Kenangan.

8.2K 483 32
                                    

Dera melangkah dengan pelan,
membiarkan gaunnya yang menjuntai terseret seret di atas lantai.Ia bahkan sudah tak memperdulikan hal itu lagi.
Baginya yang terpenting sekarang adalah ia bisa atau tidak hidup tanpa Anggara.

Dia sendiri tahu jika ia sangat bergantung pada Anggara,jadi mungkin kah ia bisa hidup tanpa lelaki itu?,bisakah ia.

Bagaimana tidak bisa di bilang bergantung jika saja ia selalu hidup di bawah ketiak Anggara suaminya itu,
ralat akan menjadi mantan.

Setiap harinya ia tinggal di rumah pria itu,makan,dan lainnya.Tak berkerja pun karena Anggara yang meminta dirinya untuk mengurus rumah tangga kecil mereka,fokus pada hal itu makanya Anggara tak mengizinkan bahkan menentang Dera jika ia ingin bekerja.

Terkadang ia merasa seperti di kekang oleh Anggara,suaminya itu alias mantan suaminya itu tipikal orang yang cuek dan dingin satu hal lagi sifat yang paling dominant pada diri Anggara adalah keras kepalanya pria itu.

Anggara tidak suka di bantah,
Anggara bahkan tak segan segan untuk menghancurkan siapa saja yang mengubah persepsinya.
Anggara tak main main,bahkan Dera yang notaben nya adalah istrinya sendiri akan ia perlakukan sama,
sama sama keras kepala.

Anggara yang possessive kadang membuat dirinya naik darah.Anggara selalu mengekang Dera dari dunia luar karena alasan yang mungkin cukup aneh atau kekanak kanakan.

Dera tersenyum kecut saat nama Anggara selalu terbayang pada ingatan dirinya,bahkan ia tak bisa lupa karena tingkah pria itu yang sangat possessive.

Angin berhembus kencang sesaat Dera keluar dari rumah neraka itu.
Tempat ia mengikat semuanya maupun mengakhirinya.

Tiba tiba saja wajah Dera berubah pias,ia memejamkan matanya sesaat hembusan angin menerpa rambut panjangnya dan menutupi wajahnya.

Dera lantas menyingkirkan beberapa helaian rambut itu lalu berbalik lagi menatap rumah besar itu,ia terlihat memejamkan matanya sambil menggenggam jemarinya kuat.

Dera berucap kecil,"Aku tak pernah menyesal mencintai kamu Anggara,"
Ujar Dera lirih lalu berbalik lagi,diri
nya menyisakan sebuah tangisan dan jerit hatinya yang begitu mendalam.

..

Anggara beranjak dari tempatnya,
sehingga rangkulan wanita di samping nya terlepas.

Anggara meremas tangannya,ia lantas berjalan melangkah menjauh dan berdiri pada pojok ruangan yang terdapat jendela di sana.

Anggara memejamkan matanya sesaat ia melihat dari balik jendela berkuran persegi panjang ke bawah itu ada Dera berdiri diam di luar sana lalu berbalik menatap rumah nya.

Ada apa gerangan?,Anggara memperhatikan gerak gerik Dera yang lalu meninggalkan rumah dengan langkah pelan.

Anggara tersenyum miris menatap punggung lemah Dera yang naik turun lalu menghilang dari balik pagar tinggi.

Mereka berdua benar benar berakhir sekarang,Anggara gagal dalam rumah tangga nya,istrinya berkhianat.Tentu nya ia tak bisa tinggal diam dan memutuskan jalan di pertengahan dengan surat cerai.

Anggara jadi meragu,bukankah jika mencintai itu harus menerima dan memaafkan?,entahlah hal itu menurutnya terlalu gamang.

Seorang penghianat tak bisa di maafkan,baginya lebih baik berpisah dari pada harus hidup dengan seorang penghianat.

Bersamaan denga itu,tiba tiba saja air mata Anggara menetes membasahi pipinya,ia tak menyangka hidupnya se mellow ini.

..

"Mi,aku berhasil kan?,"Ujar wanita berambut merah itu memeluk mami nya erat lalu mendongak menunggu jawaban.

Wanita paruh baya itu lantas menunduk melihat putrinya yang memeluknya erat.

Not Ex-WifeWhere stories live. Discover now