Part 24 : Second Kiss

Mulai dari awal
                                    

"Kau selalu seperti ini disaat-saat terpenting," ucap Jungkook dengan suara kecil dan masih menatap wajah Jaehee.

Jungkook menatap wajah Jaehee dengan seksama. Dia menyadari bahwa wanita di sampingnya sekarang adalah wanita yang hebat. Yang menemani dia dikala suka maupun duka yang dia alami.

Jungkook membenarkan posisinya, lalu mendekatkan wajahnya pada Jaehee. Jungkook menempelkan bibirnya pada bibir Jaehee, mencium bibirnya dengan lembut.

Jungkook melepaskan ciumannya. "Terimakasih, Jaehee." Jungkook kembali menatap wajah wanita itu lalu kembali tidur.

***

Jungkook terbangun dari tidurnya. Dia melihat wanita di sampingnya sudah pergi begitu saja. Jungkook bangkit dari tidurnya dengan bantuan tongkatnya yang dapat menopang tubuhnya, sambil memegang tengkuk lehernya yang terasa lelah. Lalu dia melihat sebuah kertas di atas mejanya.

Aku pulang dulu, silahkan minum kopinya kalau kau mau, dan terimakasih sudah mau berbicara banyak tadi malam denganku.
-Jaehee.

Jungkook pun meminum kopi yang dibuatkan Jaehee sebelum dia pulang dari tempat itu. Jungkook menikmati kopi buatan Jaehee, dia menyadari bahwa rasanya enak. Padahal yang dia tahu, masakan Jaehee tidak enak.

Di sisi lain Jaehee pulang ke rumahnya, dan dia melihat Nyonya Jeon, Tuan Jeon dan Ayahnya yang sedang menunggunya pulang.

"Ayah, aku minta maaf. Aku tidak mengabarimu, semalam aku menemani Jungkook," ucap Jaehee lalu membungkukkan badannya. "Aku minta maaf."

Ayahnya tidak menjawabnya, Jaehee hanya takut jika Ayahnya marah padanya. "Aku tidak melakukan apa-apa dengan Jungkook, aku bersumpah."

"Aku sudah tahu dari Seyong soal Jungkook. Baiklah, yang terpenting kau pulang," balas Tuan Song pada Jaehee. Dan Jaehee tersenyum puas.

"Bagaimana keadaan Jungkook? Apa dia baik-baik saja?" tanya Nyonya Jeon khawatir. Jaehee mengangguk cepat sambil tersenyum agar Nyonya Jeon tidak khawatir.

"Dia baik-baik saja, Bibi."

Nyonya Jeon memegang kedua tangan Jaehee sambil tersenyum tiba-tiba. "Akhirnya kalian menyadari perasaan kalian masing-masing."

"Kami tidak melakukan apapun semalam."

"Yang terpenting kalian menghabiskan malam bersama, kau tidak boleh menyerah!"

Lagi-lagi Nyonya Jeon terlihat senang. Jaehee sebenarnya bingung harus bagaimana menghadapi Nyonya Jeon. Jaehee hanya tersenyum melihat Nyonya Jeon. Disisi lain dia sangat senang karena keluarga Jungkook menerima dia apa adanya.

***

Sudah sebulan lebih Jungkook sakit, tidak ada tanda kehidupan lagi di kampus. Jaehee ingin sekali menjenguk Jungkook, tapi menurutnya itu sudah terlalu lancang. Jaehee hanya bisa menunggunya di kampus maupun kafe tempat Jungkook bekerja.

"Kau memikirkan apa?" tanya Sungjae pada Jaehee. Jaehee menatapnya lalu tersenyum.

"Aku rindu sekali dengan Jungkook," ucapnya pelan. Sungjae pun langsung menepuk-nepuk punggung Jaehee guna menenangkan sahabatnya itu.

"Aku juga rindu dengan Sooyoung," ucapnya lagi. Pasalnya sudah lama sekali dia tidak bertemu Sooyoung.

"Mungkin dia sibuk, aku juga sudah lama tidak melihatnya," balas Sungjae.

"Rasanya energiku hilang begitu saja."

"Kau harus semangat." Sungjae menggenggam tangan Jaehee. Jaehee pun membalasnya. "Kau juga."

***

"Ini sudah malam, kau menginap saja," ucap Nyonya Jeon pada Jungkook.

Jungkook pulang sebentar hanya untuk mengambil bajunya, dan juga untuk mengetahui keadaan keluarganya seperti apa sekarang.

"Tidak usah, Bu," balas Jungkook lembut. Keadaan Jungkook saat ini sudah bisa berjalan namun belum seimbang, dia tidak perlu menggunakan tongkatnya lagi.

Jungkook mulai melangkah pelan menuju keluar rumahnya, namun Ibunya memegang lengan tangannya dan membuat Jungkook memberhentikan langkahnya.

"Kookie ... Berhentilah dan kembali ke rumah," ucap Nyonya Jeon memohon. "Aku tahu kau hidup dengan caramu sendiri untuk menemukan tujuan hidupmu, tapi bagaimana dengan mimpiku untuk kita hidup bahagia."

Jungkook tak menjawabnya, Nyonya Jeon semakin memegang erat lengannya Jungkook. "Jika kau seperti ini, kau akan lebih menyulitkan Jaehee. Dari pandangannya, mungkin saja dia berpikir kalau dia adalah alasan kau tidak pulang kerumah."

Pandangan Jungkook berubah menjadi dingin, Nyonya Jeon terus memohon padanya agar Jungkook sedikit lebih mengerti tentang Jaehee. "Jadi, sedikit pedulilah padanya, ya?"

"Biarkan aku membuat keputusan sendiri untuk hidupku, aku tidak mau diatur seperti ini," ucap Jungkook dingin, lalu Jungkook menghela nafasnya.

"Jungkook ...."

"Aku pergi dulu," ucap Jungkook, dia mencoba melepaskan tangan Ibunya dari lengannya. Lalu membalikan badannya keluar rumah dengan berjalan yang tidak seimbang.

Nyonya Jeon langsung duduk di sofanya dengan perasaan sedih. Tuan Jeon yang melihatnya itu langsung menghampiri Nyonya Jeon lalu menenangkan Nyonya Jeon.

"Pahami dia," ucap Tuan Jeon sambil mengelus punggung Nyonya Jeon.

"Aku mencoba memahami dia, tapi dia terus saja dingin pada Jaehee. Aku akan menanyakan dia sekali lagi."

Terlihat Tuan Jeon yang sedang memegang dadanya, dia merasa kesakitan pada bagian itu. Dia terus mengelus-elus dadanya berharap dia tidak akan membuat istri tercintanya khawatir soal keadaannya.

.

.

.

beep beep
aku kembali lagi hehe
vote dan comment lagi juseyoo
see youu~~

oh ya yg berminat buat request cover wattpad, aku lagi open lohhh~ silahkan cek sendiri yaa

Naughty Kiss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang