Rio dan Pangeran berlari memutari lapangan. Suara teriakan bergema memanggil ke dua nama tersebut. Ada yang meneriakkan nama Rio sebaliknya juga meneriakkan nama Pangeran. Namun pada akhirnya mereka mencapai garis finish bersamaan. Membuat para penonton kecewa. Pangeran dan Rio saling memandang sengit tak terima jika hasilnya seri. Kalila kemudian mencatat waktu ke dua orang itu. Entah kenapa ia bisa merasakan hawa persaingan dari ke dua pria itu.

"Aku ke depan dulu." Samudra pamit untuk melakukan gilirannya bersama Wahyu sebagai pasangan terakhir untuk lari.

Bel istirahat berbunyi tepat disaat mereka selesai. Kalila baru saja ingin berdiri tiba-tiba Pangeran datang menghampirinya.

"Udah ngerjain PR Biologi?"

"Udah." Jawab Kalila. Keningnya berkerut mendengar pertanyaan Pangeran, untuk apa pria itu menanyakan PR Biologi.

"Aku liat." Lalu Pangeran menarik tangan Kalila menuju kelas tanpa mengganti baju olahraga. Jantung Kalila berdebar, ia gugup. Jam tangan pendeteksi jantungnya berbunyi. Ia berusaha terlihat senormal mungkin. Semua mata memandang penasaran apa yang Pangeran lakukan. Karena pria itu membelah segerombolan anak-anak di kelasnya yang ingin berganti baju.

Ruangan kelas kosong hanya ada mereka berdua. Karena anak-anak pada ke kamar mandi untuk ganti baju olahraga mereka.

"Jam kamu bunyi dari tadi. Jantung kamu sakit?" Kalila menggangukkan kepala, jamnya berbunyi bukan karena sakit, tapi jantungnya berdebar buat pangeran. Semoga saja pria itu tak tahu.

"Mau ke UKS?"

"Nggak usah, udah mendingan. Kamu jadi liat PR aku?"

"Jadi."

"Aku cuma mau nyocokin jawaban aja. Lagian masih jam ke terakhir pelajaran biologi. Aku nggak bakal nyontek kok." Kalila mengangguk ia menuruti apa yang Pangeran inginkan. Walau ia merasa gugup karena hanya ada mereka berdua saja di ruangan ini. Ia baru sadar ternyata hanya berbicara dengannya saja Pangeran ber-aku-kamu.

Kalila memberikan buku PR-nya pada Pangeran. Pria itu mengambilnya lalu duduk di kursi milik Pangeran sambil membuka-buka buku Kalila. Sedangkan Kalila hanya diam sambil duduk di kursi. Ia tidak berani menengok ke sebelah. Ia tidak berani melihat apa yang sedang pria itu lakukan. Padahal mereka duduk di sebelahan.

"Terimakasih." Pangeran menaruh buku Kalila di meja gadis itu. Setelah berhasil berkutat dengan keinginannya. Sambil membawa seragam ia pergi meninggalkan Kalila di ruang kelas sendiri. Pangeran ingin berganti pakaian.

Setelah Pangeran menghilang dari pandangannya. Kalila dengan cepat membuka bukunya, ia penasaran apa yang pria itu lakukan. Tapi ia tidak menemukan apapun. Jadi benar pria itu hanya ingin menyontek. Ada rasa curiga sedikit, karena Pangeran dikenal sebagai siswa yang pintar tidak mungkin mencontek kepadanya yang bahkan rangking di kelas saja ia menduduki 15 besar.

Kalila membuka setiap lembaran demi lembaran ketika berada di halaman terakhir. Ada gambar sebuah bunga mawar.

Aku tidak punya keberanian untuk mengatakan, jika kamu cantik hari ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku tidak punya keberanian untuk mengatakan, jika kamu cantik hari ini. Karena aku tidak bisa menahannya untuk tidak memberitahumu. Jadi aku memutuskan untuk menggambarkannya lewat mawar yang indah ini, tentang betapa cantiknya dirimu...

Kalila tersenyum baca ini. Ia yakin kalau Pangeran yang membuatnya. Pria itu tidak mungkin mencontek jawabannya tapi untuk melakukan hal ini. Bahkan hanya dengan hal yang sederhana saja jantungnya bisa berdebar dengan kencang. Tapi di dekat Rio, ia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini. Kalila menghembuskan napas, semakin kesini perasaannya pada Rio semakin goyah. Ia yakin separuh hatinya juga diisi Pangeran. Pria yang datang kepadanya bagai Pangeran berkuda putih yang ingin selalu menjaganya. Hal itu membuatnya takut, wajah Kalila berubah menjadi murung. Ia tidak boleh mencintai Pangeran.

Jika ia tidak bisa menikah dengan Rio pasti ayahnya akan membencinya. Kalila menatap bunga mawar itu. Andai saja Rio seperti Pangeran maka semuanya akan terasa mudah. Bukan seperti ini. Atau andai saja Pangeran itu Rio. Pasti ia tidak perlu di lema seperti ini. Andai saja ia tidak terlahir seperti ini. Pasti ia bisa memilih jalan hidupnya sendiri. Bukan jalan hidup yang telah ditentukan oleh orang lain. Kalila menaruh kepalanya di meja lalu memejamkan matanya, ia menangis dalam diam.

***

Hayo siapa yang pernah bukunya di gambar sama gebetan wkwkwk...

Follow Instagram
@pangerankalila
@wgulla_
@pengeran.klvn
@kalila.lily

Mana nih?

#teamPangeranKalila
#teanPangeranRena

Salam

Gulla
Istri sahnya Lee min ho ♥️♥️

Love you ♥️♥️

PANGERAN UNTUK KALILA (OPEN PO) Where stories live. Discover now