11. - What your dream? || Read Note!

Start from the beginning
                                    

"Ini punya kak Al, Belva. Bukan punya gue" kata Maura memberi penjelasan pada Belva yang entah sudah berapa kali gadis itu mengoceh terkagum-kagum karena Maura memiliki banyak gedung yang tersebar di Indonesia. Tetapi menurut Maura, kekayaan itu bukanlah miliknya, melainkan milik kedua orang tuanya juga kakaknya. Maura bahkan belum memulai bisnis apapun dari usahanya sendiri. Begitulah menurutnya.

"Tapi lo kan anggota keluarga Wijaya. Jadi otomatis harta mereka harta lo juga, termasuk hotel ini, Ra" ujar Belva.

Adara memutar bola matanya jengah mendengar ocehan Belva. "Maura kaya kayak sultan atau nggak pun gak ada urusannya sama lo, Bel. Ribut banget sama kekayaan orang!" omel Adara kemudian menarik Maura berjalan lebih dulu meninggalkan Belva yang menghentakkan kakinya sebal.

"Gue kan cuma ngutarain apa yang ada di pikiran gue, Dar"

"Iya, tapi jangan berlebihan sama kekayaan orang. Jatuhnya sirik"

"Ih lo belagu ya, Dar! Mentang-mentang dapetin kak Al! Awas aja, gue bakal cari cowok yang lebih ganteng dan tajir! Yang kekayaannya hampir setara sama Maura!" tutur Belva kesal.

"Yayaya! Lo cari sana di google. Cari, siapa cowok terganteng dan terkaya yang mau sama cewek jelek kayak lo! Dasar tukang halu!" ejek Adara.

"DARAAA!! SIALAN LO YA!!"

Adara langsung menarik Maura untuk ikut berlari bersamanya menghindari amukan Belva yang saat ini mengejarnya dengan wajah yang sudah merah padam karena kesal.

Maura menarik kedua sudut bibirnya ke atas atas aksi kejar-kejaran mereka. Setidaknya pagi ini harinya di awali dengan candaan dari kedua sahabatnya. Hari ini Maura tidak ingin menangis lagi seperti hari-hari sebelumnya agar bisa menghargai teman-teman dan kakaknya yang tengah berusaha menghiburnya.

☃☃☃

Alvarel keluar dari hotel setelah mematikan sambungan telefonnya dengan Arland. Ayahnya itu memberitahukan jika besok siang dia akan berangkat ke Lombok untuk menghadiri peresmian hotel, dan tentu saja sekaligus menemui Maura.

Pria itu baru saja membuka pintu mobilnya dan hendak masuk sebelum suara teriakan seseorang dari kejauhan memanggilnya.

"KAK ALVA!"

Alvarel menoleh ke arah sumber suara dan menutup pintu mobilnya kembali setelah ia mengenali sosok perempuan yang memanggilnya tadi.

Calista berlarian menghampiri Alvarel dengan merentangkan kedua tangannya, menubruk Alvarel dan memeluknya.

"Huwaa... Tata kangen berat sama om ganteng!" tutur Calista. Gadis itu mengurai pelukannya, Alvarel mengacak puncak kepala Calista pelan sembari tersenyum tipis.

"Sendiri?" tanya Alvarel. Calista menggeleng.

"Tuh" gadis itu menunjuk Della, Resha, Fiona, Qiana, Aretha dan Ghea yang tengah berjalan menghampiri mereka. Alvarel mengangguk singkat ketika mereka melambaikan tangan mereka ke arahnya. Di belakangnya ada Rafa, Kevin, Valdo, dan Bayu yang baru saja turun dari mini bus.

Alvarel langsung menghubungi pegawainya agar menyiapkan kamar untuk mereka dan menyuruh beberapa pegawai untuk turun mengurusi barang-barang mereka.

Calista pun tersenyum senang mendengarnya.

"Kak Al, apa kabar?" tanya Calista setelah Della, Resha, Fiona, Qiana, Aretha dan Ghea sampai.

Alvarel melirik Qiana sejenak sebelum menjawab.

"Baik"

"Kalo Maura gimana kabarnya?" tanya Ghea membuat yang lainnya ikut penasaran. Begitu juga dengan para cowok yang baru saja sampai pun ikut penasaran dengan keadaan Maura setelah kabar meninggalnya Arkan. Mereka menunggu jawaban Alvarel yang masih terdiam di tempatnya sampai sebuah suara gaduh terdengar dari dalam hotel di iringi dengan hentakan kaki dan teriakan seseorang.

My Cold Prince 2 || (T A M A T)Where stories live. Discover now