10 | Reasoning

17.4K 2.1K 758
                                    

Part ini panjang yaa, kalau kalian lupa bisa baca ulang part kemarin yang mereka di kamar mandi. Voter keberapa neeh Hiyahiyahiya 🌝👌🏽

Namjoon be like: "Coba ukur sendiri kejelian kalian sebelum membaca part ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Namjoon be like: "Coba ukur sendiri kejelian kalian sebelum membaca part ini. "










Merasakan telapak tangannya seakan terbakar oleh rasa perih, Namjoon bersyukur ia tidak kehilangan kesadaran meski kepalanya berkedut hebat. Beruntungnya lagi, Yoongi tidak memiliki jadwal mengajar ketika ia menelpon beberapa saat lalu, sebelum ia dan Elena berjalan cukup waspada pada selasar gedung. Ah, bukan beruntung sih ini, tetapi lebih mengarah pada amukan dingin Yoongi yang hinggap pada rungunya. Siap-siap, ya Joon.

Kemeja yang ia kenakan sudah berpindah pada telapak tangan—terbelit cukup tebal dengan warna lebih pekat karena darah itu merembes keluar. Sedangkan Elena yang pada akhirnya membantu memapah Namjoon, melihat dengan tatapan sulit, "Jadi, kau akan pergi ke mana untuk mengatasi lukamu?" tanyanya, "Tidak mungkin kita pergi ke apartemenmu karena kau bisa kehilangan banyak darah, sedangkan pergi ke rumah sakit universitas bukan hal bagus karena ini adalah luka tembak."

Namjoon mengangguk paham saat keringat sebesar butir jagung menghiasi keningnya, berusaha terlihat ini hanyalah kecelakaan kecil saat beberapa orang melihatnya. Padahal ini sakit setengah mati, Ya Tuhan! Namjoon lantas berkata ditengah rasa sakit, "Ada seseorang yang bisa membantu, tolong antarkan aku ke sana."

Kali ini keduanya hening, saling berkutat dengan pikirannya masing-masing. Bagi Elena ataupun Namjoon, apa yang terjadi benar-benar tidak bisa dipahami sama sekali. Maksudnya, mereka berdua musuh, kan?

Tidak membutuhkan waktu lama hingga keduanya berdiri di depan pintu ruangan Yungi ketika langit mulai terlukis oleh warna jingga. Sejurus kemudian, papan kayu terayun ke belakang setelah Elena mengetuk beberapa kali di sana. Memunculkan Yoongi dengan setelan kemeja dan dasi longgar dihiasi tatapan telisik yang menakutkan.

Maka, Namjoon dan Elena segera masuk sebelum Yoongi menutup pintu dan melipat kedua tangan di depan tubuh. Yoongi tidak berucap apapun, hanya mengamati bagaimana Elena membantu Namjoon duduk seperti kakek tua yang kehilangan tongkatnya. Maaf, sebenarnya Namjoon memang tidak sekuat itu dengan rasa sakit—atau bisa jadi ini sisi manjanya. Meski terluka di tangan, rasa nyerinya sampai ke seluruh tubuh.

"Jika Namjoon sudah duduk, kurasa ini bukan saat yang buruk," kata Yoongi bersamaan menodongkan sebuah pistol berperedam ke arah Elena. Keduanya sukses stagnan, Elena segera merogoh pistolnya juga meski berhenti di tengah-tengah karena Yoongi baru saja mengokang pistolnya, "You move, you die."

"Hyung," cegah Namjoon dengan kedipan lemah, "Aku punya alasan."

Bohong seandainya Yoongi tidak tahu siapa Elena, bagaimanapun juga ia memang mengawasi Namjoon. Masalah bagaimana sosok Kim Namjoon menjadi buruan Sword bukan hal yang mengejutkan. Yang Yoongi kagetkan, kenapa Namjoon malah membawa Elena ke sini dengan keadaan terluka? Jujur Yoongi tidak mengerti meski ia tidak ingin menebak apa yang terjadi.

Arcane | ✔️Where stories live. Discover now