5.Babu baru

1.8K 480 210
                                    

"Apapun yang terjadi, pasti akan selalu berakhir. Dan jika sesuatu yang baik harus berakhir, percayalah bahwa yang lebih baik lagi akan dimulai."

***

Hari senin kali ini sungguh sial bagi Nara, hari dimana selalu dilaksanakannya upacara bendera yang membuat siswa dan siswi harus rela berdiri di lapangan hingga upacara selesai, belum lagi jika ada pengumuman yang membuat upacara terasa sepanjang jalan kenangan.

Nara berada di barisan tengah, dengan Riva yang berada dibelakangnya.

"Ra, sumpah gue pengen pingsan rasanya." keluh Riva tidak kuat dengan panasnya mentari pagi ini.

"Pingsan kok bilang-bilang." jawab Nara tanpa menoleh kearah Riva.

Riva hanya mendengus kesal mendengar jawaban Nara.

Saat sedang membacakan teks pancasila, Nara tidak sengaja melihat didepan lapangan berdiri 3 orang laki-laki dengan penampilan yang tidak rapih.

"Va, Andra Cs emang sering kena hukuman?" tanya Nara penasaran.

"Bukan sering lagi, langganan mereka tuh. Kecuali Arkan, duh dia udah pinter, ganteng, rajin lagi." jawab Riva dengan semangat walaupun panas menusuk kulitnya.

"Terserah lo!" Nara pun kembali menghadap ke depan.

***

Upacara berakhir dengan sangat melelahkan, karena kelas Nara harus operasi semut dilapangan terlebih dahulu. Ia dan Riva pun berniat membeli minuman dikantin sebelum pelajaran dimulai.

"Capek woy, ada ya guru sekejam Pak Wanto." Riva sangat kesal dengan guru killer yang satu itu, karena dia lah Riva diputusin doi nya. Sad girl banget.

"Ada, itu buktinya pak Wanto." sahut Nara sekenannya.

Saat sedang berjalan di tengah lapangan tiba tiba ada seseorang yang memanggil.

"HEII." teriak orang itu.

"TAYOO." sambung teman yang berada disampingnya, setelahnya diikuti dengan jeweran dikuping kiri nya.

Ya, Nara sangat kenal suara ini tapi dia sangat malas untuk berdebat dengan orang itu.

"NARA QUEENCYLA, LO GAK LUPA KAN KALO MULAI HARI INI JADI BABU GUE!" teriak cowok itu lagi.

Ingin rasanya Nara tendang cowok itu karena telah membuat dirinya malu, saat ini dirinya tengah menjadi pusat perhatian, karena hanya dia dan Riva yang berada di tengah lapangan.

"Duh Ra, mending lo samperin Andra deh daripada dia teriakin nama lo lagi!" ujar Riva yang ikutan malu karena tengah menjadi pusat perhatian.

"Gak, nanti dia mikirnya gue mau jadi babu dia lagi!" tolak Nara mentah-mentah.

"Emang lo mau satu sekolah kenal lo gara-gara diteriakin babu?"

"Gak lah." Nara sangat bingung dengan kondisi saat ini jika dia menghampiri Andra, nanti malah dia yang pede, tapi kalo gak disamperin yang ada dia teriak-teriak lagi kaya anak rimba. Gila!

"Yaudah deh, gue nyamperin dia dulu." Nara hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, ia pun menuju tempat dimana Andra tengah menjalankan hukuman.

"Lo bisa gak sih gak usah teriak-teriak gitu!"

"Salah lo sendiri dipanggil gak nengok." bela Andra.

"Gak usah pake teriak bisa kali!" Nara rasa ubun-ubunya saat ini ingin lepas begitu saja karena sudah sangat kesal!

"Kenapa manggil gue?" tanyanya pada cowok yang sedang hormat didepan tiang bendera.

NARANDRAWhere stories live. Discover now