Happy Marriage = Working out Together

6 1 0
                                    

Masih pembelajaran dari drama VIP. Ada sepasang suami istri yang memiliki dua anak laki-laki kembar yang masih berusia 7 tahun. Keduanya juga bekerja di perusahaan yang sama, tapi dalam bagian pekerjaan yang berbeda. Pasangan ini juga memperlihatkan permasalahan orang tua yang bekerja pada umumnya. Mulanya sang suami begitu egois, membiarkan istrinya menangani semua masalah rumah tangga sendirian. Hingga akhirnya sang istri kabur dari rumah sebagai bentuk protes. Selain itu juga, karena ternyata si istri sedang mengandung anak ketiga. Ia ingin menggugurkan kandungannya. Sebagai istri, ia merasa tidak tahan harus mengurus anak dan mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Dua anak laki-laki saja sudah merepotkannya, apalagi ditambah satu. Si istri juga sebenarnya ingin mengejar karir yang cemerlang di hadapannya, tapi terhalang oleh pengasuhan anak yang menyita banyak waktu. 

Saat istrinya kabur, sang suami baru merasakan sulitnya mengerjakan urusan rumah tangga. Apalagi menyiapkan anak-anaknya sejak bangun tidur sampai siap berangkat sekolah. Belum lagi urusan makanan yang harus disiapkan setiap hari. Si suami akhirnya merasa kalau ia sangatlah egois. Lebih mementingkan minum-minum sepulang kerja daripada kembali ke rumah bertemu istrinya. Ia juga sadar kalau ternyata tanpa istrinya, ia sangatlah kesulitan. Dan akhirnya baru merasakan juga betapa istrinya sangat kuat menjalani hari-hari yang berat. Urusan pekerjaan saja sudah cukup menguras otak dan tenaga, tapi si istri masih bisa mengurus anak-anaknya dengan baik. 

Kejenuhan pasti ada. Itulah saat sang istri akhirnya memutuskan untuk "memberi pelajaran" pada sang suami yang begitu cuek dan mau enaknya sendiri. Istri yang ingin bertumpu pada suami, merasa tak diperhatikan. Bahkan dianggap terlalu membesar-besarkan masalah. Istri yang terkadang hanya ingin berbagi tugas, tapi tak pernah diutamakan. Keberadaannya perlahan tak jauh beda dengan seorang pembantu yang pekerjaannya hanya meliputi rumah saja. Karir yang ingin ia kejar, dianggap tak perlu hanya karena ia seorang wanita. 

Beruntunglah si suami akhirnya sadar bahwa kepergian sementara sang istri memberikan efek buruk untuk rumah tangganya. Saat sang istri meminta cerai pun, sang suami tidak mau. Ia malah berjanji akan memperbaiki sikapnya. Ia bahkan rela berhenti bekerja sementara untuk mendukung karir istrinya. Dan saat sang suami mengetahui bahwa si istri hendak menggugurkan calon anak ketiga mereka, ia sangat terpukul. Betapa ia telah menyakiti wanita yang selama ini ia cintai. Ia pun akhirnya meminta sang istri untuk mempertahankan bayinya dan mulai menata kembali rumah tangga mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya.

-

Things I Learn:

Pernikahan yang bahagia adalah wujud dari kerja sama suami dan istri dalam menjalankan perannya masing-masing dengan baik. Meski tidak ada aturan pasti, karena setiap individu berbeda kebutuhannya dalam setiap pernikahan, namun pernikahan akan berjalan dengan baik ketika masing-masing mengetahui hak dan kewajibannya. Keseimbangan dalam pernikahan bukan hanya sekedar pembagian tugas yang adil, karena porsinya tentu akan berubah menyesuaikan situasi dan kondisi. Noh Sa Yeon, seorang artis Korea, pernah mengatakan bahwa : untuk pernikahan yang bahagia, jangan membagi tugas dengan terlalu ketat. Lakukanlah dengan sepenuh hati, terkadang istri yang mengerjakan pekerjaan rumah lebih banyak, atau suami yang mengerjakan lebih banyak. Ketika istri sibuk, suami membantu. Begitu pula sebaliknya. 

Jadi perasaan jenuh atau lelah, atau bahkan merasa tidak dibantu atau tidak diperhatikan, bisa dihindari. Terkadang ketika sang istri merasa sangat lelah dan marah-marah, inti permasalahannya bukanlah semata karena bosan dengan pekerjaan rumah yang selalu berulang setiap hari. Ia hanya ingin mendapatkan pelukan hangat, dan sekedar tawaran "apa yang bisa saya bantu?" dari suaminya. Lebih bagus lagi jika memang langsung membantu tanpa disuruh. Itu akan menjadi perasaan bangga bercampur bahagia untuk seorang istri.

Bahkan dalam perbincangan di Oprah Super Soul, seorang narasumber pernah mengatakan kalau pernikahan yang bahagia inti terbesarnya berada pada sang istri. Ketika seorang istri bahagia, maka anak-anaknya akan bahagia, dan begitu pula suaminya akan bahagia. Maka tugas suami yang paling berat tapi sebenarnya paling mudah adalah membuat istrinya bahagia. Tapi bukan berarti kebahagian suami menjadi nomor dua. Kembali lagi seperti lingkaran, seorang suami yang ingin membuat istrinya bahagia juga pasti harus merasa bahagia terlebih dahulu. Jadi peran istri tetap dibutuhkan, karena itulah dibutuhkan yang namanya bekerja sama. Suami dan istri bekerja sama dalam berbagai hal dalam pernikahan. Keduanya harus sama-sama menyadari bahwa tujuan pernikahan adalah kebahagiaan yang sempurna. 

Things I Learn : About Life, Love, and WisdomWhere stories live. Discover now