Chapter 17 The Effort

4.3K 484 38
                                    

DINY

Ia scrolling-down lalu scrolling-up, namun pesan yang ia tunggu-tunggu tak kunjung datang. Sudah seminggu sejak kejadian itu, kenapa sampai sekarang Reza belum memberinya kabar apapun? Diny tahu pembicaraan mereka kemarin tidak berakhir mulus, tetapi setidaknya ia ingin agar Reza juga memberikan effort agar bisa memperbaikinya.

Effort. Usaha.

Menurut Diny dalam suatu hubungan effort adalah suatu hal yang penting, terutama jika membicarakan hubungan antar kekasih. Hubungan itu terdiri dari dua orang dan keduanya harus memberikan effort yang mestinya sama agar suatu hubungan bisa bertahan. Usaha untuk memperhatikan kekasihnya, usaha agar bisa menghabiskan waktu bersama, usaha agar bisa mengenal satu sama lain dan yang terpenting adalah usaha agar sang kekasih bisa terus jatuh cinta kepada pasangannya.

Gila, melankolis norak banget dia sekarang.

Tiba-tiba sebuah tangan mendarat di kepalanya dan mengacak-ngacak rambutnya. "Hobi banget ngelamun, sih!" seru Nicky dari belakangnya, lalu ia meletakkan mangkok yang berisi mie rebus jumbo dengan dua telor mata sapi setengah matang dan kornet, diatasnya juga ada banyak parutan keju.

"Emang tadi aku pesen ini?" tanya Diny.

"Enggak, sih. Tadi kamu pesen nasi capcay seperti biasa..." Nicky duduk di samping Diny. "Tapi, kamu sekarang terlalu kurus makanya aku pesenin itu, biar mie-nya melar di badan kamu..." tambahnya dengan cengiran lebar.

Alis Diny bertaut ia terlihat marah, tapi wajah Nicky masih terlihat datar. Tetapi sedetik kemudian Diny tersenyum, "Aku beneran enggak bisa nolak Mega Internet deh, Nick..." ucap Diny terkekeh lalu mulai menuangkan sambal ke atas mie-nya. Nicky tersenyum dan memberi tepukan pelan di punggung Diny.

"Kalian..." suara Satria yang duduk di depan mereka menatap dengan pandangan menghakimi. "Kalian sejak kapan manggil pakai aku-kamu?" tanyanya sinis.

Seketika sendok Diny terlepas dari pegangannya dan ia memalingkan wajahnya yang memerah. 

Seriusan, deh. Digodain begini aja wajahnya memerah? Dia kenapa, sih? Diny bertanya-tanya dalam hati.

"Lo baru sadar sekarang?" tanya Vincent santai dengan senyuman kemenangan karena ia menyadari itu duluan.

"Kalau gue enggak terlalu males ngambil sendok baru, sendok yang gue pegang ini udah gue tancepin di hidung lo!" ucap Nicky dengan nada bercanda.

"Gila... ancaman lo gore banget!" timpal Satria dengan terkekeh.

Dan, suasana yang tadinya terancam menjadi canggung kembali mencair. Diny bernafas lega merasa beruntung punya teman-teman pria seperti mereka. Jika Satria dan Vincent itu cewek, sekarang dia sudah pasti habis diinterogasi.

Diny tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya lalu menyeruput mie rebus-nya yang meresap hangat ke indra perasa-nya.

"Enak?" tanya Nicky, membuat mereka saling bertatapan.

Meskipun mata Nicky berada di balik kacamata, Diny masih dapat merasakan kehangatan dari tatapannya. Itu terasa intense namun lembut di saat yang bersamaan. Membuat Diny ingin tenggelam di dalamnya.

"Juara!" jawab Diny, memberikan senyum simpul tanpa melepaskan tatapannya kepada Nicky. Pasti ada medan magnet di antara mereka, kalau tidak kenapa Diny masih belum bisa berpaling darinya.

"Eheeem!" Satria berdeham, cukup kencang hingga Nicky dan Diny sama-sama berpaling dengan canggung. Ia kemudian menyeringai dan menunjuk wajah Nicky dengan sumpit karena hari ini ia sedang makan katsudon. "Kayaknya ada yang udah bergerak dari friend zone, nih..."

Two Come TrueUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum