21 | Finishing (Last)

10.4K 1.4K 711
                                    



Kita sudah sampai di last chapter, semoga kalian bisa enjoy bacanya yaa. Sampai kalimat terakhir. Ini bakal jadi pertanyaan absen vote terakhir di updatean Arcane. Vote keberapa nih?

Namjoon masih setia berkuatat dengan lembaran buku teori kuantum ketika ia duduk pada salah satu serambi café, tidak jauh dari apartemennya berada

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.







Namjoon masih setia berkuatat dengan lembaran buku teori kuantum ketika ia duduk pada salah satu serambi café, tidak jauh dari apartemennya berada. Namjoon tidak baik-baik saja, itu jelas sekali tergambar pada ekspresi wajahnya. Nyawanya tengah terancam. Itu jelas. Itu pasti. Jika Namjoon menilai Elena tidak akan membunuhnya, pimpinan Sword pasti mengutus pembunuh lain untuk melenyapkanyya—cepat atau lambat. Maka dari itu, Namjoon harus segera melakukan sesuatu.

Sepasang pengunjung berjalan di depan Namjoon, terlihat bahagia tanpa beban sama sekali. Bisakah ia mengulas senyum seperti itu dengan gadis yang dicintainya suatu hari nanti? Entahlah, jika Namjoon bisa lolos dari kejaran Sword, mungkin bisa. Semilir angin menyapa, membawa embusan lebih sejuk daripada sebelum-sebelumnya. Itu bertepatan sebelum Namjoon memutusakan untuk pergi mengunjungi Kevin—setelah menghubungi Yoongi tentu saja.

Jika dalam beberapa hal Namjoon tidak bisa menjamin sesuatu berhasil dengan rencananya, Namjoon lebih memilih untuk menghindarinya sebisa mungkin, lalu mencari alternatif lain yang lebih baik. Setidaknya kita sudah mencoba—Namjoon sangat setuju mengenai kalimat itu. Tetapi, tidak semua hal bisa sesuai dengan konsep kepasarahan karena sudah berusaha. Terlebih jika ini menyangkut nyawa, Namjoon jelas tidak akan mempertaruhkan napasnya atau hidup orang-orang yang berada didekatnya tanpa pertimbangan matang. Jelas, membicarakan hal ini dengan Kevin dan Yoongi adalah hal yang akan ia lakukan.

"Bagaimana kau bisa terpikirkan cara ini?" tanya Yoongi saat ia melihat lembaran milik Namjoon yang terletak disamping gelas kopi americano setengah kosong. Yoongi bertanya karena Namjoon memang menyinggungnya sedikit ketika kemarin malam menelponnya meskipun tidak detail.

Namjoon sedikit bergumam, berdiri di depan Yoongi tanpa mengenakan atasan, bersiap untuk masuk ke dalam ruangan pemindai setelah Kevin menyelesaikan bagiannya, "Hanya terpikirkan saja," jawab Namjoon bersamaan berjingkat tipis, seoalah apa yang ia susun pada beberapa lembar kertas hanya sebuah rencana untuk merampok buruan permen di malam Hallowen.

"Sepertinya aku salah memilih pertanyaan untukmu," kata Yoongi bersamaan menghela napas panjang dengan ekspesinya santainya, "Maksudku, bagaimana semua ini bisa terjadi. Ceritakan terlebih dulu sebelum aku menyetujuimu untuk masuk ke dalam mesin tabung...." Yoongi menghentikan kalimatnya bersamaan menunjuk mesin silinder besar berwarna putih di balik ruangan kaca, "Atau entah apapun benda ajaib milik Kevin di sana."

Namjoon tertawa tipis, ia berjalan ke arah meja hanya untuk membaca rekapan rencananya kembali. Takut-takut ada yang terlewat sedikit kendati ia sudah menghapalkan rencana itu diluar kepala, "Ada seseorang dari Sword yang menginginkan Elena dan aku pergi dari sini."

Dahi Yoongi seketika terkejut, ia tidak bisa menyembunyikan ekspresi bertanya-tanyanya, terlebih bagaimana Namjoon mengatakannya dengn intonasi itu—dia terdengar yakin, "Memangnya siapa? Bukankah mereka lebih menginginkan kau mati dari pada hidup?"

Arcane | ✔️Where stories live. Discover now