Chapter 8

32 11 2
                                    

"Zalenta Qratia." panggil sebuah suara bariton dari arah belakangku.

"Yang mulia." jawabku sembari menundukkan tubuhku.

Saat ini aku sedang berada di depan area latihan para penjaga istana. Succubus pria di Cinnamon kebanyakan memilih mengabdi kepada kerajaan daripada keluar ke dunia manusia.

Untuk urusan menuntaskan nafsu, tidak harus bersama dengan manusia. Mereka bisa melakukannya dengan succubus wanita yang berada disekitar mereka, setauku seperti itu.

"Mau ikut aku ke suatu tempat?" ajak Raja Marneas.

Aku hanya mengangguk kecil lalu mengikuti beliau berjalan di belakang. Para peri memiliki tinggi yang sedikit berbeda dengan manusia.

Jika manusia umumnya mencapai puncak tinggi sekitar 170-190cm, peri bisa mencapai tinggi lima meter. Aku yang terhitung belum satu abad memiliki tinggi sekitar 175cm.

Tinggi Raja Marneas sendiri jika aku perkirakan hampir tiga meter dan itu mungkin masih bisa bertambah, terlihat dari wajahnya yang masih tampak muda.

Aku punya kebiasaan menilai penampilan luar seseorang, selain menyenangkan aku juga bisa melihat apa saja perbedaan peri dan manusia.

Kami berjalan cukup jauh ke arah belakang istana, tidak ada penjaga yang berlalu lalang disini. Malah disini terlihat banyak tanaman rambat, semak, ataupun pohon rindang sepanjang jalan setapak yang terlihat dibuat khusus untuk pejalan.

"Alasan mengapa kami memilih untuk mengasingkan para succubus yang berbeda adalah karena mereka bisa membahayakan sesamanya." aku tidak mengerti mengapa beliau mulai mengungkit hal tersebut.

"Zavelia, yaitu Ibumu adalah salah satu dari mereka,"

"Succubus yang memiliki warna rambut hitam seutuhnya adalah kutukan." aku sudah mengerti arah pembicaraan ini dan kembali rasa kesal memenuhi kepalaku.

"Memang terdengar sangat kejam, tapi mereka memang tidak bisa hidup berdampingan dengan kita yang succubus biasa."

"Tapi mengapa?" tanyaku dengan suara yang sebisa mungkin kubuat tenang.

"Frost succubus."

"Maaf?" aku baru kali ini mendengar penamaan kaum succubus yang seperti itu.

"Frost succubus, succubus beku atau succubus berambut hitam tidak memiliki insting untuk mencari kepuasan dalam bentuk nafsu, melainkan dalam bentuk menghisap daya hidup peri,"

"Frost succubus sendiri tidak akan menyadari jika mereka menyerap daya hidup makhluk disekitarnya, itu adalah respon alamiah kekuatan flux mereka." jelasnya yang masih belum bisa aku terima.

"Maksud anda, berada di sekitar mereka akan membuat daya hidup kita terhisap?" tanyaku yang tanpa sadar sudah beriringan dengan Raja Marneas dalam perjalanan yang aku tidak tau kemana.

"Benar. Rambut hitam atau Mors-flux, sesuai dengan namanya Mors dikenal dengan flux yang seolah memiliki jiwa sendiri yang akan menyerap jiwa makhluk lain secara perlahan dan akan berhenti jika benar-benar tak ada lagi kehidupan disekitarnya."

"Apa tidak ada cara untuk menghentikan itu?" tanyaku yang menjadi prihatin.

"Sayangnya tidak ada."

Bagaimana mungkin? jadi itulah alasan mengapa aku selalu merasa lelah jika dekat Ibu, dan apa mungkin ini pula yang menjadi salah satu alasan Ibu ingin segera kembali ke istana?

"Tapi ada tempat yang bisa mengentikannya." sahutnya yang membuatku mengalihkan pandanganku padanya.

"Dimana?" Raja Marneas tidak menjawab, dia hanya tersenyum lembut seolah ingin langsung menunjukkan tanpa mengatakan apapun.

Frost SuccubiWhere stories live. Discover now