To: Pangeran

Suka.

Pesan itu hanya di baca saja menimbulkan berbagai pertanyaan di benak Kalila. Gadis itu menoleh menatap Pangeran. Tepat saat itu juga ia tidak melihat Pangeran. Kemana perginya pria itu bukannya tadi ada dibelakangnya. Kalau Pangeran pergi lalu siapa yang akan membayar, katanya mau di traktir.

Mereka menuruni eskalator menuju lantai satu. KFC terletak disana. Samudra tiba-tiba menggenggam tangannya. Awalnya Kalila merasa aneh namun membiarkan. Ketika mereka tiba di lantai satu saat itu juga ia melihat Pangeran keluar dari lift. Namun tidak ada yang sadar kecuali dirinya. Entah kenapa ia langsung melepaskan genggaman Samudra. Ia tidak ingin Pangeran salah paham. Kalila menggelengkan kepalanya lagi pula kenapa ia harus takut Pangeran salah paham? Sepertinya dia memang sudah gila karena pria itu.

Pria itu membawa satu cup chatime vanila milk tea. Apa Pangeran memang sengaja membelinya? Jadi itu alasan pria itu menanyakan ia suka Vanila atau tidak. Senyum Kalila terbentuk mendapatkan perhatian kecil dari Pangeran.

"Untukmu." Pangeran menyerahkan sebuah chatime pada Kalila.

"Terimakasih."

Tidak ada jawaban, Pangeran lebih memilih diam mengikuti rombongan mereka masuk ke dalam KFC. Kemudian memesan makanannya. Sesuai dengan janjinya, Pangeran yang membayari semua yang mereka pesan.

"Sammy nanti aku mau ke toko buku dulu, kamu bisa langsung pulang." Ucap Kalila pada Samudra. Ia tahu ada Samudra baru saja di hubungi ibunya untuk cepat pulang untuk menjemput adiknya yang baru pulang dari study tour di sekolah.

"Kamu nggak papa pulang sendiri?"

"Lagian aku juga bawa motor sendiri. Kamu nggak usah khawatir." Mereka berangkat terpisah. Kalila dari rumah Rio langsung ke Mall Solo Squere. Sedangkan Samudra dari rumahnya.

"Hati-hati ya Lily maaf..."

"Nggak papa." Pangeran hanya diam mengamati interaksi itu. Jujur ia tidak suka. Tapi ia berusaha menahannya. Lily bukan miliknya sekarang jadi ia tidak bisa berbuat banyak untuk melarang gadis itu berdekatan dengan yang lain.

"Kalian tuh udah kayak orang pacaran aja!!" Sahut Alvian menatap mereka sebal.

"Nggak kasihan sama yang jomblo apa!!" Heru ikut menimpal. Ia jadi iri. Apalagi ia suka nonton drama. Ia jadi pengen punya pacar.

"Kalian diem makan terus pulang." Suara dingin Pangeran membuat suasana hening. Mereka merasa ada yang aneh dengan Pangeran sejak kehadiran Kalila.

****

Kalila menyusuri lorong buku untuk mencari novel yang bagus. Namun ia belum menemukannya. Ia sudah biasa membaca tema cerita ala bad boy atau CEO ia ingin baca yang lain. Sampai ia menubruk seseorang karena tidak fokus. Ia terkejut orang itu adalah Pangeran. Kenapa pria itu bisa ada disini?

"Bingung cari bacaan?" Kalila diam tak menjawab. Namun bagi Pangeran tatapan mata Kalila seakan menjawab pertanyaannya. Pangeran benar-benar seperti seorang penguntit.

Pria itu menyodorkan sebuah buku ke genggaman Kalila. Kalila menerimanya, ia tidak tahu apa maksud Pangeran.

"Assalamu'alaikum calon imam." Gumam Kalila membaca judul buku itu. Lalu menatap Pangeran tidak mengerti.

"Waalaikumsalam pelengkap iman." Balas Pangeran membuat pipi Kalila merona. Detak jantungnya berdebar kencang.  Kalila mengaduh dalam hati. Ia jadi membayangkan yang tidak-tidak karena ucapan Pangeran. Pasti pria ini sengaja. Ia jadi berpikir kalau Pangeran itu calon imamnya. Kalila menggelengkan kepalanya ini tidak boleh terjadi.

Kalila hendak menaruh buku yang di berikan Pangeran. Karena ia tidak pernah membaca genre religi. Namun pria itu menahannya.

"Beli yang itu saja. Sekalian belajar..." Ucap Pangeran dengan nada penuh selubung.

"Tapi----"

"Aku yang bayar." Pangeran mengambil alih buku itu dan membayarkannya di kasir. Otak Kalila masih bekerja memikirkan hal apa yang terjadi. Kemudian Pangeran kembali lagi sambil menarik tangannya. Tak lupa juga kantong kresek berisikan buku novel itu.

"Ayo pulang, udara malam tidak bagus untuk kamu."

"Kamu kenapa diam? Masih memikirkan soal Calon imam tadi?"

"Hahh...."

"Enggak kok kata siapa.." Kalila gelagapan. Ia berusaha untuk tidak menatap Pangeran karena ia yakin pipinya pasti merona malu.

"Tidak usah khawatir, aku yakin Tuhan sudah menggariskan aku sebagai imam kamu bukan calon lagi. Hanya tinggal menunggu waktu yang tepat. Untuk saat ini biar aku saja yang berjuang kamu hanya perlu diam dan nikmati prosesnya." Ucapan Pangeran membuat Kalila gugup. Kenapa Pangeran bisa mengatakan itu tanpa gugup sama sekali. Bahkan sangat percaya diri. Apa dia tidak tahu jika Rio di jodohkan dengan dirinya?

"Tapi sepertinya kita tidak akan berjodoh. Karena Rio dan aku di jodohkan oleh orang tua kami. Kami akan bertunangan tiga bulan lagi tepat di akhir semester kenaikan kelas tiga." Pangeran terdiam sebentar. Lalu sebuah senyum terukir darinya.

"Aku tidak takut kamu dan Rio hanya dijodohkan oleh orang tua kamu. Tapi aku dan kamu dijodohkan oleh Allah. Kamu dan Rio hanya akan bertunangan tapi dengan aku, kita akan menikah." Balas Pangeran membuat Kalila terdiam. Ia tidak tahu mau membalas apa lagi. Pangeran sudah menghilang jauh dari pandangannya.

"Apakah benar dia calon imamku?" Gumam Kalila seakan berusaha mencari tahu arti dari ucapan Pangeran. Namun pria itu tidak pernah mengatakan jika Pangeran menyukainya. Pangeran hanya terus bersikap peduli padanya. Apa pria itu hanya kasihan padanya? Sepertinya yang pemikiran yang terakhir benar mengingat Pangeran selalu menolongnya dimanapun.

****
Follow Instagram @wgulla_

Ada yang mau punya calon imam kayak Pangeran?

PANGERAN UNTUK KALILA (OPEN PO) Where stories live. Discover now