KENANGAN HANGAT

19.8K 410 6
                                    

Adelia pov

"Rico! Cepatlah!! Kakak sudah terlambat nih!!" Panggilku saat melihat Rico turun, lalu berjalan menuju ruang makan.

"Udah gausah makan, udah kakak masukin ke kotak bekal" sahutku saat melihatnya celingukan kanan kiri, dan tidak menemukan makanan sama sekali.

"Pagi-pagi udah lari-larian kayak orang dikejar gajah aja" komentarnya, dan langsung mendapat jitakan dikepala. "AAWW!!"

"Udah jangan banyak bicara kamu, kalau udah pakai sepatu langsung masuk mobil kakak tunggu, 2mnt ga masuk kakak tinggal"

"CRAZY!"

"1mnt ga masuk, tamat!!"

Di dalem mobil terasa hening sekali, karena Rico yang sedari tadi terus mengerucutkan bibirnya.

"Gausah lebay gitu, ntar pulang sekolah kakak jemput, trus mampir buat makan diluar" ucapku sambil melirik ke Rico, dan tentu saja dia langsung menoleh, dan menatapku dengan senyum sumringahnya.

"Oke, janji ntar aku hubungin kalau udah pulang" sambil mengulurkan jari kelingkingnya dan gue bales juga dengan mengulurkan jari kelingking tanda janji.

"Sampe" ucapku.

"Dah Kakak!" Ucapnya seraya mengecup pipi gue sekilas, Setelah itu dia turun dan masuk ke sekolah.

Setelah dia memasuki gerbang sekolah, langsung aja gue tancap gas, dan menuju rumah sakit.

~~~~

"Pagi semua" sapaku kepada para staf, maupun suster yang ada di rumah sakit.

"Pagii" jawab mereka bersamaan.

"Del, hari ini ada jadwal buat meriksa pasien kemarin yang habis kamu bedah" panggil sahabatku yang bernama Bunga.

Iya dia namanya Lauren Bunga, biasa dipanggil Bunga, karena dia ga suka sama panggilan Lauren, katanya sih "Panggil gue Bunga jangan Lauren, alasannya gue ga suka aja, jadi panggil gue Bunga karena Bunga itu cantik bisa menghiasi tempat di manapun, dan gue pingin, gue bisa menghiasi dimanapun gue berada".

"Baiklah, aku akan menuju kesana" jawabku cepat, lalu melambaikan tangan.

Gue berjalan ke kamar pasien yang bertuliskan [ruang tulip no. 189] dan masuk untuk mengecek kondisi pasien tersebut.

"Dok, bagaimana kondisi mama saya?" tanya keluarga pasien.

Gue langsung periksa bagaimana kondisi pasien tersebut, setelah gue cek bagaimana kondisi pasien, gue langsung menginformasikan bagaimana kondisi pasien kepada keluarga pasien.

"Kondisi pasien mulai membaik, dan mungkin lusa pasien sudah boleh meninggalkan rumah sakit"

Keluarga pasien pun tersenyum akan kabar pasien tersebut.

"Ah terima kasih dok, berkat dokter saya bisa bersama mama kembali" keluarga pasien tersebut menangis, karena senang akan kondisi pasien yang mulai membaik.

"Baiklah, saya permisi dulu untuk memeriksa pasien lain" ucapku sambil membungkuk, lalu pergi meninggal kan pasien dan keluarganya.

~~~~

Di halaman rumah sakit, gue duduk di sebuah bangku kosong, dengan kondisi kaki lurus, tangan dimasukkan ke saku jas rumah sakit, sambil bersender dan mendongakkan kepala. Disitu gue perlahan membayangkan kebersamaan gue, adik gue, mama, dan juga papa.

Gue mengingat momen dimana, kalau gue sedang untuk malas - malasan dan akhirnya ditegur oleh mama, sambil berkata sesuatu "kamu masih mudah jangan malas ngga baik loh, kejar impianmu sampai sukses dulu" gue hanya memandang mama, dan menjawab perkataan mama "kalau udah sukses Adel boleh males ma?" Dan mama pun langsung memukul pelan lengan gue, "walaupun udah sukses tetap ga boleh males, kamu harus tetap semangat, dengan kondisi apapun kamu harus kuat, dan berjuang terus buat masa depan kamu sendiri" gue ngangguk, apa yang dikatakan mama emang benar adanya.

Perlahan air mata gue turun, dan gue sadar kalau gue ngga bisa mengembalikan apa yang sudah berlalu.

"Hahhhh! Gue ga boleh gini, ntar kalau adek liat dia tambah sedih, dan ngga mau buat sekolah lagi" ucapku. Kemudian menyeka air mataku kasar.

"Lagian, pagi - pagi udah termenung! Kan ada aku, kenapa ngga cari aku aja? Atau ganggu aku gitu" tiba tiba Bunga pun duduk disebelah gue, yang masih dengan kondisi yang sama.

"Iya ya, bodoh banget gue, pagi itu buat senam atau buat lainnya, gue? Sebaliknya, masih pagi udah masuk kedalam masa lalu" Bunga pun narik gue ke pelukannya, dan disitu berakhir menangis lagi. Bunga memeluk gue erat. Dan menenangkan gue, sampai gue merasa enakan.

Bunga menghapus air mata yang ada dimuka gue, dengan ibu jarinya seraya mengatakan "kamu kalau nangis lagi, aku nanti ngga mau jadi tempat bersandarmu lagi lohh" ucapnya, sambil pencet hidung gue.

"Ah iya iya, tenang aku ngga bakalan nangis lagi kok, walaupun aku mau nangis, nanti aku menghindar dari kamu, dan cari orang yang mau buat aku bersandar" godaku.

"Ya! Kalau gitu aku akan terus mengikutimu, dimanapun kamu berada" katusnya, seraya melipat kedua tangannya di bawah dada, sambil melihatku dengan tatapan yang tajam.

Gue pun tertawa melihat kelakuan sahabat gue satu ini, betapa dia sangat menyayangi gue dan juga adik gue.

"Jangan tertawa, ngga lucu tau! Udah berhenti!" Tangannya pun mencubit perutku.

"Aw, iya gue berhenti sekarang, jadi ayo masuk, aku mau liat apa ada jadwal bedah hari ini atau tidak. Karena nanti aku mau pulang cepat, sebab aku telah berjanji pada Rico, kalau nanti aku traktir dia makan" lalu gue pun berdiri dan menggenggam tangan Bunga. Mengajaknya untuk ikut masuk bersama.

"Aku juga ikut dong, kalau nanti ada traktiran sekalian pingin ketemu sama adek kamu, hmm kangen deh udah sebulan ngga ketemu dia".

"Terserah"

Tbc.

Start

18-12-2019

My Tsundere is DoctorWhere stories live. Discover now