. Cewek itu mengaduk semangkuk bubur yang dimasak sendiri beberapa saat lalu. Setelah pulang sekolah tadi, Karmel mampir membeli bahan-bahan bubur lalu menuju rumah sakit. Sesampainya di sana, ia berhasil mendapatkan izin dari salah satu perawat untuk meminjam dapur kecil yang terletak di ujung lorong paviliun anggrek tempat Satria dirawat.

"Mel, kasih sambal sama kecap juga dong!" protes Satria saat melihat bubur yang diaduk Karmel hanya memiliki dua warna. Putih seperti seluruh isi rumah sakit ini dan hijau yang berasal dari taburan daun seledri.

"Lo pikir ini bubur ayam minta dikasih sambel sama kecap? Lo ga pengen sembuh apa? Lagi tifusmalah minta sambel!!" timpal Karmel galak.

"Ck. Seenggaknya kasih bawang goreng, kek."

"Lo kebanyakan ngeluh tau nggak? Untung aja lo mimisan pas acara udah mau kelar. Coba bayangin kalau lo pingsan pas di tengah-tengah kita lagi masak!"

Cowok itu merengut. Ia mulai tidak suka diomeli seperti ini. Ketika melihat ekspresi Satria berubah, Karmel merasa tidak enak.

"Untungnya lagi nih Sat, tim kita masih lolos ke babak selanjutnya. Gue salut sih lo udah kasih yang terbaik, meskipun harus ngorbanin kesehatan lo kayak gini," lanjutnya mencoba menghibur.

Raut wajah Satria kembali cerah. "Apa kata juri?" tanyanya antusias.

Karmel meletakkan bubur yang masih mengepul itu di meja samping tempat tidur Satria. Setelah menyadari bahwa ia mimisan di penghujung kompetisi kemarin, Satria langsung berlari ke toilet dan tidak kembali sampai pengumuman. Beberapa jam kemudian Karmel baru mendapatkan pesan WhatsApp bahwa cowok itu harus dirawat inap karena tifus.

Ya, seorang Satria Baraja kalah dari Salmonella typhi.

Karmel memejam. Ia membayangkan kembali hasil karya dengan Satria kemarin di kompetisi. Satria mengernyit heran melihat tingkahnya.

"Kulit lumpianya crunchy. Gurihnya pas," desis Karmel saat membuka mata kembali. Ia menatap tajam Satria.

"Jelaslah. Gue yang bikin kulit lumpianya," sahut Satria.

"Isian lumpianya enak. Semuanya lembut. Komposisi daging cincang, sayur dan mozzarellanya pas. Semua lumer di mulut."

Sengaja Karmel memberi efek lambat dan suara yang berat saat mendeskripsikan Crazy Crunch Mozzalumpia―nama yang dipilih Karmel secara mendadak untuk lumpia hasil kreasi tim mereka. Berhasil! Satria menelan ludah karena hanya bisa membayangkan seandainya mozzarella itu benar-benar lumer di lidahnya.

"Sausnya bikin nagih kata juri, dan garnisnya keren," lanjut Karmel sambil mengedipkan sebelah mata dan mengacungkan kedua jempol.

"Ya.. ya.. ya.., gue akui, bikin tampilan hidangan jadi cantik itu emang kelebihan lo, Mel. Kayaknya gue mesti belajar banyak soal plating sama lo. Tapi jangan pernah lupa, inovasi resep tetep gue juaranya." Satria menepuk-nepuk dadanya sombong.

CARAMELLOVE RECIPE (SUDAH TERBIT - GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA 2018)Onde histórias criam vida. Descubra agora