7. Masukkan Judul Anda di sini

249K 13K 953
                                    

Beuh, lama bgt gak update... Ampe lupa rasanya mesum :3

Happy maljum 👌🏻
(Masih siang padal)
____________

Bara turun dari mobil dan heran mendapati rumahnya gelap tanpa penerangan padahal hari sudah menjelang malam.

"Rania?" seru Bara menekan sakelar lampu lalu mengedarkan pandangan.

"Rania." Bara kembali berseru. Tak menemukan sosok wanita itu saat melewati ruang tengah juga meja makan.

Bara beralih menuju kamar. Mengetuk pintu sebelum membukanya perlahan. "Rania?" panggilnya lirih. Edarkan pandangan sesaat dan mulai kesal tak juga menemukan wanita itu di mana-mana. Bara tarik ponsel dari kantongnya untuk melakukan panggilan. Sambil berjalan, kembali ke meja makan ia tunggu panggilan diangkat.

"Lo di mana?" tanya Bara begitu teleponnya tersambung. Ia menarik kursi lalu duduk.

"Aku di panti, kenapa Bar?" jawab Rania lembut.

"Kenapa lu bilang?" Bara berubah kesal. "Ini udah hampir makan malam, gue capek baru pulang dan nyampe rumah gue masih harus masak sendiri gitu? Gue cuma minta satu bulan dan kayak gini doang yang bakal gue terima dari lo?"

"Tapi Bar, ini kan hari rabu..."

"Terus, apa urusannya? Lo tu sebenernya ngapain? Keluyuran seenaknya gak minta ijin sama gue."

"Aku udah minta ijin sama kamu...."

"Kapan??" potong Bara langsung.

Terdengar helaan nafas Rania menanggapi emosi suaminya.

"Dulu di awal-awal nikah aku udah tanya, boleh gak kalo tiap hari rabu aku ke panti. Kamu bilang terserah. Jadi tiap hari rabu aku ke sini."

Bara berdecak, sejujurnya ia sedikitpun tak ingat. Bahkan ia yakin, waktu itu ia menjawab "terserah" juga karena tidak peduli dengan apa yang dilakukan Rania sebelumnya.

"Pulang sekarang!" kata Bara tak mau peduli.

"T-tapi Bar...."

"Kenapa Ran?" suara lembut seorang wanita memotong perkataan Rania di seberang sana.

"Gak kok Ma," jawab Rania.

Bara tersenyum sinis menikmati kegugupan Rania. Wanita itu terdengar seperti tengah berbohong. Ia sendiri tak tahu kenapa harus seperti itu respon Rania pada orang yang ia panggil "Ma" itu, padahal di sini ia hanya menyuruhnya pulang.

"Bara ya?" tebak suara wanita itu lagi. "Suruh ke sini dong, sibuk terus deh perasaan, sampe gak pernah main ke panti."

"Capek banget katanya... Lain kali aja ya Ma."

Bara tertawa pelan mendengar Rania mulai membuat-buat alasan untuknya. Kemudian bisa mendengar suara helaan nafas yang sengaja dikeraskan.

"Pekerja keras banget suamimu itu Ran," katanya. "Mama bersyukur sekali kamu menikah sama laki-laki bertanggung jawab kayak dia."

Bara sandarkan punggungnya, kembali tertawa pelan mendengar pujian yang ditujukan padanya.

"I-iya Ma," jawab Rania terdengar jelas keraguannya bagi Bara.

Hening beberapa saat.

"Halo?" kata Rania mengecek apakah panggilan masih tersambung.

"Mau gue jemput?" tanya Bara terdengar lebih mirip seperti ejekan daripada tawaran.

"A-apa?" Rania terkejut. "G-gak perlu, aku langsung pulang sekarang. Katanya kamu capek..."

"Jangan kemana-mana! Gue ke sana sekarang." Bara memutuskan sambungan lalu kembali tertawa.

Kesempatan Kedua [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang