Part 25 : Enough

955 96 14
                                    

Jaehee POV

"Apa yang akan kalian lakukan setelah lulus?" tanyaku pada Hyejin dan Sungjae. Hyejin terlihat kegirangan sambil membaca-baca bukunya.

"Aku akan bekerja di perusahaan game, dan aku akan membuat game ku sendiri," ucap Sungjae sambil tersenyum.

"Kalau aku, aku akan menjadi koki, dan aku mau membuka restoran sendiri, aku sedang melihat-lihat resep," ucap Hyejin dengan semangat. "Bagaimana denganmu?"

"Aku belum pernah memikirkan soal itu," ucapku tidak bersemangat. Hyejin pun menguatkanku dengan mengelus tanganku. Aku tidak bisa memikirkan apapun selain seorang Jeon Jungkook. Menyebalkan.

"Mulai sekarang kau harus memikirkan itu, kau harus memikirkan masa depanmu," ucap Sungjae. Kalau dipikir-pikir aku ini terlalu santai.

"Apa yang mau aku lakukan kedepannya ya," ucapku ragu-ragu. Aku membayangkan kalau aku menikah dengan Jungkook, tidak! bukan itu yang aku maksud.

Ngomong-ngomong, tidak kusangka semua temanku sudah berusaha menuju impiannya. Aku ingin ... apa yang aku akan lakukan kedepannya?

"Kalian sudah menemukan impian kalian masing-masing dan aku hanya seperti orang bodoh disini."

"Semua orang punya jalannya sendiri. Kau hanya perlu cari sesuatu dari jalan hidupmu," balas Sungjae.

"Saat kau memutuskan impianmu, bagaimana kau tau itu yang kau inginkan?" tanyaku penasaran.

"Bagaimana ya ... tidak, itu tidak perlu dipikirkan. Sama seperti kau jatuh cinta pada seseorang," ucap Sungjae meyakinkan. Seperti jatuh cinta? apa rasanya sama seperti aku melihat Jungkook?

"Seperti aku sedang jatuh cinta?"

"Iya. Saat kau jatuh cinta, kau tidak perlu memikirkan sebabnya. Sama saja seperti impianmu."

"Tapi, pekerjaan yang membuatmu tetep bersama dengan orang yang kau cintai dan pekerjaan kau sukai itu berbeda."

"Apa?" tanya mereka berdua bingung.

"Misalnya, orang yang aku cintai adalah pemilik perusahaan, aku akan menjadi sekertarisnya. Jika orang yang aku cintai adalah pilot, aku akan menjadi pramugarinya," ucapku sambil tersenyum sambil membayangkan Jungkook. "Dan jika orang yang aku cintai adalah seorang dokter, aku akan menjadi perawatnya."

"Aku tidak tahu impianku. Apa yang orang kucintai ingin lakukan, impianku akan terus berubah-ubah. Berarti ini bukan impian kan?" ucapku lagi. Benar-benar aku tidak bisa memikirkan apapun selain Jungkook, bahkan impianku pun harus tergantung padanya. Aku ini sebenarnya apa.

"Memang bagus kalau kau mendukung mimpi seseorang. Tapi kau hebat kalau kau bisa menjadi pemilik restoran meneruskan usaha Ayahmu," ucap Sungjae sambil menepuk-nepuk punggungku.

"Jangan bercanda, Sungjae. Aku tidak bisa memasak."

***

Aku sekarang sedang melihat-lihat buku di perpustakaan, setelah tadi aku makan di restoran Ayahku. Aku benar-benar tidak tahu apa yang ingin aku lakukan. Apa aku hanya hidup untuk mendukung Jungkook?

"Rasanya seperti jatuh cinta pada seseorang, kau langsung tau ya?" ucapku dengan suara kecil. Daritadi aku hanya memikirkan kata-kata Sungjae.

Dari pandanganku, aku melihat Jungkook yang sedang duduk sambil membaca bukunya. Aku rindu sekali padanya, sudah lama sekali aku tidak berbicara padanya atau melihatnya.

Yang hanya bisa aku lakukan hanya memandang Jungkook dan tertinggal jauh dibanding teman-temanku. Aku ini sangat bodoh sekali.

Aku ingin menghampiri Jungkook. Tapi ... dia sedang serius sekali, aku tidak ingin mengganggunya.

Naughty Kiss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang