[8]-Puzzle

1.1K 137 8
                                    

(Namakamu) berpamitan pada Bastian untuk pergi ke luar sebentar. Dia tidak bisa tinggal di rumah sakit lebih lama. (Namakamu) ingin menemui Ayahnya langsung ke rumah.

Sesampainya di rumah, yang (Namakamu) temukan hanyalah Aldi. (Namakamu) terkejut begitu Aldi bilang kalau Ayahnya sudah pergi. Dia belum sempat mengobrol banyak dengan Ayahnya. (Namakamu) khawatir. Ayah sebelumnya tidak pernah marah seperti di dalam telepon tadi. "Kenapa lo nggak coba tahan Ayah, Ald?" (Namakamu) menaruh tasnya di atas meja.

"Gue udah coba tahan Pak Yunha, tapi dia tetap pergi. Kayaknya Pak Yunha nggak mau diganggu. Dia mau akhiri ceritanya sendirian." Aldi memaparkan cukup panjang.

(Namakamu) celingukkan menatap ke sekitar. "Yang lain ke mana?"

"Karena Pak Yunha udah ngusir kita ... Nana dan Lisa pulang ke rumahnya. Tapi gue masih di sini. Gue ngerasa ada yang aneh sama Pak Yunha. Dia kelihatan pengin banget mengakhiri hidup Iqbaal di ending ceritanya. Harusnya hari itu Iqbaal mati di atap hotel, tapi karena ada pemeran baru yang menyelamatkan Iqbaal ... berarti, apa yang lo bilang benar? Itu tandanya lo ada kaitannya dengan episode hari ini juga (Namakamu)?" Aldi bergantian menatap layar komputer di kubikelnya kemudian menatap (Namakamu). "(Namakamu)?" Aldi memanggilnya setelah menyadari satu hal.

"Sekarang lo baru percaya sama gue?" (Namakamu) berkacak pinggang.

Bibir Aldi bergetar dengan telunjuk yang mengarah pada (Namakamu). "Ba-baju lo?" Aldi menunjuk komputernya.

Seakan paham (Namakamu) menjentikkan jarinya, mengiyakan spekulasi Aldi. "Perempuan di dalam komik itu, gue Ald. Lo tahu berapa harga dress ini?"

Aldi diam. (Namakamu) melanjutkan, "Lima juta!" Suara (Namakamu) naik dua octaaf. (Namakamu) menepuk pundak Aldi. "Coba lo pikir ... apa gue seboros itu menghamburkan uang demi baju ini?"

Aldi menggeleng.

"Siapa di antara teman gue yang sanggup beli dress mahal ini?" (Namakamu) melipat kedua tangannya di dada. Memberi waktu pada Aldi untuk berpikir.

"Bastian?"

(Namakamu) menggeleng.

"Pak Kiki?"

(Namakamu) menggeleng lagi.

"Pak Yunha?"

"Ih Ald!" (Namakamu) menghentakkan kakinya karena tidak ada satu pun yang benar dari tebakkan Aldi.

Aldi menggigit bibir bawahnya lumayan keras untuk mengungkap dugaan terakhirnya. "Iq-Iqbaal yang beliin lo dress itu?"

"BENAR ALD!" pekik (Namakamu) membuat Aldi yang setengah ketakutan itu langsung ambruk ke bawah lantai.

"Ald?"

"Jangan dekat-dekat sama gue (Namakamu)!"

(Namakamu) mengesah panjang. "Ald, lo apaan sih. Gue nggak akan apa-apain lo. Bangun nggak?!" (Namakamu) maju dua langkah.

Berhubung Aldi tidak mau terjadi hal buruk pada dirinya, dia segera berdiri. "Gue ... gue masih sulit buat percaya."

"Ikut gue ke ruangan Ayah!" ajak (Namakamu). (Namakamu) berjalan lebih dulu di depan Aldi yang masih menahan getaran takut.

"Kalau Iqbaal ada. Apa ... apa Salsha juga ada, (Namakamu)?" Aldi baru berani bertanya setelah dirinya yakin kalau (Namakamu) masih teman yang dikenalnya. Bukan sosok aneh dari dunia lain yang berbahaya.

"Ada."

Senyum Aldi terukir dengan manis. "Apa Salsha benar-benar glamour?"

(Namakamu) menatap Aldi dengan tatapan menyelidik. "Yang ada di otak lo pasti ukuran dada perempuan, kan?!"

W [IqNam Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang