Sekolah

5.6K 635 25
                                    


Hinata menghela nafas dengan kasar, ia menyatukan kedua tangannya keatas untuk merenggangkan otot nya. Ia baru saja membersihkan kamar milik sai yang penuh cat air dan lukisan lainnya,  ia tidak habis pikir dengan mereka semua.

Semua kamar yang mereka tempati sangat berantakan, bahkan naruto pun lebih jorok dari perkirannya, bekas ramen dengan kuah yang berceceran juga kaset musik yang pecah dan terbuka.

Namun, di bandingkan mereka berdua, ia harus mengelus dadanya ketika melihat kamar berikutnya yang akan ia bersihkan. Kamar milik Sasuke. Ia memijat dahinya sebentar begitu melihat tumpukan pakaian kotor di sudut ruangan dengan remah roti yang beterbangan di lantai dan karpet beludru lembut.

Ia langsung membersihkan semua itu dengan cepat dan tampak meringis begitu melihat ranjang yang sangat acak acakkan. Bahkan selimut tebal bewarna hitam milik pemuda itu terlempar entah kemana.

Entah kenapa ia merasa, bahwa mereka sengaja melakukan ini semua. Agar ia cepat cepat pergi dan mengundurkan diri saja.
Dan tentu saja, hinata tidak akan menyerah begitu saja.

Ia sudah mengalami hidup yang sulit daripada ini. Menyerah? Tidak ada kata itu di dalam kamusnya. So, No way!

Hinata mengambil beberapa pakaian kotor dari kamar Sasuke dan membawanya keluar untuk di masukan ke dalam mesin cuci.

Gadis itu berjalan kembali menuju kamar yang lain. Kamar berpintu coklat dengan tulisan 'BAKA!'

Hinata menggelengkan kepalanya melihat tulisan tidak mendidik itu dan segera masuk ke dalam kamar.

Kamar bernuansa cream itu tampak rapi, dengan perabotan beserta barang barangnya yang tersusun rapi.

Wah, kamarnya tidak berantakan. Hanya, beberapa pakaian kotor yang menumpuk saja di sana. Baguslah,

Hinata mulai masuk lebih dalam lagi dan melihat seseorang yang tampak tertidur pulas dengan rambut hitam panjangnya yang berantakan.

Tidur menyamping dengan memeluk bantal hingga menutupi wajahnya.

Hm? Bukankah dia pemuda tadi? Yang dipanggil Naruto-sama dengan sebutan 'Nanas pemalas?'

Hinata mengangkat bahunya tidak peduli dan berjalan  mendekati sudut ruangan yang bersebelahan dengan kamar mandi dan berusaha tidak menimbulkan suara.

Sebelum keluar, ia melihat pemuda itu sebentar. Memastikan bahwa pemuda itu tidak terbangun karena aktivitasnya tadi.

Baguslah, dia tidak terbangun.

"Kalau sudah selesai, buatkan aku Kopi panas." Ucap pemuda itu tiba tiba. Membuat hinata tersentak di tempatnya.

Hinata menatap pemuda yang sama sekali tidak bergerak di atas ranjang dengan bingung.

Apa pemuda itu baru saja mengatakan itu kepadaku?

"Aku berbicara padamu, nona pelayan." Ucap pemuda itu lagi, masih dalam posisi tidurnya.

"A-ah! Baiklah!" Hinata cepat cepat keluar dan menutup pintu sambil membawa beberapa pakaian pemuda itu.

*

Hinata menghembuskan nafasnya dengan pelan ketika mengingat tinggal satu kamar lagi yang harus ia bersihkan. Ia menatap pintu berwarna merah bata dengan gugup.

Berdoa agar tidak ada empunya di dalam sana. Dengan perlahan, ia memutar knop pintu dan mulia melangkah masuk.

Mata amethyst nya menatap sekitarnya dengan tertegun. Melihat beberapa perabotan kamar yang tersusun rapi tanpa ada sampah ataupun pakaian kotor. Kamar bercat kopi yang tampak sederhana dan elegan.

[6] MY MAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang