Chapter 2

85 18 7
                                    

Aku seorang Succubus-Elf. Jenis yang bisa dibilang terlarang hadirnya, karena permusuhan antar kerajaan elf dan kerajaan succubus dari ribuan tahun yang lalu.

Ayahku seorang elf yang sudah mengabdi pada kerajaan tanah kelahirannya selama ratusan tahun, Umber Aerendyl. Elf memiliki tampang yang sempurna tanpa celah juga kehidupan yang abadi selama tidak ada yang membunuh mereka.

Mereka berpenampilan rupawan, berkulit putih berseri, bertubuh ramping dengan telinga panjang mencuat, tabiat tenang dan juga cinta kedamaian. Para elf hidup berdampingan dengan alam juga benci dengan peperangan dan tindakan kasar.

Ibuku sendiri merupakan succubus, mereka tak sengaja bertemu dalam hutan perbatasan wilayah kerajaan kami. Kerajaan elf bersebelahan dengan kerjaan succubus, Umber Cinnamon.

Succubus berbanding terbalik dengan para elf, mereka hidup dengan menaklukan alam. Kerajaan mereka hanyalah hamparan tanah tandus dan beberapa gunung berapi yang masih aktif. Para succubus memiliki kebebasan untuk masuk ke dunia manusia, sekedar menggoda mereka untuk melampiaskan nafsu. Itu sudah menjadi sifat dasar mereka.

Mereka tidak dapat hidup abadi, hanya sampai ratusan atau ribuan tahun. Memiliki fisik yang sangat menggoda adalah ciri khas mereka, warna kulit mereka terdiri dari kuning langsat hingga hitam legam. Mereka juga sangat berisik dan benci ketenangan, tidak heran jika succubus terlihat di club malam atau tempat hiburan lain.

Alasan kedua kerajaan ini bermusuhan adalah perbedaan pendapat antara pihak gelap dan pihak terang, serta peraturan kebiasaan mereka yang kontras. Entahlah aku tidak tahu masalahnya serinci apa.

Dari yang aku dengar, Ayahku dicap pengkhianat oleh kerajaan karena menyukai seorang succubus dan diusir oleh sang Raja. Ayah dan Ibuku akhirnya menikah dan menetap di Cinnamon. Aku lahir dengan tampang yang mirip dengan Ayahku.

Dua tahun setelahnya, orang tuaku mendapat ancaman dari kerajaan Cinnamon untuk menyingkirkanku karena dianggap sebagai ancaman.

Ibuku juga mendapat hukuman karena menikah dengan elf. Ada yang bilang Ayahku meninggal saat melindungiku dan Ibu, lalu karena depresi Ibu membuangku ke negeri manusia.

Ada juga yang bilang mereka berdua meninggal karena tertangkap setelah berhasil menyembunyikanku.

Peraturan kerajaan succubus pada saat itu masih sangat lemah. Namun setelah banyak laporan tentang elf yang menikah dengan salah satu succubus, barulah kerajaan mengambil tindakan dan mengetatkan peraturan mereka tentang bangsa elf.

Aku tidak begitu ingat tentang masa kecilku, aku tidak ingat bagaimana aku bisa berada di dunia manusia. Aku hanya ingat orang tuaku berlari melintasi air terjun dan menangis sambil meminta maaf.

Setelahnya aku dirawat oleh manusia selama beberapa tahun kemudian ia meninggal. Aku pun hidup sendiri di jalanan. Saat aku berusaha mengingat lebih jauh, kepalaku akan mendadak sangat sakit.

Aku sendiri tidak memiliki hidup abadi seperti yang dimiliki bangsa elf. Tapi aku tidak peduli, memangnya hidup abadi itu enak?

"En, Alen!!" gertakan Lucy membuyarkan lamunanku. Kami sedang berada di pasar ibukota Aerendyl, Cione.

"Ah, maaf, aku sedang memikirkan sesuatu tadi." aku menggaruk tengkuk ku yang tidak gatal.

"Jadi kalian mau mengambil pesanan yang mana?" seseorang menginstruksi mereka, ia adalah pemilik kios. Lucy kembali menyikut lenganku.

"Aku ingin mengambil pesanan belati kemarin dan beberapa pisau lempar, aku memesan atas nama Alen." sang penjaga toko berbalik mengambil sebuah bungkusan yang terbuat dari kulit hewan dan menyerahkan kepadaku.

Frost SuccubiWhere stories live. Discover now