[3]-Kunci hidup

1.6K 204 11
                                    

Seingat (Namakamu), dia ditarik oleh seseorang sampai bisa berada di sini.

(Namakamu) melihat gambar Iqbaal di layar monitor Ayahnya. Beberapa menit yang lalu, (Namakamu) melihat Iqbaal yang sesungguhnya. Kenapa Iqbaal ... seperti manusia? Iqbaal bisa merasakan sakit, bisa mendesis, dan menatap (Namakamu) dengan intens.

(Namakamu) menjambak rambutnya yang malam ini dibiarkan tergerai. Kebingungannya membuat dia lupa kalau tangannya masih dipenuhi darah Iqbaal. "Oh my god ... ck!"

"Nona?"

(Namakamu) menoleh ke samping. Pada laki-laki yang memarahi cheff Angga dengan murka.

"Iya?"

"Terima masih atas pertolongan Anda. Kalau tidak ada Anda mungkin Pak Iqbaal tidak akan bisa selamat," ucap Dirut penthouse itu dengan senyum sopan yang tidak tertinggal.

(Namakamu) mengangguk kikuk. "Iya. Saya hanya ... mencoba menolong."

"Sekali lagi terima kasih. Sebentar lagi polisi akan datang untuk meminta kesaksian dari Anda. Tidak apa-apa, kan?"

(Namakamu) tidak keberatan. Jadi dia mengangguk lagi.

"Nama Nona ... siapa?" tanya orang itu.

"Oh ...." (Namakamu) buru-buru merogoh kantung celananya. Mengambil kartu nama miliknya yang selalu dibawa ke mana pun. "Ini," kata (Namakamu) sambil memberikan kartu namanya.

"Akan saya simpan ya."

"Iya."

"Tapi ngomong-ngomong ... bagaimana caranya Anda bisa ke sini? Anda salah satu penghuni penthouse?"

Mata (Namakamu) mengerjap linglung. Ditanya seperti itu, seperti membanting kepalanya sendiri pada dinding yang keras. Dia sendiri tidak tahu, bagaimana dia bisa datang ke sini.

"I-itu.... "

"Pak!"

Seseorang memotong percakapan (Namakamu).

"Ada yang harus diurus di bawah."

"Baik. Nona, saya tinggal dulu." Sang Dirut berpamitan pada (Namakamu) yang kini terdiam seperti patung.

(Namakamu) tidak menjawab. Tidak mengangguk seperti tadi. Yang dilakukannya sekarang ... mengamati tempat yang dia pijak.

Angin malam menerbangkan anak rambut (Namakamu). Temperatur udara membuat darah di tangan (Namakamu) menjadi kering. Dimensi yang mengurung (Namakamu) saat ini seolah berputar dengan cepat. Sampai akhirnya ... alis (Namakamu) bertaut. Secara tiba-tiba dia melihat huruf yang membentuk kalimat BERSAMBUNG.

(Namakamu) tercengang. Dia tidak bisa kabur, tidak bisa menghentikan perubahan di sekelilingnya.

***

"Ini aneh. Kenapa Pak Yunha menerbitkan bagian baru tanpa ngasih tahu ke kita?" Aldi melongokkan kepala dari kubikelnya. Melirik Nana dan Lisa yang sibuk memakan camilan.

"Mungkin kita udah nggak dipercaya lagi," sahut Nana.

"Pak Yunha benar-benar mau memecat kita," tambah Lisa.

Aldi menggeleng. Tidak setuju dengan pemikiran dangkal kedua rekan kerjanya itu. Perempuan kadang lebih sensitif. Suka menyimpulkan seenak jidat. Baru saja Aldi hendak memprotes, namun begitu melihat kedatangan (Namakamu), Aldi tidak jadi menanggapi Nana dan Lisa.

"(Namakamu)! Lo ke mana aja, sih? Gue cariin lo dari tadi!"

(Namakamu) berjalan ke arah pantry. Dia menyalakan keran dan langsung membersihkan darah kering yang menempel di tangannya itu.

W [IqNam Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang