Kucing Nakal

Mulai dari awal
                                    

Namun sepertinya itu tidak berefek sedikitpun pada Pemuda tinggi yang berada di hadapan gadis itu. Ia hanya menatap Hinata dengan datar.

"Kau memang pelayan menjengkelkan." Desis Sasuke kesal.

Lalu tanpa pemberitahuan pemuda itu langsung membawa tubuh mungil itu di atas bahu nya. Hinata mengerjapkan mata nya dengan bingung namun sedetik kemudian ia refleks berteriak. Kepala nya semakin pusing jika begini!

"Berisik! Kau ingin menghancurkan gendang telinga ku?!" Bentak Sasuke. Ia membawa tubuh Hinata tanpa beban. Ia kembali berjalan dengan santai.

Wajah Hinata sudah memerah. "A-apa yang k-kau lakukan Uchiha-san? Tu...Turunkan aku!" Gagap Gadis itu semakin parah.

"Kau ingin aku membuang mu ke tempat sampah, heh?!"

Hinata refleks menggeleng. Ia lalu terdiam, membiarkan Pemuda itu membawa tubuhnya. Entah kenapa Firasat nya mengatakan bahwa pemuda itu tidak akan melakukan sesuatu yang jahat pada nya. Padahal pemuda itu selalu berbuat jahat di manapun mereka bertemu, mulai dari mengancam nya, menyentuhnya dan terakhir mencium nya.

Wajah Hinata semakin memerah ketika mengingat kata cium.

Sasuke tidak membuka mulut nya. Begitu pun dengan Hinata. Mereka melewati setiap Koridor dengan keheningan dan lamunan masing-masing.

Mereka bahkan tidak sadar saat Para Siswi menjerit tidak terima saat kedua nya melewati setiap kelas. Mungkin hanya Hinata saja yang tidak sadar, Sasuke terlihat tidak peduli.

Hinata tersentak kaget saat Tangan besar dan kasar menarik pinggul nya. Gadis itu mengerjapkan kedua mata nya saat kaki nya sudah menapaki lantai. Pintu kelas tinggal 10 meter lagi.

"Kenapa? Kau ingin aku menggendong mu lagi?" Tanya Sasuke sinis.

Hinata segera menunduk dengan wajah memerah seperti kepiting rebus. Lalu menggeleng pelan. "Terimakasih Uchiha-san." Bisik Hinata pelan. Walaupun Nada pria itu kasar dan sinis, namun Hinata tetap berterimakasih atas perlakuan paksa Sasuke.

Sasuke mendekat membuat Hinata seketika bersikap waspada, Kedua tangannya sudah siap di depan dada nya untuk menghindari sesuatu yang tidak di inginkan.

"Hanya itu saja?" Bisik pemuda itu tepat di samping kepala gadis itu. Firasat nya tidak benar! Ternyata pemuda ini tetap saja ingin berbuat jahat pada nya.

Deru nafas beraroma mint itu sangat menggangu bagi telinga dan kulit leher nya. Ia bergidik ketakutan.

"L-lalu aku harus apa?" Cicit Gadis itu. Pertanyaan yang salah dan membuat pemuda itu segera menyinggung kan sebuah seringai.

Dalam posisi yang masih berdekatan, pemuda itu kembali berbisik dengan nada sensual, "Hangatkan ranjang ku."

Hinata menahan dirinya untuk menampar Pemuda itu. Namun ia sadar diri, Sasuke adalah Majikannya dan dengan enggan Hinata mengakui Pemuda itu juga sudah membantu nya walaupun itu semua karena pemuda itu juga. Namun bayangan saat Pemuda itu memojokannya di mobil waktu itu terlintas di kepala nya. Bajingan tetap lah Bajingan!

Sasuke semakin melebarkan Seringai saat melihat Hinata yang menahan diri untuk tidak memukulnya. Perkataan nya memang bajingan. Tapi ia tidak peduli.

Jemari nya dengan pelan menyisipkan sebagian rambut gadis itu ke belakang telinga nya. Mengelus pipi bulat nya dan mulai menjalar di sekitar rahang lalu terakhir di bibir Sexynya.

"Sejujurnya, aku merindukan ini." Di sentuh nya permukaan gadis itu dengan tatapan Onyx yang intens.

Sontak membuat tubuh mungil itu gemetaran. Ia menjauh namun tindakan gadis itu sangat mudah di baca oleh Sosok tampan itu. Ia dengan gerakan cepat melingkarkan lengannya di pinggang gadis itu.

"Kau takut pada ku?"

Siapapun yang berada di posisi Hinata pastilah akan takut. Ini adalah masalah Hidup dan Mati!

"Le.. lepas kan.." Hinata memberontak. Harusnya ia segera lari sejauh mungkin setelah mengucapkan kata terimakasih.

"Bukankah kau ingin berterimakasih pada ku?" Tanya Sasuke. Mata Onyx menghujam langsung ke dalam manik Mutiara di hadapannya.

"Ap.. apa kata-kata tidak cukup?" Hinata mencicit layaknya seekor tikus yang akan di mangsa seekor kucing nakal. Entah apa yang ada di dalam pikiran Majikannya yang satu ini. Apakah dia tidak melihat di mana mereka sekarang? Bagaimana jika ada yang melihat mereka seperti ini? Hinata tidak ingin di gosipkan Teman-teman sekelas nya.

Sebuah seringai menjadi jawaban atas pertanyaan Hinata. Dan Hinata tahu Pemuda itu menginginkan hal lain.

Belum sempat Hinata kembali berbicara, Pemuda itu dengan sigap mencium bibir nya.  Ia dengan mudah nya menyusupkan lidah nya ke dalam mulut terbuka gadis itu. Hinata menjerit di dalam ciuman nya.

Ciuman mereka yang berlangsung selama dua menit itu segera terhenti saat Hinata dengan berani menggigit bibir Sasuke.

Hinata menghirup Udara dengan rakus tanpa memperdulikan tatapan mengancam dari Sasuke.

"Kau..."

"Ehmm..  Apakah kalian tidak ingin masuk?" Tanya Kakashi.

Kedua nya segera menatap Kakashi. Hinata berkedip lalu segera menjauhkan tubuhnya dari Lengan kekar itu. Sasuke mendecih dan mengusap sudut bibir nya yang berdarah.

Kakashi sudah tahu apa yang terjadi pada kedua murid bertolak belakang ini. Di lihat dari Bibir bengkak dan berdarah itu tentu siapapun tahu apa yang telah terjadi pada mereka sebelumnya.

"Aku bisa memaklumi Hasrat muda kalian. Tapi apa baiknya jika kalian melakukannya di tempat tersembunyi. Jangan di depan kelas, kasihan jika yang melihat nya seorang jomblo." Ucap Sensei berambut putih perak itu dengan kalem.

Sasuke memalingkan wajahnya dengan raut sebal. Hinata sendiri segera masuk ke dalam kelas tanpa permisi dengan kepala berasap.

*











29 Januari 20.

Cuma dua kata yang mau Ame bilang. Gomen Minna... 😂

🙆





[6] MY MAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang