5. Hubungan Tidak Sehat

Start from the beginning
                                    

"Bar, mau ngapain sebenernya?" kesal Rania berdiri melipat tangan di dada.

"Ngapain?" tanya Bara balik. "Gue udah bilang, kan? Mau kenalan sama dia."

"Buat apa?" tanya Rania bersabar.

Bara mengangkat pundak sambil mencebik. "Mungkin gue bakal nanya-nanya soal... hubungan ka..."

"Buat apa Bar?" potong Rania.

Bara jadi kesal Rania memotong perkataannya dengan tegas namun tenang begitu. Seolah wanita itulah yang berkuasa.

"Kamu bisa tanya sama aku," tambah Rania.

"Sejauh apa hubungan kalian?" tanya Bara kemudian.

"Bagian itu, bukan urusan kamu," jawab Rania langsung.

"Sudah cukup jauh ha?" tanya Bara menyimpulkan. "Jadi, lo bakal nikah sama dia begitu kita resmi cerai?"

Hening. Rania diam saja menatap Bara walau tahu laki-laki itu menunggu jawabannya. Keduanya kompak menoleh saat ponsel di meja berdenting. Rania segera mengambil ponselnya. Lega membaca pesan dari Reno kalau ia tidak jadi datang. Syukurlah kedua laki-laki itu tidak harus bertemu.

"Ada pertanyaan lain?" tanya Rania kemudian.

"Sejak kapan lo ada hubungan sama dia?"

Rania belum sempat menjawab saat Bara sudah kembali bertanya.

"Apa sebelum nikah sama gue?"

"Ya," jawab Rania singkat.

"Apa kerjaannya?"

"Apa kamu lagi coba bandingin dia sama kamu?" selidik Rania.

"Apa dia lebih kaya dari gue?"

Rania menghela nafas dan berjalan mendekat. "Kamu lebih kaya Bara, kamu lebih segalanya. Gak perlu ngerasa tersaingi cuma karena istrimu jalan sama dia. Dia cuma laki-laki biasa yang gak punya apa-apa," kata Rania duduk berseberangan dengan Bara. "Kalo aku bilang aku jalan sama dia bukan karena dia lebih baik dari kamu, tapi karena cuma dia yang bisa nerima keadaanku, apa itu cukup memuaskan buat kamu?"

Bara tertawa sengit mendengarnya. "Pertanyaan terakhir," kata Bara mengacungkan satu jarinya. "Apa dia lajang, atau udah punya istri?"

Rania berusaha bersabar menyadari pertanyaan yang menyiratkan hinaan itu. Tuduhan kalau dirinya ini merebut suami orang.

"Dia lajang," jawab Rania.

Bara kembali mencebik seolah jawaban itu tak akan ia percaya.

"Satu hal di mana dia lebih baik dari kamu itu cuma satu Bar," tambah Rania. "Dia pria yang setia."

Senyum arogan Bara menghilang, berubah muak.

"Sudah puas? Bisa aku antar kamu ke tempat Donita sekarang?" lanjut Rania.

Bara tertawa pelan dan bangkit berdiri. "Jadi itu sebabnya, lo gak pernah peduli sama apa yang gue lakuin di luar sana?"

Mereka beradu pandang beberapa saat. Kondisi Bara yang mabuk membuat Rania malas menjawab lebih lanjut walaupun Bara nampak menunggu jawabannya.

"Gue masih inget kalo nyokap gue bilang lo cewek baik-baik Rania," kata Bara dengan tatapan meremehkan. "Tapi kayaknya, lo cuma cewek licik yang jago akting."

"Apa maksud kamu Bara?" kesal Rania ikut bangkit.

"Lo liat sendiri!" kata Bara setengah tertawa. "Kenapa cowok lo itu lebih berhak ada di sini daripada gue, suami lo sendiri hah?" jelas Bara. "Istri macam apa yang lemparin suaminya ke cewek lain, supaya dia bisa ngurusin cowok lain?"

Kesempatan Kedua [Terbit]Where stories live. Discover now