16

6.3K 502 1
                                        

Hari ini adalah hari libur, tidak ada yang lebih menyenangkan selain berkumpul bersama keluarga, seperti keluarga Lee, mereka hanya menghabiskan waktu liburnya di rumah, tak ada yang menarik memang, tetapi menurut si bungsu Lee, berkumpul bersama keluarga di akhir pekan adalah suatu hal yang menyenangkan, asal kalian tau, sangst sulit menyatukan keluarga ini, ya... Kalian tau bagaimana sibuknya Taeyong dan juga Jaehyun.

Taeyong dan Jeno tengah duduk di taman belakang rumah mereka sekarang.

"Senang sekali aku, akhirnya libur juga. " Jeno menghela napasnya.

"Memangnya kenapa Jen? " Tanya Taeyong

"Hyung asal kau tau, otakku terasa begitu penuh dengan tugas-tugas sekolah, hyung. "

"Karena kau seorang pelajar, Jen. Atau kau mau menggantikan hyung? "

"Tidak, aku tidak tertarik dengan bisnis appa. "

"Kau ingin menjadi apa nanti? "

"Aku ingin menjadi fotografer, hyung. "

"Itu bagus, Jen. Tetapi kau akan tetap harus meneruskan perusahaan appa. "

"Iya aku tahu itu. "

"Kalian asik sendiri, mengapa tak mengajakku? " Tanya Jaehyun yang tiba-tiba berada di belakang Jeno diikuti Jaemin dibelakang nya.

"Aish Jae hyung, kau mengagetkan ku. " Ucap Jeno kesal

"Hehe mian, Jen. " Jaehyun terkekeh kemudian duduk disebelah Jeno begitu pula Jaemin.

"Emm senang sekali ya berkumpul seperti ini. " Ucap Jaehyun

"Itu karena kalian selalu sibuk, hingga selalu saja di akhir pekan aku harus berdua saja dengan Jaemin. " Sahut Jeno.

"Kau tak suka berakhir pekan denganku, hyung? "

"Tidak, Na. Buka begitu, aku hanya menyindir dua orang tua ini. "

"Yak!! siapa yang kau sebut orang tua Lee Jeno? " Tanya Taeyong

"Tentu saja kau, dan... -" Ucapan Jeno tertentu dan melirik Jaehyun yang disebelahnya.

"Yak!! Lee Jeno!! Aku tidak tua!! " Ucap Jaehyun tak percaya, kemudian mulai menggelitik Jeno bersama Taeyong.

Jaemin yang melihatnya begitu senang, sangat jarang sekali dia melakukan kebersamaan seperti ini dengan keluarganya. Jaemin tertawa melihat tingkah laku ketiga saudaranya ini.

"Yak Nana, kua juga meledek ku? " Ucap Jaehyun dan beralih menggelitik  Jaemin.

"Akh tidak hyung, geli hyung, hentikan. " Jaemin tak mampu menahan tawan nya karena Jaehyun yang terus menggelitik nya.

"Ini karena kau sudah meledek ku. " Ucap Jaehyun dan terus menggelitik Jaemin.









***

Malam ini, Jaehyun berada di taman belakang rumahnya, udara dingin terus menusuk tubuhnya tetapi dia tak menghiraukan nya, dia tetap memikirkan kondisi adiknya, bagaimanapun dia tertawa lepas  hari ini, tetap saja disaat sendiri seperti ini, dia merasa sedih, dia tidak ingin kehilangan untuk kedua kalinya, dia yakin jika adiknya pasti sembuh. Tapi tidak ada yang tau bagaimana kehendak Tuhan nantinya, semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan yang terbaik untuk umatNya.

Jaemin melihat sosok hyungnya yang duduk sendiri di taman belakang rumahnya, yang dia lihat, sepertinya hyungnya sedang dalam suasana hati yang tidak baik, mungkin.

