Main Course #4.2

45 4 4
                                    


"Dam! Sadam!" Karmel susah payah mengejar Sadam sampai ke gerbang sekolah. Yang dipanggil tak menyahut. Mungkin tidak mendengar atau sengaja mengabaikan. Karmel berlari-lari kecil agar bisa menyusul Sadam yang sudah hampir menyeberang jalan menuju halte. Karmel akhirnya berhasil menahan cowok itu.

"Apaan sih?" seru Sadam sambil berbalik karena Karmel menarik lengan seragam Sadam hingga hampir terjengkang. Ia tak menyangka cewek semungil Karmel memiliki kekuatan yang lumayan.

Saat Sadam berbalik, Karmel melihat headset yang menjuntai dari telinga Sadam. Pantas saja ia tak mendengar ketika dipanggil.

"Dam, please bilang sama Miss Anne, lo nggak mau ikut kompetisi ini," mohon Karmel sambil terengah-engah karena kecapaian mengejar Sadam.

Sadam melepas headset-nya dan mengernyit pada Karmel. "Lo nggak denger tadi di sana gue ngomong apa sama Miss Anne? Gue udah setuju buat ikut TCC. Minggir lo, gue mau pulang!" sentaknya pada Karmel yang masih memegangi lengan seragamnya dan menghalangi jalan.

"Dam, please banget. Gue nggak bisa ikut kompetisi itu tanpa Satria!"

"Ya kalau lo nggak mau dipasangin sama gue, gampang. Nggak usah ikut kompetisi. Gue tinggal minta Miss Anne cari anak lain buat gantiin lo. Permisi, gue mau pulang," jawab Sadam enteng. Tangannya yang bebas menepis tangan Karmel dari lengannya.

Karmel terkesiap mendengar jawaban pedas Sadam. Ia sampai tak bisa berkata-kata lagi dan merelakan Sadam yang melenggang pergi.

Sialan!

***

"Bisa kali lo bales WhatsApp gue, Sat," serbu Karmel begitu sampai di kamar Satria. Satria yang sedang smembaca komik mengalihkan pandangan sebentar untuk melihat Karmel. Hanya sebentar. Tanpa merespons protes sahabatnya itu, ia kembali tenggelam dalam komiknya. Karmel tambah kesal luar biasa.

Cewek itu mendekat ke ranjang. Secara refleks ia membereskan mangkuk sisa makanan, gelas, juga tisu yang berserakan di meja samping ranjang Satria. Karmel jengkel sekali dengan kebiasaan sahabatnya yang selalu sengaja menunda-nunda membereskan sesuatu. Ya maklum sih karena Satria cowok. Namun, kalau Satria memang ingin menjadi chef professional, bukankah memperhatikan kebersihan juga sesuatu hal yang penting?

"Nyokap lo belum ke sini lagi?" tanya Karmel sambil memasukkan bekas bungkus biskuit dan botol mineral kosong ke plastik. Tentu saja pertanyaan itu retoris. Kalau Tante Eva sudah datang, tidak mungkin kamar bisa seberantakan ini. Karmel penasaran apa tidak ada perawat yang berani mengomeli Satria.

Lalu Karmel menemukan sekaleng minuman soda kosong tergeletak di bawah ranjang Satria.

"Lo minum soda? Lo emang nggak mau sembuh apa gimana sih, Sat?" Karmel mulai menaikkan nada bicaranya. Cewek itu menyurukkan kaleng soda kosong itu ke plastik sampah dengan kasar.

Satria memang sembrono, apalagi kalau tidak ada yang mengawasi. Bagaimana bisa ada minuman soda di rumah sakit. Siapa yang membawakannya?

"Gue nggak akan mati cuma karena minum soda," jawab Satria enteng.

"Tapi lo juga nggak akan cepet sembuh kalau lo abai sama kesehatan lo! Harusnya lo inget, kenapa lo bisa kena tifus begini? Siapa yang nggak disiplin pas udah deket waktu kompetisi? Siapa yang begadang hampir tiap malem cuma karena bela-belain main game bukannya istirahat!" omel Karmel.

"Buat apa peduli? Toh udah ada yang gantiin gue untuk kompetisi itu kan? Siapa, Sadam? Pujaan hati lo itu. Hah? Seneng kan lo sekarang?" sahut Satria sinis tanpa memalingkan wajah dari komik. Meskipun sekarang ia tidak benar-benar sedang membaca.

CARAMELLOVE RECIPE (SUDAH TERBIT - GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA 2018)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu