Adelia menoleh kearah Andrian, Andrian ikut menoleh kearah Adelia.

"Loe suka gue dari apanya? Perasaan gue itu, ngeselin deh"

"Kata siapa?" Tanya Andrian.

"Kata semua orang rumah sakit" balas Adelia dan kembali menatap ke atas.

Andrian memeberikan sebuah sticky note kepada Adelia.

"Tulisan Rico! Kapan dia memberikan ini?" Tanya Adelia sambil menunjukkan sticky note yang ia bawa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tulisan Rico! Kapan dia memberikan ini?" Tanya Adelia sambil menunjukkan sticky note yang ia bawa.

"Oh itu? Saat loe selesai operasi transplantasi ginjal. Sebelu-"

"Bentar! Loe bilang, gue transplantasi ginjal? Ginjal apa?"

"Saat loe pulang dari rumah sakit Busan. Loe kecelakaan, dan loe harus dioperasi karena ginjal loe pecah, dan loe harus mendapat donor ginjal secepatnya. Kalau loe nggak segera mendapatkan donornya, loe bisa kena penyakit gagal ginjal"

"Jadi Rico mutusin buat ngasih satu ginjalnya buat loe. Itu sticky note mau ia kasih ke loe, tapi nggak jadi. Karena loe udah baikan lebih cepat dari perkiraan Paman" sambungnya.

Adelia tercengang mendengar perkataan Andrian.

"Trus Rico? Rico gagal ginjal?" Tanya Adelia.

Andrian mengangguk, "Seminggu setelah keberangkatan loe ke Amrik, Rico mengalami gagal ginjal"

Adelia menangis mendengar itu semua. Ia tidak tau kondisi adiknya sendiri. Ia terlalu fokus untuk pekerjaannya.

Andrian menarik Adelia kedalam pelukannya.

"Gu...gue nggak tau. Sebagai Kakak, gue nggak tau keadaan adik gue sendiri"

"Hum, karena Rico meminta kita semua untuk tidak memberitahukannya ke loe"

Adelia melepaskan pelukannya, "Trus.. Ri.. Rico meninggal kenapa? TELL ME NOW!"

Andrian menghela nafasnya.

Flashback on

Ji menghembuskan nafasnya berat, "Maaf tante. Adelia sekarang sedang membutuhkan donor jantung. Karena tulang rusuknya patah dan menusuk ke jantungnya, sehingga jantung Adelia pecah dan harus segera mendapatkan pengganti"

Bunga yang mendengar itu, langsung terduduk dan menangis sejadi jadinya.

Rose berjalan maju dan menarik baju Ji. "Kamu bilang apa? Nggak mungkin itu! Nggak!"

Andrian dan Ardi memisahkan Ji dari Rose. Ardi memeluk Rose, sedangkan Andrian memegang pundak Ji.

Song Da-bin melangkah maju kearah Ji, "Kamu yakin nak? Udah di cek baik baik?" Tanya Song Da-bin.

Ji menatap Song Da-bin, kemudian menganggukkan kepala. "Iya Paman, saya sudah cek kondisinya. Dan ternyata benar tulang rusuknya patah sehingga menusuk ke jantung" balasnya.

Rico mengepalkan tangannya, setelah mendengarkan penjelasan dari Ji. Rico berjalan kearah Ji.

"Kak tolong operasi Kak Adel, ambil jantung Rico aja" ucap Rico dengan penuh keyakinan.

Rose menarik tangan Rico, "Jangan nak!"

Rico menggenggam tangan Rose. Kemudian tersenyum kearas Rose.

"Mamah tenang aja, Rico gapapa kok. Rico kan kuat? Hum?" Rico mengusap air mata Rose.

Rose menggelengkan kepalanya. "Nggak nak! Nggak! Mama nggak rela jika kehilangan kamu! Nggak!"

"Mamah, dari pada itu. Rico lebih nggak rela jika Kak Adel yang harus mengalaminya. Jadi mama, tolong ikhlasin Rico ya? Sekali aja? Hum?"

"Ini nggak sekali Rico! Kamu udah kasih ginjal kamu! Nggak! Mama nggak ijinin kamu!"

"Mah, pliss! Rico mohon. Ri... Rico nggak bisa liat Kak Adel menderita" Rico menunduk dan menangis.

Rose tidak tega untuk melihatnya. "Baiklah jika itu mau kamu, mama akan ikhlasin kamu" balasnya.

Rico mendongakkan kepalanya, lalu memeluk Rose.

"Makasih mah! Rico sayang mamah! Makasih udah anggap Rico sebagai anak sendiri, Rico minta maaf. Karena Rico udah bikin mamah susah. Makasih!"

Rose melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Rico.

"Hum"

Rico beralih kearah Ardi, dipeluknya Ardi.

"Pah makasih udah sayang banget sama Rico. Rico minta maaf jika selama ini, Rico selalu menyusahkan papah, sekali lagi makasih!" Ardi mengangguk dan melepaskan pelukannya.

"Yo! Kak Andri?"

Andrian menarik Rico kedalam pelukannya. Rico terkekeh dengan kelakuan Andrian.

"Apaan sih Kak? Cengeng banget ih!" Ejek Rico.

Andrian melepaskan pelukannya.

"Rico!" Panggil Bunga.

Dengan cepat Bunga memeluk Rico. Rico juga membalas pelukan Bunga.

"Kak! Kakak tolong jagain Kak Adel ya? Kalau Kak Adel macam macam, nanti Kakak sentil aja telinganya. Atau Kak Adel banyak bicara, tinggal Kakak cubit aja mulutnya"

Bunga terkekeh dengan ucapan Rico. Bunga melepaskan pelukannya.

"Gue bakal kangen sama loe yang selalu berisik ini" ucap Bunga.

"Ah! Paman! Katanya ada pasien yang membutuhkan donor mata? Kalau gitu mata Rico aja di donorkan, Rico gapapa kok?"

Semua orang terkejut dengan ucapan Rico. Rose menangis dan memeluk Ardi.

"Udah duli ya mah, pah, Kak Andri, Kak Bunga, Paman. Rico masuk dulu ya?" Ucap Rico.

Rose menahan tangan Rico. Rico melepaskan genggaman Rose.

"Mah, gapapa. Rico juga seneng kok. Rico nanti udah nggak merasakan sakit lagi" ucap Rico sambil tersenyum.

"Ayo Kak Ji, kita masuk"

"Dadah semua. Rico sayang kalian" Ucap Rico untuk yang terakhir kalinya.

Ji mengangguk, kemudian ia kembali memasuki ruang operasi bersama dengan Rico.

Sekitar 1jam 02mnt Ji keluar dari ruangan operasi, dengan mendorong ranjang pasien yang berisikan Rico di atasnya.

Rose maju dan memeluk Rico sambil menangis sejadi jadinya.

"Ricoooo"

Ardi menangis sambil mengusap usap pundak Rose.

Bunga menangis sambil memegang tangan kanan Rico.

"Maaf...ma..maafin gue" ucap Bunga.

Andrian menenangkan Bunga. Ardi segera meraih Rose untuk dibawa kedalam pelukannya.

Ji segera memindahkan jenazah Rico. Untuk segera dikremasi.

Tbc.

My Tsundere is DoctorWhere stories live. Discover now