Jaemin mendekat ke arah Jaehyun dan menepuk bahu Jaehyun.

"Hyung."

Jaehyun menoleh, " Aigoo Nana, hyung bisa saja jantungan. "

"Ah mian hyung. " Jaemin tersenyum

"Gwaenchana, Na. "

"Boleh aku duduk disini hyung? " Jaemin menunjuk posisi disebelah Jaehyun

"Duduklah."

"Hyung, aku lihat kau sepertinya sedang sedih, kenapa hyung? "

Hyung tertegun dengan pertanyaan Jaemin, tidak menyangka, ternyata adiknya juga bisa merasakan yang dirasakan nya.

"Sedih? Ah ti-tidak, Na. Hyung tidak sedih, apa hyung terlihat seperti sedang sedih? "

"Ne, aku merasa kau sedang sedih hyung. "

"Tidak, Na. Hyung tidak sedih, hyung hanya melamun tadi. "

"Ah ne, hyung. " Jaemin merebahkan tubuhnya pada rumput rumput yang ia duduki saat ini.

Jaehyun menoleh saat adiknya merebahkan tubuhnya

"Hei jangan tidur, kotor, Na. "

"Tidak akan, hyung. Ayo tidurlah, ini sangat menyenangkan hyung. "

Jaehyun menuruti perintah adiknya dan ikut merebahkan tubuhnya pada rerumputan.

"Bagaimana hyung, menyenangkan kan? "

"Ne, indah sekali langitnya. "

"Ne, hyung. Banyak sekali bintang dimalam ini. "

"Kau menyukainya? "

"Sangat, hyung. Apapun tentang alam aku sangat menyukainya. "

"Tapi hyung rasa, kau memang menyukai semuanya, Na. Tidak ada yang tidak kau sukai. "

Jaemin terkekeh, "sepertinya, hyung. Ah tidak ada yang tidak aku sukai, dan aku sangat membencinya. "

"Apa? "

"Aku membenci kehilangan dan kesedihan. "

"Jika itu bukan hanya kau, Na. Akupun membencinya. "

"Hyung apa kau tau, suatu saat aku ingin menjadi bintang. "

"Benarkah? Idola maksudmu? "

"Bukan idola hyung, maksudku aku ingin menjadi bintang disana hyung. " Jaemin menunjuk kearah bintang di langit.

Jaehyun menoleh pada Jaemin. "Kenapa? "

"Aku ingin kau juga melihatku hyung. "

"Tidak usah kau menjadi bintang, hyung melihatmu, Na. "

"Ah bukan itu maksudku, hyung. "

"Lalu? "

"Ah tidak tau. Hyung, eomma dulu bilang jika orang yang sudah meninggal mereka akan menjadi bintang. "

"Lalu? "

"Berarti eomma dan appa ada diantara banyaknya bintang disana, hyung? "

"Tentu, Na. Eomma dan appa disana, dia selalu melihat kami dan mengawasi kami. "

"Kalau begitu aku akan selalu melihat bintang saat malam hari, agar aku selalu melihat eomma dan appa. "

Jaehyun tersenyum "kau pasti merindukannya. "

"Tentu, hyung. Dan aku yakin kau juga sama sepertiku. " Ucap Jaemin lirih.

"Sudah, Na. Apa kau tidak dingin? "

"Sedikit."

Jaehyun memposisikan dirinya menjadi duduk, dan menatap Jaemin.

"Ayo bangun. Dan masuk kedalam. Lihat, kau sudah mulai pucat. "

"Ah ne, padahal aku masih ingin disini, hyung. Aku akan selalu menyalahkan tubuhku yang lemah akan dingin. "

"Hei tidak boleh seperti itu. "

"Hehe, mian hyung. "

"Sudah ayo, masuk. " Jaehyun mengulurkan tangannya pada Jaemin untuk membantu Jaemin bangun.




















Tbc.

Complicated •NA JAEMIN (END)Where stories live. Discover now