[19]-Variabel

784 99 2
                                    

Aldi baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Setelah Pak Yunha membubarkan tim pengembang webtoon W, dia bekerja di tempat lain di mana Bosnya kini seorang perempuan yang ... ah, Aldi malas mendeskripsikannya. Bos perempuannya cantik? Ya. Feminim? Sangat. Tapi, satu yang membuat Aldi risau. Yaitu hobby Bos perempuannya yang senang menyanyikan lagu seriosa. Suara melengkingnya yang amat buruk untuk kesehatan telinga itu, mengharuskan Aldi untuk menutup kedua lubang telinganya menggunakan tisyu.

"Aldi~"

Aldi melepas tisyu yang menyumpal telinganya. "Iya, Bu?"

"Gambar matanya lebih besar lagi," ucap Bu Samantha sambil menggigit satu dari dua cokies cokelat di tangannya.

"Bu, kalau matanya lebih besar lagi, nanti matanya lebih besar daripada wajahnya." Aldi berbicara sambil menunduk. Kini tangannya bergerak menunjuk layar monitor. "Lebih baik kalau hidungnya yang diperbes—"

"Diam!"

"—ar." Aldi mengunci mati mulutnya.

"Saya nggak suka. Karakter dalam komik saya harus punya mata yang besar seperti ini." Bu Samantha menaruh cokiesnya di depan kacamata tebal yang dia pakai. "Mata saya nggak bisa melarikan diri ... dari dia hahahaha," tawa Bu Samantha terdengar nyaring. "Gambar seperti permintaan saya!"

Aldi memprotes. "Tetap saja, bukankah lebih baik hidungnya yang diperbesar?"

Bu Samantha hendak membentak Aldi lagi, tadinya. Namun suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Bu Samantha. "Biar saya aja yang buka pintu. Buat matanya sebesar ini, ok Aldi sayang~" Bu Samantha berlalu setelah menyelipkan cokiesnya di mulut Aldi. "SIAPA ITU?!"

"Pahit." Aldi mencecap cokies tersebut lalu mengukurnya di layar. Ok, dia berniat mengabulkan permintaan Bu Samantha untuk membuat mata si tokoh perempuan menjadi lebih besar.

"Hallo, apa Aldi ada di sini?" tanya (Namakamu) dari balik pintu yang baru dibuka sedikit oleh Bu Samantha.

"Anda siapa?" tanya Bu Samantha.

Aldi mendongak untuk melihat siapa yang datang. Tubuh Bu Samantha terdorong karena orang yang datang menerobos masuk begitu saja.

"Aduh~"

"(Namakamu)? Lo kenapa? kehujanan?" Aldi langsung berdiri dan menghampiri (Namakamu).

"Ald, gue pengin ngomong sama lo." (Namakamu) menarik tangan Aldi.

"Tunggu, gue izin dulu ...." Aldi menoleh ke belakang, di sana Bu Samantha sedang berdiri kebingungan. "Bu saya akan segera kembali!" teriaknya. Aldi melepas pegangan (Namakamu) ketika mereka sudah ada di luar ruangan. Di lorong kantornya yang baru. "Ada apa (Namakamu)? Lepasin dulu tangan gue!"Aldi berdecak. "Kenapa lo ke sini, (Namakamu)? Ah! jangan-jangan lo udah temuin mayat Iqbaal?" Aldi menutup mulutnya sendiri.

"Enggak Ald. Gue mau minta tolong sama lo. Tolong selamatin Iqbaal," pintanya.

"Apa?"

(Namakamu) kembali meraih tangan Aldi. "Gue mohon, Ald. Selamatin dia. Kayaknya Iqbaal masih bisa ditolong."

"Apa maksud lo (Namakamu)? Bukannya ceritanya udah berkahir?"

(Namakamu) dengan mantap menggeleng. "Waktunya belum berlalu. Waktunya cuma berhenti. Tamat, artinya waktu berhenti di adegan terakhir. Iqbaal masih di sungai itu sekarang, Ald."

Aldi setengah gelagapan. "Gi—gimana lo bisa tahu soal itu (Namakamu)?"

"Gue lihat secara langsung. Gue lihat Iqbaal di dalam air, beberapa saat yang lalu. Sebelum gue ke sini buat nemuin lo." (Namakamu) menambah volume suaranya, meyakinkan Aldi.

W [IqNam Series]✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant