Chapter 1

167 18 5
                                    

"Aku heran, mengapa kau yang memiliki darah Succubus memilih bersama kami yang sudah menjadi buronan polisi ketimbang berada di club malam dan menggoda pria seperti ras mu kebanyakan,"

Aku memutar bola mataku jengah, rasa kesal tak pernah luput dari kepalaku jika setiap kali ada yang menyinggung ras ku.

"Diamlah Crane, jika kau bicara lagi akan kulilit lidahmu dengan akar rambat," ancamku yang selanjutnya tidak kupedulikan lagi protesannya.

Sudah 30 menit kami mengawasi seorang turis yang sepertinya datang dari kota yang sangat jauh. Aku tebak, ia datang untuk urusan bisnis. Terlihat dari koper-koper yang berisi lembaran uang tunai yang tak sengaja kulihat saat mereka mengecek isi koper tersebut di bandara, juga beberapa barang yang jika di lelang pasti akan sangat mahal.

Aku, Crane, dan Lucy mengikuti mobil mereka hingga ke pusat perusahaan yang megah. Menurut beberapa manusia, ini adalah pusat pengembangan teknologi yang sangat terkenal. Namun ada juga yang mengatakan mereka adalah tim peneliti mutan. Aku tidak menganggap hal itu penting, dan entah mengapa setiap melihat gedung itu aku merasa sangat kesal.

Aku memberi kode pada rekanku yang siap di parkiran gedung untuk melakukan bagiannya. Kami merencanakan pencurian untuk turis yang diikuti tadi.

Lucy, dia seorang Elf muda yang terlahir tanpa mengetahui asal usul keluarganya. Kata Crane, dia menemukan Lucy sewaktu bayi di dekat kedai tua yang tak terpakai.

Crane sendiri adalah manusia, ia dapat tinggal dan berbaur di dunia kami juga dapat keluar masuk perbatasan antara dunia manusia dan dunia peri, karena keterlatihannya untuk menyeludup dan mencuri. Tak heran jika ia dicap sebagai buronan di dua dunia itu.

Seorang pria yang nampak sudah berumur, namun kharisma dan ketampanan tetap terlihat di wajahnya, turun dari salah satu mobil. Rambutnya berwarna abu-abu gelap dengan luka jahit di sekitar pelipisnya.

Setelan hitam rapi dengan sepatu dan jam tangan yang aku perkirakan berharga puluhan juta sudah menjadi dasar kesimpulanku bahwa dia lah Bos nya.

Lucy mendekati pria itu dan mulai menjalankan tugasnya. Ia berlari kecil dengan es krim di tangannya lalu menubruk pria itu seolah suatu hal yang tak disengaja, dengan alibi bahwa ia tak dapat menemukan orang tuanya di sekitar gedung, menangis sambil meminta maaf seperti yang dilakukan anak manusia saat berbuat kesalahan.

"Paman, maafkan aku. Aku tidak sengaja membuat pakaianmu kotor," ucapnya sambil mulai sesengukan dan menundukkan kepalanya.

Belum sempat pria itu menjawab Lucy, ia langsung menyambung ucapannya. "Aku sedang mencari orang tuaku, tadi mereka menyuruhku menunggu di parkiran. Maafkan aku paman, aku akan ganti rugi." Ia memang aktor yang berbakat, bahkan sang bos menghentikan langkahnya dan memperhatikan Lucy dengan wajah yang kaget.

Setelah berhasil menarik perhatian si bos, aku dan Crane memulai pekerjaan kami. Aku meniup serbuk halus dari tanganku yang cukup terang untuk menyilaukan ke arah para bodyguard yang menjaga pria itu.

Setelah mereka lengah karena silau, aku mencoba fokus dan menutup kedua mataku. Perlahan timbul warna lain dari ujung sampai setengah rambutku yang sepanjang pinggang dan berwarna merah maroon.

Dark red yang perlahan muncul itu masih saja membuat Crane merinding dan membuatku terkekeh geli.

"Thrombus-flux!" ucapku sedikit berbisik dan mulai menggerakan tangan untuk mengontrol tubuh para bodyguard itu hingga mereka tersungkur dan tak sadarkan diri.

Melihat hal itu, Lucy langsung melumpuhkan sang pria yang sedari tadi memfokuskan perhatiannya padanya dengan memukul titik lumpuh pada leher pria itu.

Frost SuccubiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora