11. - What your dream? || Read Note!

Start from the beginning
                                    

Ben menatap Maura. "Lo terlalu menyalahkan takdir" ujar Ben, Maura menoleh menatapnya.

"Apa lo pernah berfikir kalo sikap lo itu secara gak langsung menyalahkan Tuhan juga?" tanya Ben membuat Maura terdiam.

"Gak terwujud bukan berarti Tuhan mengabaikan harapan lo, Tuhan cuma mau kasih lo sesuatu yang lebih baik dari itu"

"Apa?" tanya Maura. Ben bangkit lalu berjongkok di hadapan Maura, mengeluarkan plester dari saku jaketnya dan menempelkannya di kaki kiri Maura yang lecet akibat berlarian tadi. Cowok itu lalu mendongak.

"Suatu saat nanti lo akan tau" ujar Ben. Dan di arah kejauhan, Joe mengepalkan tangannya melihat pemandangan itu.

Ben bangkit berdiri kemudian berbalik berniat untuk pergi namun Maura menahan tangannya. Ben menolehkan kepalanya pada Maura.

"Jangan kayak gini" tutur Maura. Ben menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Gue bakal suka sama lo kalo lo terus bersikap baik ke gue" ujar Maura seraya menitihkan air matanya. Meski sampai kapanpun Maura tidak bisa melupakan Arkan, tetapi kehadiran sosok Ben mampu membuat Maura tenang. Mungkin karena sosok Ben mirip dengan Arkan jadi Maura seperti merasakan keberadaan cowok itu di sekitarnya.

Ben melepaskan genggaman Maura dari tangannya. "Jangan suka" kata Ben hingga membuat guratan kesedihan di wajah Maura.

"Kenapa?" tanya Maura.

'Karena mungkin lo akan terluka' ujar Ben dalam hati.

Ben tak menjawab, cowok itu mengalihkan pembicaraan untuk mengakhiri obrolan. "Mending lo balik. Angin malam gak bagus buat kesehatan lo" ujarnya setelah itu melenggang pergi meninggalkan Maura. Di dengar atau tidak, Ben tidak ingin perduli. Ben tahu, perbuatannya tadi hanya akan membuat Maura berfikir jika ia membuka hatinya untuk gadis itu masuki. Dan Ben tidak ingin hal itu terjadi begitu jauh. Ia ingin membuat jarak agar Maura tidak bisa masuk lebih dalam ke area terlarangnya.

Ben tersenyum sinis. "Dunia begitu sempit" gumamnya.

Joe yang niatnya menghampiri Maura mengurungkan niatnya dan memilih pergi untuk menyusul Ben.

Joe menahan bahu Ben ketika mereka berada di depan hotel.

"Maksud lo apa deketin Maura?" tanya Joe.

"Kenapa?" tanya Ben balik.

"Gue suka sama Maura" jawab Joe tegas, membuat Ben terdiam. Cowok itu lalu menghela napasnya.

"Gue gak deketin dia" ujar Ben.

"Terus kenapa akhir-akhir ini lo sering sama dia?"

"Cuma ingin" jawab Ben seadanya.

Joe mendengus. "Jawaban lo gak masuk akal, Ben"

"Gue peringatin ke elo, jangan mainin Maura" lanjut Joe memperingati.

"Gue cuma fokus sama tujuan gue"

"Tapi Maura bukan bahan untuk lo jadikan sasaran, Ben"

Ben menepis tangan Joe dan menatapnya tak suka. "Terserah apapun pemikiran lo, yang jelas gue gak mungkin nyakitin Maura"

Joe menatap Ben, meneliti cowok itu. "Oke. Gue pegang kata-kata lo" tutur Joe. Cowok itu kemudian Mendengus sebal. "Tapi terus terang gue gak suka cara lo kayak gini. Terus deketin Maura kayak ada maksud lain"

Ben terlihat kesal. "Kalo gitu awasin cewek lo kalo lo gak suka dia dekat sama cowok lain" katanya kemudian berlalu pergi.

☃☃☃

Pagi harinya Maura sudah di bangunkan Belva dan Adara. Karena besok adalah peresmian hotel, mereka mengajak Maura berkeliling menyusuri hotel. Belva terlihat bersemangat saat Maura menerima ajakan mereka karena bagaimanapun juga mereka tak bisa sembarangan berkeliling begitu saja jika tidak di temani salah satu sang pemilik hotel Wijaya. Yaitu Maura.

My Cold Prince 2 || (T A M A T)Where stories live. Discover now