[9]-Peluru

1K 128 2
                                    

Iqbaal membopong tubuh (Namakamu) memasuki penthouse-nya yang berada di lantai 33. Dia sempat ditanyai bodyguard-nya, siapa perempuan yang Iqbaal bawa. Namun, Iqbaal mengabaikan mereka semua.

"Di mana Dokter Lian?"

"Dia belum datang, Pak Iqbaal." Asisten perempuan mengekori langkah Iqbaal dari belakang. Wajahnya panik mendapati Tuannya membawa seorang perempuan dalam keadaan tidak sadarkan diri.

"Pak Iqbaal!"

Iqbaal menghentikan langkahnya.

Arbani berdiri bersama tiga polisi yang entah sejak kapan sudah berada di penthouse milik Iqbaal. Mereka memandang Iqbaal yang nampak kesulitan menyangga tubuh (Namakamu).

"Detektif Uztin berkunjung ke sini." Arbani melirik ke samping. Ke arah Detektif Uztin yang tersenyum lebar pada Iqbaal.

"Apakabar Pak Iqbaal?"

Iqbaal melirik (Namakamu). Dia membenarkan posisi (Namakamu) hingga wajah (Namakamu) lebih mendekat ke lehernya. "Oh baik, apakabar? Apa yang membuat Anda ke sini?" tanya Iqbaal.

"Saya datang karena saksi bernama (Namakamu). Kami tidak bisa menemukannya," ujar Detektif Uztin.

Iqbaal menahan rasa gugup saat menimpali, "Anda tidak menemukannya?"

Arbani sendiri merasa tidak asing dengan siluet wajah perempuan yang sedang Iqbaal gendong. Dia sesekali mencuri pandang ke arah (Namakamu). Hampir seluruh wajah (Namakamu) tertutupi rambut.

"Ini sangat aneh. Bagaimana bisa dia menghindari semua CCTV?" Detektif Uztin menggaruk dagunya.

Iqbaal tersenyum maklum. "Anda tidak perlu berusaha begitu keras pak detektif. Dia bukan penjahat. Jadi tidak masalah kalau Anda tidak berhasil menemukannya."

"Apa yang Anda bicarakan Pak Iqbaal? Kami pasti akan menemukannya." Detektif Uztin tidak mudah mundur dalam pencariannya untuk menemukan saksi atau pun tersangka. Apalagi untuk menemukan saksi perempuan, dia tidak akan lepas tangan begitu saja. "Ngomong-ngomong ... siapa yang Anda-"

"Ah, terjadi sesuatu. Saya harus membaringkannya di tempat tidur." Iqbaal semakin menyurukkan wajah (Namakamu) ke lehernya. Dia berjalan melewati Arbani, Detektif Uztin, dan dua polisi yang lain.

"Ya, Pak Iqbaal. Anda tidak perlu mengantar kami keluar. Kami permisi!" Suara Detektif Uztin sedikit mengeras saat melihat langkah Iqbaal yang terburu menuju kamar pribadinya. Seperti ada yang disembunyikan oleh CEO Solving TV itu. Yang tidak diketahui Detektif Uztin.

Setelah memastikan tiga polisi itu pergi, Arbani segera mengejar langkah Iqbaal ke dalam kamar. "Apa-apaan? Bukannya ini (Namakamu)?" Arbani berdiri di samping Iqbaal yang baru saja membaringkan (Namakamu).

Iqbaal mengulurkan tangannya ke belakang. Mengajak Arbani untuk high five. Namun, Arbani terlalu kaget sampai tidak mengerti dengan kode yang Iqbaal berikan. Iqbaal menggerakkan tangannya lagi dan Arbani menyentuhnya meski sebentar.

"Akhirnya (Namakamu) ada di pelukan gue." Iqbaal tersenyum.

"Apa?"

"Dia kunci hidup gue." Iqbaal menyentuh kening (Namakamu). "Ngomong-ngomong apa dia cantik?" Iqbaal memiringkan wajahnya, menatap (Namakamu) dari sudut lain. "Gue tanya sama lo, apa dia cantik?"

Arbani tergelak. "Baal, Ya Tuhan."

"Kenapa semua orang bilang dia cantik?" Iqbaal ingat dengan semua komentar yang mendobrak akun sosialnya setelah video di butik sempat beredar meski langsung di-hack oleh Salsha atas bantuan staff IT.

W [IqNam Series]✔Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon