15| Revealing

12.4K 1.7K 564
                                    

Haloo! Maaf untuk slowupdate Arcane yang seharusnya minggu lalu, karena aku ada kegiatan di rl

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Haloo! Maaf untuk slowupdate Arcane yang seharusnya minggu lalu, karena aku ada kegiatan di rl.

Jadi, aku itu sampai lupa nama bos Elena sudah aku sebutkan atau belum. Seingat aku belum, and unfortunately I don't have a lot of time to searching His name trough all the pages. Sorry. Tapi semoga emang belum ya wkwkwk, kalau sudah aku minta tolong untuk bantu komen. But, I'm quite sure that I haven't tell Elena's Boss name to you gaiseu. So, enjoy this part!

Dan aku gak tau kenapa format wattpad ini selalu berubah-ubah, susunan paragrafnya enggak rapi 😑😑 padahal aku nulisnya rapi di words, tapi kalo dipindah WP acak adul





Voter ke berapa niih? 🌝🌝








            "Can you make her stop doing her slut job?!"

            Seruan soprano itu terdengar setelah suara gebrak pintu mengudara di tengah hening. Lucy benar-benar tidak bisa menahan amarahnya kali ini. Kedua mata birunya berkilat-kilat penuh emosi, rahangnya mengerat seakan menggerus situasi yang memuakkan untukknya. Sedangkan Charles—pemimpin tertinggi Sword masih memasang wajah tenang di balik meja kerjanya.

            Rambutnya tertata rapi, setelannya terlihat mahal, kulitnya putih beradu apik dengan mata berwarna biru perpaduan abu-abu. Sayangnya, semua itu seolah tertutup oleh seberapa besar tatapan dingin itu menerpa kulit. Begitu meneror, tajam dan juga tanpa belas kasihan.

Charles menganggap jika harinya tetap terasa menengkan seperti biasa, laporan yang masuk pada layar laptopnya juga terasa enak dipandang. Bisa jadi, apa yang ia dapati kali ini terlalu biasa terjadi. Charles hanya menatap Lucy sejenak sebelum mengembuskan napas tidak ingin pikir panjang, "Did you finish your home work, Sweet heart?"

            Lucy menarik sudut bibirnya satiris, ia benar-benar tidak mengerti cara kerja pikiran di lingkungan dia hidup. Semua orang gila, dan sepertinya hanya dia sendiri yang bisa berpikir normal. Merasakan kumparan emosional itu memenuhi rongga dada, Lucy lantas membuang kasar tumpukan dokumen yang ia genggam hingga berserakan di atas lantai, "Of course I did!" bentaknya kemudian, dan Charles mau tidak mau menatap dengan lebih datar dan dingin.

            "Kau tidak bisa tiba-tiba mengacak-acak ruangan arsip dan membentak seperti itu kepadaku," kata Charles sebelum ia menarik cerutunya dari dalam kotak kayu, "Tugas Elena bukan urusanmu," jedanya bersamaan menunjuk Lucy, "This is not your bussiness, Honey"

            Charles merasa dia tidak mengatakan hal yang salah, tetapi sepertinya hal itu tidak berlaku bagi Lucy. Bak api yang tersiram oleh gasolin, gadis itu melangkah kasar hingga berdiri dan menggebrak meja di depan Charles, "You cannot kill him!" bentaknya di tengah isak yang tiba-tiba hadir.

Arcane | ✔️Where stories live. Discover now