5. Hubungan Tidak Sehat

271K 13.7K 1.1K
                                    

Part kali ini agak ngebosenin krn masih proses yes.
Besok pasti udah seru lagi. (Semoga)

Happy Maljum 👌👌
_________________

Bara menenggak satu seloki lagi dan menurunkan gelas itu dengan kesal setengah menggebrak meja. Rania benar-benar lebih mengerikan daripada yang ia duga. Senyum manis itu masih membayangi hingga emosinya tak kunjung reda.

"Gimana bisa lo berlagak biasa aja gitu hah?" gumam Bara. "Fuck! Dia beneran jago akting."

Bara semakin kesal saat sadar bahwa harusnya itu juga bukan urusannya. Harusnya terserah saja wanita itu mau bagaimana. Memangnya siapa Rania sampai harus repot-repot ia urusi.

"Sendirian aja?" sapa seorang wanita duduk di samping Bara. Penampilannya sungguh menggoda dengan dress kemben hanya sepanjang paha.

"Aku temenin gak pa-pa, kan?" Wanita itu membelai paha Bara.

Bara tersenyum namun tak lama karena sesaat kemudian jadi gusar mengingat apa yang terjadi saat bersama dengan Donita. Hanya tinggal sejengkal lagi, malah bayangan Rania yang mendongak dengan wajah berkeringat di bawah kekuasaannya yang muncul di benak. Seolah matanya ingin itulah yang dilihat.

"Gue lagi gak mood," tolak Bara menyingkirkan tangan wanita itu darinya. Pertama kalinya dalam sejarah, seorang Bara tidak berminat pada wanita seksi.

Bara kembali menenggak minumannya. Ia hanya ingin mabuk malam ini. Cukup mabuk hingga bisa menyingkirkan Rania dari kepalanya.

___

Rania tengah fokus pada ponselnya. Sengaja duduk di sofa ruang tamu karena sedang menunggu seseorang. Mulai kesal karena malam semakin larut dan yang ditunggu tak ada kabar. Lega juga saat akhirnya bel berbunyi.

Rania menghela nafas, redakan emosi supaya tidak perlu marah-marah. Ia bangkit dan beranjak untuk membuka pintu.

"Kurang malem Ren," gerutu Rania sambil membuka pintu. Terkejut saat melihat bukan Reno yang ada di depannya.

"Ren??" tanya Bara tersenyum miring. Melangkah masuk dengan tubuh sempoyongan hingga menubruk Rania tanpa sengaja.

Aroma alkohol segera saja menusuk indra penciuman.

"Kamu mabuk Bar," Rania menahan tubuh laki-laki itu supaya tetap tegak berdiri. "Kamu salah pintu atau gimana? Ayo aku anter ke rumah Donita," Rania mengalungkan lengan Bara ke lehernya.

Bara tertawa mendengar kata-kata itu. "Gue pulang ke rumah istri gue sendiri, kenapa malah dianter ke rumah orang lain ha?" tanya Bara dengan suara mengalun khas orang mabuk. Menahan dirinya, menutup pintu dengan keras tanda ia tidak mau dibawa keluar.

"Aku lagi nunggu orang Bar, dan aku gak mau dia liat kamu.. apalagi dengan kondisi kamu kayak gini," kata Rania tenang.

"Nunggu siapa hah?" tanya Bara mendekatkan wajahnya. Menatap Rania dengan mata merahnya yang tidak bisa fokus. "Nunggu selingkuhan lo?"

Rania mendorong Bara pelan, karena sungguh ia muak dengan aroma alkohol itu.

"Nunggu si 'Ren' itu?" lanjut Bara.

"Iya, jadi baiknya aku anter kamu ke rumah Donita sebelum dia sampai," jawab Rania.

Bara tertawa keras. "Jadi, selingkuhan lo lebih berhak ada di sini daripada suami lo sendiri?" tanya Bara tak habis pikir.

Rania diam saja nampak tak mau menanggapi, tak mau menyanggah karena Bara ada benarnya.

"Kalo gitu, biar gue di sini," Bara menghempaskan diri di sofa ruang tamu, meletakkan kaki di meja dengan santainya. "Gue pengen kenalan sama dia," lanjut Bara tersenyum sinis ke arah Rania.

Kesempatan Kedua [Terbit]Where stories live. Discover now