[21]-Pengakuan

700 101 1
                                    

Iqbaal tidak dapat menghitung berapa kali dia menghela napas setelah kembali dari dunia nyata dan setelah ... mengunjungi (Namakamu) lebih tepatnya. Pandangan Iqbaal terhadap dunia yang dipijaknya berubah. Ketika tokoh utama webtoon mengetahui kalau dirinya dan juga semua isi dunianya hanya ciptaan, pergolakkan batin si tokoh utama terus bersinggungan.

Iqbaal bagaikan penghuni baru yang merasa aneh terhadap interior penthouse-nya sendiri. Setiap kali dia mengamati beberapa ruangan di dalam penthouse, ingatannya terus berpacu pada dokumen webtoon W yang dia lihat di ruang kerja Pak Yunha.

Semua yang Iqbaal miliki, sudah direncanakan penulis. Hidupnya, tempat tinggalnya, bahkan ... orang-orang di sekitarnya.

Iqbaal masuk ke dalam kamar dengan langkah gontai kemudian langkahnya terhenti saat melihat Salsha yang tertidur di atas sofa. Salsha sedang menunggunya, sepertinya. Ponsel perempuan itu masih berada dalam genggaman tangan.

Iqbaal ingat betul, kalau Salsha adalah tokoh penguat yang diciptakan untuk berada di dekat Iqbaal. Sebagai teman sekaligus sekretaris Iqbaal.

"Baal!"

Iqbaal menoleh. Ternyata, Arbani yang barusan memanggilnya.

"Lo habis dari mana? ck," decak Arbani. Dua tangannya berkacak pinggang. Arbani menaut, karena Iqbaal menatapnya begitu lama dan ... ya, bukan seperti Iqbaal yang biasanya. "Ada yang salah sama gue?"

Iqbaal termangu. Dia segera menggeleng. "Panggilin pengacara buat gue."

Arbani sedikit terheran.

"Maksud gue, buat (Namakamu)." Iqbaal memperjelas permintaannya.

***

Gebrakkan meja yang jauh lebih kasar kembali (Namakamu) terima. (Namakamu) merunduk takut dengan mata terpejam. Kedua tangannya masih diborgol. Sidak lanjutan mengharuskan (Namakamu) berada kembali di ruang kedap suara. Dia diminta menjawab beberapa pertanyaan dari polisi yang menginterogasinya.

"Anda tidak bisa mendengar saya? Saya tanya di mana Anda bersembunyi?! KENAPA ANDA TIDAK MENJAWAB?! ARGH!!!" Polisi berstatus detektif yang sempat (Namakamu) ketahui namanya sebagai Detektif Uztin itu memutari meja kini. Hingga dia berada tepat di sebelah (Namakamu).

"Katakan sesuatu. Katakan apapun!" Kini kursi yang (Namakamu) duduki ditendang kencang. "Perempuan ini kumat lagi! Dari mana asal perempuan aneh ini sebenarnya?!" Detektif Uztin mengerang setelah berteriak di samping telinga (Namakamu) lalu mengacak rambutnya asal. "Dia memang kelihatan normal—

"Pak," sela rekan kerja detektif Uztin yang muncul di balik pintu. Merasa keadaan di dalam mulai tidak terkendali, detektif Uztin perlu diberi peringatan untuk tetap berlaku sewajarnya.

"—tapi kenapa dia menyusahkan saya? Sudahlah. Dia harus dites kejiwaan. Kalau saya bicara dengan dia lagi yang ada malah saya yang bisa gila." Detektif Uztin mendesis menahan kekesalannya yang belum surut. Sementara tidak jauh darinya, (Namakamu) nampak ketakutan. Sangat ketakutan.

"Pak, maaf ... tapi ada pak Iqbaal di sini."

Detektif Uztin mengecilkan suaranya. "Dia ada di sini?"

Rekannya mengangguk.

(Namakamu) dibawa keluar dari ruang kedap suara menuju ruang kunjung di mana Iqbaal sedang menunggunya di sana.

"Ah, Anda di sini pak? Katanya Anda mau datang, jadi kami memilih tempat ini." Detektif Uztin menunjukkan senyum lebarnya sambil menyeret lengan (Namakamu). "Sangat menyenangkan bisa melihat Anda di sini."

(Namakamu) tersenyum melihat Iqbaal datang mengunjunginya. Iqbaal tidak bohong. Iqbaal akan menyelamatkannya.

"Maaf saya sudah melanggar aturan," ujar Iqbaal.

W [IqNam Series]✔Where stories live. Discover now