Just Hinata

12.8K 611 19
                                    


Aku hinata. Hanya hinata. Tidak ada marga yang melekat di namaku. Namun, mungkin aku bisa memakai marga kanaze untuk beberapa kali jika benar benar sangat penting. Marga milik ibu angkat ku yang sudah meninggal beberapa bulan yang lalu.

Aku terpukul. Tentu saja. Walaupun, aku sudah terbiasa bekerja keras dan menghidupi hidupku sendiri, ada rasa sakit dan kehilangan saat ibuku pergi, karena penyakit kanker yang ia di derita. Aku menyalahkan diriku sendiri, karena tidak bisa mencari uang dengan benar. Jika tidak, mungkin sekarang ibuku dapat di operasi secepatnya.

Aku tidak bisa lagi merasakan hangatnya. Senyumnya dan setiap nasehat baik yang selalu ia berikan padaku.

Aku sangat menyayanginya, walaupun dia bukanlah ibu kandungku. Jika bukan karena kebaikannya,
Mungkin aku tidak bisa hidup sehat seperti ini. Walaupun aku berkehidupan miskin seperti ini. Tapi, aku sudah sangat bersyukur bisa hidup dan merasakan setiap detak jantungku.

Aku tidak tahu dari mana aku berasal. Ibuku menceritakan kepadaku saat ia menemukan diriku. Waktu itu aku masih kecil, mungkin sekitar umur 5 tahunan. Aku di temukan di tempat sampah dengan keadaaan tubuhku yang terluka dengan darah mengering di sekitar lenganku. Aku hampir mati dan langsung dibawa ke rumah sakit oleh ibuku.

Wajar, aku tidak bisa mengingatkannya, karena aku masih sangat kecil.

Beberapa kali, aku berpikir.

Apakah aku sengaja dibuang oleh orangtuaku?

Bahkan luka di lenganku, masih membekas di sana. Aku berharap luka ini tidak membekas, agar aku tidak mengingat kenangan kelamku.

Entah kenapa, aku sangat membenci bekas lukaku, seakan ada memori  yang tidak kuingian tertinggal di sana. Memori yang sangat menyakitkan, sehingga membuat kepalaku sangat sakit saat aku berusaha
mengingat sesuatu.

*

Hinata menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia menyampirkan jaket lusuh ke bahu mungilnya lalu tersenyum tipis kepada teman satu kerja nya. Hinata melambai pelan, ketika temannya itu sudah siap akan pergi.

"Sampai jumpa hinata! Hati hati ya!" Ujar gadis berambut pirang tersebut dengan semangat .

"Jaa ne!" Hinata berteriak.

Gadis berambut pirang tersebut Lalu berjalan menuju halte bus.

Hinata melangkahkan kakinya setelah memastikan barang barangnya berada di tas ransel nya.

Ia memandang langit malam penuh bintang dengan sendu.

Apakah kaasan baik baik saja di sana? Hinata merindukan kaasan..

Hinata menghapus air matanya yang lagi lagi mengalir tanpa di sadarinya.

Tidak, hinata. Kau harus kuat. Kaasan pasti bahagia di sana. Hinata menggelengkan kepalanya dengan cepat dan menepuk kedua pipinya.

"Sadar hinata! Sadar! Kau kuat! Ingat yang di katakan kaasan, jangan pernah mundur dari masalah dan hadapi lah. Tersenyum dan capai akhirnya!"
Hinata mengepalkan tangannya dan tersenyum puas. Ia kembali menatap langit malam.

Aku akan berusaha kaasan! Terimakasih atas semua yang kau beri untukku. Aku menyayangimu..

Hinata kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda. Dalam perjalanannya, ia teringat sesuatu. Ia melangkahkan kakinya menuju papan iklan di samping halte bus.

Beberapa lowongan kerja terlampir di sana. Hinata menyusuri satu persatu dan akhirnya mendapat apa yang ia cari.

DI CARI

[6] MY MAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang