Chapter 5

31.2K 3.2K 165
                                    

DALILA

Aku suka sama dia? HALAH. Aku hanya berusaha ramah padanya. Aku mau menulis berita tentang tim basket. Merdeka salah satu tim basket. Aku ingin hubungan kami akur. Yep, hanya itu.

Kenapa selama ini aku yang nunjukin sisi excited? Well semuanya bermula pada Merdeka yang ketahuan nge-stalk Instagramku. Oh, ngapain dia mampir ke media sosialku? Niatnya apa? Kok dia ngehandari aku? Semuanya aku analisis dan dugaanku adalah dia suka padaku. Aku bukannya ge-er, tetapi anggap saja ini sebagai sikap percaya diri.

Lagi pula aku tidak berharap dia menyukaiku. Aku tidak suka pria yang cuek seperti itu. Aku suka pria romantis.

"Dalila awas!"

Sialan si Bara. Untung saja aku gesit menangkap bola itu. Kalau kena kepalaku bagaimana? Bakalan oleng ke belakang. Kalau kena wajah? Hidungku bakal keluar darah. Begitu Bara mendekat, bola itu langsung ke kembalikan padanya.

Kulirik melalui sudut mata, Merdeka sedang melihatku. Aku pun balas dengan terang-terangan menatap pria itu. Biasanya saat seorang gadis akan terkena bola, ada seorang pria yang akan menolong gadis itu. Merdeka yang duduk di sebelahku tidak bergerak sama sekali. Dia hanya menonton bola itu datang padaku. Tidak ada romantis-romantisnya sama sekali. Makanya kuanggap Merdeka bukan tipeku.

...

MERDEKA

"Istirahat 15 menit," kata coach Eli. Bersamaan dengan itu aku menghampiri coach Eli dan teman-teman yang lain. Bunda mengirimiku pesan untuk segera pulang. Bunda dan Ayah ada acara makan malam dengan orang kantor, sehingga aku yang akan menjaga Liora—lagi.

"Coach aku izin pulang duluan. Dapet telepon dari orang rumah suruh cepat pulang," kataku. Coach Eli memaklumi alasanku.

Kulihat Bara menghampiriku. Pria itu melemparkan bola basket padaku.

"Sudah mau pulang? Main satu set dulu gimana?" ajak Bara. Sebenarnya aku ingin ikut bermain, tetapi alasanku sudah jelas.

"Sorry. Liora udah nunggu."

Aku men-dribble bola basket itu dengan ritme 'satu ... dua ... satu ... dua'. Tanpa aba-aba aku mengoper bola itu ke Bara—tepat di wajahnya. Dia kaget dan langsung mengumpat kesal membuatku tertawa puas.

Aku segera menghampirinya kemudian sambil menepuk pundaknya aku berkata.

"Lain kali hati-hati."

Bara terlihat bingung. Aku pun segera berlalu meninggalkan dia yang meneriakiku.

"Kan lo yang ngelempar bola!" teriak Bara. Sambil berjalan cepat aku pura-pura tidak mendengar teriakannya.

...

Sepulang sekolah aku langsung berada di kamar, menonton anime di laptopku sambil menggendong Liora di pangkuanku.

"Baba," panggil Liora sambil berusaha berdiri. Mataku masih fokus melihat Luffy, tetapi tanganku memegangi Liora. Gadis kecil itu menarik bajuku saat dia berusaha menegakkan kakinya.

"Baba!" Liora terlihat begitu bahagia saat berhasil berdiri. Tetapi masih harus kupegangi karena dia berdiri di atas kasur.

"Babababa!" ucapnya.

"Apa?" tanyaku tidak begitu paham meski sudah berusaha untuk mencoba mengerti.

"Babaaaa," Liora tertawa saat kasur yang diinjakinya bergoyang.

Sekali Merdeka Tetap MerdekaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin