Hangat di Sisimu

Începe de la început
                                    

Tanpa ada respon lain, devina hanya mengangguk.

"Mabuk keknya tuh devina". Ujar irisa kepada wikan.

"Wikan wikan plastik dong. Cepet - cepet buruan!!". Ujar devina yang tiba - tiba panik.

Wikan pun segera memberikan kantong plastik kepad devina.

"Kak senior, kak senior ada yang sakit nih". Terikan irisa membuat kaget semua yang ada di bus.

Andrian, arsatya dan juga bryan segera mengahampiri devina.

"Kenapa dev? Lo sakit?" Ujar andrian sambil memegang jidat devina.

"Enggak kak, cuma pusing aja. Nggak biasa naik bus". Ujar devina lemas setelah mabuk tadi.

"Ini pake minyak angin dulu". Bryan memberikan minyak angin kepada devina.

"Lo udah sarapan?". Tanya andrian kepada devina.

(Devina hanya mengangguk)

"Kalo lo pusing tidur aja, perjalanan masih jauh soalnya dev". Ujar arsatya sambil mengelus elus kepala devina.

"Tangan lo minggir bisa nggak sat". Bisik andrian kepada arsatya.

"Weitzz sory bro reflek". Arsatya hanya meringis.

"Yaudah lo tiduran aja dulu. Ntar disana masik banyak kegiatan. Oke. Kalo lo butuh apa - apa tinggal bilang". Devina hanya mengangguk sementara andrian dan temannya kembali duduk di depan.

"Lo mabuk?". Arsen tiba - tiba membuka bicara.

"Udah tau nanya lagi". Jawab devina sambil merem sambil memegangi kepalanya yang pusing.

"Ditanya juga. Kalo lo mabuk lo pindah sini aja deket jendela. Tukeran tempat duduk sama gue. Daripada lo mabuk lagi. Ngrepotin orang aja".

"Deket jendela tambah mabok bego".

"Kok gitu. Bukannya kepalanya bisa disandarin?".

"Gak tau, udah jangan nanya mulu. Mau muntah lagi gue".

"Lemah!!!". Devina tak merespon lagi arsen. Dia hanya tertidur untuk menstabilkan tubuhnya supaya tidak mabuk perjalanan.

Perjalanan baru di tempuh 1 jam. Tinggal satu jam lagi untuk sampai ke tempat outbond. Tak sengaja kepala devina bersandar di bahu arsen. Arsen hanya terdiam sambil mendengarkan lagu lewat earphonnya. Dia kali ini membiarkan kepala devina bersandar sejenak disana. Sementara anak - anak yang lain juga tertidur, ada juga yang ngemil, main ponsel dan ada juga yang mabuk seperti devina.

"Eh, kak, kak, iskak. Liat tuh si arsen sama devina". Ujar william membangunkan iskak dari tidurnya.

"Ah ganggu aja lo. Biarin lah". Iskak sama sekali tak memperdulikan william dan melanjutkan kembali tidurnya.

Sementara itu risa dan wikan juga tertidur setelah asik berbincang - bincang selama perjalanan.

Arsatya kembali menghampiri keadaan devina. Dan memegang tangannya.

"Eh, pegang - pegang aja lu". Ujar arsen yang melepaskan tangan arsatya dari tangan devina.

"Gue cuma ngecek keadaan dia aja. Lemes banget ni bocah".

"Lu pikir lu dokter apa". Senyum smrik terlukis kembaki di bibir arsen.

"Lu disini baru junior gak usah cari masalah ya lo".

"Lha terus kalo gue junior, gue harus takut gitu sama senior".

"Apasih ribut mulu". Ujar devina lirih sambil membenarkan kepalanya ke bahu arsen.

EccedentesiastUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum